bc

Romantic Bodyguard

book_age16+
260
FOLLOW
1.9K
READ
possessive
dominant
tomboy
sweet
highschool
others
first love
school
bodyguard
like
intro-logo
Blurb

Altara Kenzaro Dowman adalah pemilik sah ke dua dari AlNaTa INC. perusahaan yang bergerak di bidang IT. Dia adalah gadis berusia 17 tahun yang memiliki IQ dan kemampuan tidak terbatas dalam bidang IT. Gadis yang mempunyai tingkah petakilan dan juga manja itu ternyata menyimpan banyak luka dan juga menyimpan perasaan terhadap bodyguardnya sendiri. Bodyguard yang Ia panggil dengan sebutan 'Om' itu memiliki wajah tampan dan juga tubuh proporsional.

Chandra Adinata, pria yang selalu berpakaian rapi. Bertuxedo hitam dengan lengan kekar yang terbalut di dalamnya. Pria yang berprofesi sebagai bodyguard dan juga wali dari Nona Muda ke dua dalam keluarga Dowman. Pria yang harusnya di panggil 'Kak' itu adalah pria dingin dan jarang bicara, namun selalu ambil langkah pertama dalam melindungi dan menjaga Nona mudanya. Pria yang akhirnya merasakan kehilangan saat Nona Mudanya menyatakan perasaan yang membuatnya malah mengambil langkah salah.

Entah bagaimana cinta mereka bisa hadir di dalamnya. Hanya di Sweet Altara lah kalian dapat menemukannya.

chap-preview
Free preview
Tara vs Chandra
Kekayaan yang dia miliki tidak menjamin, bahwa kehidupan yang ia jalani akan sempurna seperti semua orang lihat. Gadis berusia tujuh belas tahun itu memiliki kekayaan, kecerdasan, dan juga seorang bodyguard. Namun ia tidak memiliki keluarga yang layak untuk ia jadikan sandaran. Tidak kakak tidak juga Daddy yang ia miliki, yang seharusnya setidaknya ada di sampingnya ketika ia butuhkan. “Om, bisakah Gue memiliki keluarga seperti mereka?" tanya Tara dengan pandangan mata kearah beberapa keluarga yang ada di taman. “Apakah mungkin bagi Gue untuk memilikinya? Setidaknya Gue bisa memilikinya sendiri?” tambahnya. Pria tinggi yang berprofesi sebagai bodyguard terus menatap Nona mudanya, Nona yang harus ia jaga dengan nyawanya. Meski pertanyaan itu tidak dapat ia jawab, setidaknya ia akan tenang jika Nonanya itu mengoceh sepanjang hari. Dia berdiri tepat di sampingnya, menatap tanpa kedipan mata beberapa saat. Tidak ingin melewatkan moment berharga itu dengan wajahnya yang datar. “Pasti tidak bisa ya? Pasti hanya suatu kebetulan saja kalau Gue bisa memiliki keluarga yang utuh seperti mereka.” ucapannya sedih, namun wajahnya tersenyum ayu. Seperti menyelami dirinya sendiri dengan bayangan atas ucapannya sendiri. “Gue sudah bisa menebaknya,”. “Gue boleh minta es krim bukan? Gue sedang dalam mood yang tidak baik saat ini.” pria tinggi itu segera menoleh, dia tahu bahwa akan ada harapan celah dari gadis itu. Nonanya seorang gadis cantik dengan surai pirang, panjang lurus, kadang juga berwarna hitam. Saat ini dia duduk di atas rumput hijau dengan kaki yang diluruskan, matanya menatap lurus ke dirinya dengan mata memohon. Dirinya hanya bisa menggeleng kecil dengan wajah datarnya tanpa ekspresi. Bibir Nonanya langsung mengerucut karena kesal, kesal pada bodyguardnya yang selalu mengawalnya ke manapun. Walau tubuh gadis remaja itu terlihat cantik dengan bibir tebal dan bentuk alis mata yang indah, namun sama sekali tidak bisa menutupi kekesalan pada dirinya. Tara melihat sekeliling, sudah seharian ini dia berada di taman. Tidak melakukan apapun dan belum beranjak sama sekali dari tempatnya. “Nona, Nona harus cepat pulang.” ucap bodyguardnya, membujuk gadis berusia tujuh belas tahun yang dalam mode merajuknya. Gadis itu bersidekap d**a dengan mengubah kedua kaki bersila, sang bodyguard yang kaku juga tidak bisa membujuk Nonanya dengan kata-kata manis, khas seperti orang yang tengah membujuk. “Tidak!” Tara menolak dengan menggeleng lalu mendesah, ia mengetuk-ngetuk dagu dengan jarinya. Memikirkan sesuatu hal yang membuat pria, sekaligus orang kepercayaan Daddynya untuk menjaganya sedikit was-was, meski wajahnya tetap menampilkan wajah datar. Pria itu begitu tahu perangai Nona mudanya, dan ketika kebiasaan Nonanya yang sudah berusia tujuh belas tahun itu dikeluarkan, maka pria berumur dua puluh delapan tahun itu harus siap dengan segala yang akan terjadi. Termasuk siap mendapat amukan dan juga wajah yang benar-benar super imut, untuk mendapatkan apa yang Tara inginkan. “Om, gendong Gue.” pintanya manja dengan merentangkan tangannya meminta gendong, pria itu mendesah. Lalu berjongkok memunggungi Altara tanpa bantahan sedikitpun, bukankah tadi ia sudah bersiap akan semua hal seperti ini juga mungkin terjadi? Pemikirannya dan pemikiran Nona mudanya memang tidak pernah sama, ini jauh lebih baik dari pada amukan Tara ke tubuh atletis khas dirinya. Atau membuat dirinya malu dengan tingkah lainnya, meski banyak orang yang memandang kearahnya, pria itu sama sekali tidak peduli. Yah Altara, gadis manja tapi hanya pada orang terdekatnya sedang mode merajuk saat ini, tentu pada Chandra, (bodyguardnya). Chandra tahu bahwa Nonanya anti sekali dengan minuman dingin, karena radang akut yang dia derita. Setelah dia meminta diantarkan jalan-jalan karena bosan di Mansion, dan bermain game online favoritnya. Tara meminta Chandra untuk membawa Tara berkeliling dengan paksaan. Chandra tahu jika ia selalu bertentangan dengan Tara, namun hanya dia yang mampu bertahan dengan segala kelakuan Tara yang luar biasa aktif di usia tujuh belas tahun ini. “Yes!” Altara atau biasa dipanggil Tara itu bersorak bahagia, mau tidak mau Chandra tersenyum tipis. Sangat tipis karena ia tidak memiliki banyak stok perubahan ekspresi wajahnya, kejengkelan, kebahagiannya hanya pada gadis itu. Segala kelakuan Tara dapat Chandra tolerir asalkan tidak membahayakan diri Tara, segala yang Tara butuhkan akan Chandra penuhi. Walau selama hidupnya ini belum pernah Chandra mengurusi gadis lain, selain Tara. Waktunya sangat berharga untuk pekerjaan dan Tara, sehingga ia jarang dekat dengan wanita manapun. Tara mengalungkan lengannya pada leher Chandra, dengan kepala bersandar pada bahu pria yang sudah ia anggap sebagai orang terdekatnya. Sejak kecil Chandra lah yang selalu ada untuk Tara. Tapi bukannya menyebut Chandra dengan panggilan Kakak, Tara memanggilnya dengan sebutan Om. Bukan juga dengan nama, karena Tara merasa Chandra tetaplah orang yang umurnya jauh di atasnya. Tapi akhir-akhir ini Tara merasakan sesuatu, sesuatu yang harus ia pastikan dengan bertanya. Atau ia tidak akan mendapatkan jawaban atas apa yang saat ini ia rasa dan ia pikirkan. Ia tidak ingin gegabah, atau membuat keputusan yang dapat membuat hidupnya yang berat ini semakin berat untuk ia tanggung sendirian. “Om,” hanya deheman yang didapat Tara, dan hal itu sudah biasa. “Apa Om sudah punya kekasih?” tanya Tara membuat langkah Chandra berhenti. Chandra membenahi gendongannya yang sedikit melorot, Tara mengabaikannya saja. Mendadak sesuatu yang tidak baik Chandra rasakan saat mendengar pertanyaan Tara kali ini. “Kenapa?” tanya Tara memiringkan kepalanya, melihat bagaimana reaksi pria super perfect dalam menjaganya itu. Namun apa yang Tara harapkan? Pria itu tetaplah Chandra si muka tembok, mau bagaimanapun Tara menggodanya, hasilnya tetap saja wajah datar yang diperlihatkan Chandra padanya. Chandra mendesah, lalu melanjutkan jalannya tanpa menjawab pertanyaan konyol Tara. Tara tidak puas dengan jawaban yang sama sekali belum ia dapatkan. Dan membuat Tara tidak hilang akal, gadis itu memiliki stok cara untuk membuat Chandra kesal padanya. “Om tidak laku?” pertanyaan Tara membuat bola mata Chandra berputar, tapi tetap tidak membuka suaranya. Chandra menurunkan Tara tepat di samping pintu mobil yang terparkir di tepi taman. Tara menanti jawaban dengan bersidekap d**a menatap Chandra yang menatapnya datar, bersiap membuka pintu samping penumpang. Tara menghalanginya dengan berdiri tepat di depan pintu, Tara terus menatap pada Chandra. “Jawab Om!” Chandra menggeleng, lalu berusaha menjauhkan tubuh Tara dari pintu mobil. Jangan tanyakan, bagaimana mereka menjadi pusat perhatian di taman. Ada yang prihatin pada Tara karena mengira bahwa Chandra adalah kekasih dingin Tara. Ada juga yang terpukau akan serasinya mereka, tanpa tahu hubungan apa yang terjalin di antara mereka. Mereka hanya sebatas majikan dan anak buah dari orangtua sang gadis, bodyguard yang tidak berarti apa-apa. “Nona, ini sudah sore.” Tara mengangguk dengan peringatan Chandra padanya. “Gue tahu Om, jawab dulu.” Chandra menggeleng. Ia harus ekstra sabar sampai Tara menyerah akan permintaannya, meski nyatanya gadis itu menyerah hanya 10% dari harapan seorang Chandra Adinata. Suara Tara yang selalu menggunakan nada keras membuat telinga Chandra kadang sampai mendengung panjang. “Saya belum mempunyai kekasih.” akhirnya Chandra menyerah, karena Tara menunjuk-nunjuk wajahnya dengan wajah menyebalkan gadis itu, ledekan dan suara Tara yang sangat mengena pada dirinya membuat Chandra tidak berkutik sama sekali. Seperti. “Om tidak laku ya?,”. “Om pasti tidak laku,”. “Om pasti tidak suka wanita ya?,”. “Om pasti kekurangan wanita di sekitar Om.” itulah ucapan Tara selama menghalangi pintu mobilnya. “Oh, jadi bisakah Om mencari kekasih saja dan tidak harus mengikuti Tara setiap saatnya?” Chandra menaikkan satu alisnya, tersenyum tipis pada Nonanya. “Silahkan Nona.” Chandra dengan paksa menyingkirkan tubuh Tara dari depan pintu. Chandra memegang kedua sisi tubuh Tara lalu mengangkatnya, Tara membulatkan matanya saat Chandra mengangkat tubuhnya seperti kapas. Dengan mengomel Tara masuk ke mobilnya, menatap Chandra dengan tatapan tajam khas dirinya. Chandra melindungi kepala Tara agar tidak terantuk langit pintu mobil. Atau ia akan kena omel Tuan besarnya, walau ia tahu akan lebih sulit mengatasi Nona mudanya dari pada Tuan besarnya. Chandra memutari mobilnya dengan senyuman tipisnya yang tidak ia perlihatkan pada siapapun, setidaknya ia mampu membujuk Nonanya. Dia juga harus siap kena omelan Tara sepanjang perjalanan mereka menuju Mansion besar milik keluarga Dowman. “Ishh Gue mau laporkan Om ke Daddy pokoknya.” Tara bersidekap d**a dengan bibir komat-kamit. Entah mengumpat ataupun berkata yang Chandra sendiri tidak tahu pasti, apa? Chandra juga membiarkannya saja dengan telaten memasangkan sabuk pengaman untuk Nonanya dan dirinya sendiri. Chandra menaikkan satu alisnya, tidak terkejut memang dengan ancaman Tara. Hampir setiap hari Tara kesal, Tara mengancamnya dengan hal tersebut. Tapi tidak pernah Chandra mendapat amarah dari Tuan besarnya. Padahal kadang Chandra mendengar bahwa Tara menelfon Kenzaro Dowman langsung di hadapannya, dengan menggebu tapi satu panggilan pun tidak pernah Chandra dapat. Apa Tuan besarnya berhasil menenangkan Tara? Sebelum ia menuruti segala keinginan Tara untuk menggantinya dengan bodyguard lain dari kantor mereka. Tara menatap keluar jendela, ia bisa diam setelah lelah mengomel. Ia juga sudah dapat memastikan apa yang ia inginkan, akan rasa dan juga pikiran kacaunya. Tapi ia akan mencoba perlahan, jika itu memang bisa ia lakukan. “Nona tidak mau turun?” Tara tersentak saat ia melihat sekeliling, ini Mansion nya. 'Sejak kapan mereka sampai?' batinnya. Tara mendesah menatap Chandra yang menatap kearah depan, bukan kearahnya. 'Apa pria ini tidak merasa bersalah? Dasar!' batin Tara kesal setengah mati. Ia sudah menunjuk Chandra dengan jari telunjuknya yang panjang, namun urung untuk mengomeli pria itu. Dengan kesal ia membuka pintu mobil, lalu membantingnya dengan sangat keras saat menutupnya, sampai Chandra terperanjat. Chandra mendesah pasrah saat sikap Nonanya memang seperti itu sejak kecil. Chandra tahu sikap egois Tara dari mana, sudah sejak lahir ditinggalkan Mommynya. Sejak umur yang masih kecil, bahkan Tara baru bisa berjalan dan mengenal orang sekitarnya, Tara seringkali ditinggalkan oleh Daddynya bekerja. “Aku yakin pintu mobil ini harus diganti lagi.” ucap Chandra menaikkan bahunya, seolah mengganti pintu mobil atau bahkan mengganti mobil Nona mudanya bukan hal sulit. Selalu jika mobil berhadapan dengan Tara yang kesal menjadi amukannya, membuat ia harus dengan cepat datang ke showroom untuk memilih mobil lagi. Chandra melihat Tara yang sudah berjalan cepat ke dalam Mansion besar yang hanya Tara, Nara dan juga para pekerja yang ada di dalamnya. Chandra tersenyum tipis melihat Tara yang masih sempat menatapnya sengit, sebelum Tara menghilang dari balik pintu. “Hm?” Chandra berdehem saat ponselnya berdering di sakunya. “Lo ke kantor sekarang, sistem diretas.” ucapan seseorang yang berada di seberang, membuat Chandra segera turun dari mobil dan berlari ke garasi rumah. Chandra mengambil motor tenaga cepatnya dan helm full face yang dengan cepat Chandra kancing kan. Chandra dengan cepat melajukan motornya keluar dari Mansion, menuju ke kantor milik keluarga Tuan besarnya. Tidak butuh waktu lama, karena Chandra memiliki tekhnologi yang dapat menunjukkan jalan tercepat untuk sampai ke kantor. Setelah menstandard motornya, Chandra segera masuk ke dalam kantor yang sudah disambut dengan para bawahannya. Menerima helm full face Chandra dan membukakan pintu lift khusus Direktur, Chandra melihat jam di tangannya. Dengan earphone yang ada di telinganya, Chandra kembali terhubung dengan orang yang tadi menghubunginya. “Bagaimana?” Tanya Chandra. “Gue yakin kali ini dia ingin melihat data rahasia perusahaan Bilner.” ucapnya, Chandra sudah sampai di lantai teratas perusahaan. Chandra memasuki ruang rapat yang sudah diisi setidaknya lima orang yang selama ini bertugas menjaga sistem. “Tunjukkan!” dalam layar berwarna putih di hadapan Chandra, terdapat kode-kode rahasia yang bermunculan. Chandra melihat orang-orang yang bekerja pada komputer mereka masing-masing dan ke layar besar. “Berhenti.” ucap Chandra saat melihat salah satu kode sistem yang tidak beraturan. “Deteksi keberadaannya.” pinta Chandra. “Lo yakin itu bukan sebuah virus pengalihan?” tanya sahabat Chandra dan merupakan orang kepercayaan Chandra di perusahaan ini, Chandra tidak menjawab. Chandra hanya fokus pada yang terlihat di matanya. “Titik koordinatnya sudah terlihat.” Chandra tersenyum, namun senyum Chandra luntur saat titik yang ia curigai itu sangat Chandra kenali setelah di zoom. “b******k!” Sahabat Chandra membuang nafas karena tahu apa yang ada dalam pikiran Chandra saat ini, tangan Chandra terkepal kuat hingga kuku tangannya memucat. “Kirim boom A.” ucap Chandra membuat semua orang yang ada di sana melebarkan matanya. “Tapi Tuan, bukankah ini bukan masalah yang besar. Kenapa harus memakai boom A?” tanya salah satu bawahan Chandra yang bertugas menjaga keamanan sistem. “Kalau kalian merasa bahwa bukan masalah besar, lalu kenapa kalian memanggil Saya ke mari?” tanya Chandra dengan mata yang dingin. “Seharusnya tanpa kehadiran Saya kalian bisa menyelesaikannya.” ucap Chandra tajam menatap para orang yang ada di sana. “Lakukan!” tegas Chandra, sahabat Chandra dengan kode mata mengiyakan ucapan Chandra pada para bawahan. Mereka melakukannya. Boom A adalah istilah rahasia dalam Perusahaan, berupa virus yang akan merusak kode sistem operasional yang dituju dengan tingkat kesulitan pemulihan data ditingkat C bagi Perusahaan yang dipimpin oleh Chandra Adinata. “Kalian melepaskan satu peretas sudah merusak kepercayaan klien, sistem keamanan adalah kunci utama yang dapat melancarkan sistem-sistem lain dalam bidang ini. Kalian harus pahami itu.” ucap Chandra setelah para bawahannya melakukan pelepasan boom A ke sistem jaringan peretas. Chandra dapat melihat kode-kode sistem yang berubah, dan kode untuk Boom A nya yang keluar mulai menyerang ke sistem peretas, Chandra tersenyum puas. ‘Siapa suruh bermain api dengan Chandra Adinata?’. “Lo yakin dengan ini, Chan?” tanya Fariz, Chandra menatapnya sebentar. “Kenapa tidak? Dia sudah pernah melukai Nona Tara sebelumnya, Lo harusnya tahu. Dia tidak harus terus bermain dengan sesuka hatinya.”. “Ada batasan bagi Andro, dia berbahaya. Namun dia juga tidak aman jika terus berada di sekeliling Nona Tara. Ada Gue yang akan membidiknya lebih dulu,”. “Dan Gue enggak peduli dengan cara apa Gue akan menghabisinya.”.

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

Possesive Ghost (INDONESIA)

read
121.1K
bc

Mrs. Fashionable vs Mr. Farmer

read
421.3K
bc

Om Bule Suamiku

read
8.8M
bc

PEMBANTU RASA BOS

read
15.7K
bc

Kujaga Takdirku (Bahasa Indonesia)

read
75.9K
bc

Sweetest Diandra

read
70.5K
bc

Aku ingin menikahi ibuku,Annisa

read
53.1K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook