bc

Lost in Your Eyes

book_age18+
0
FOLLOW
1K
READ
dark
drama
tragedy
sweet
heavy
like
intro-logo
Blurb

Bertemu dengan CEO tempatnya magang adalah suatu kesialan yang pernah Adista hadapi seumur hidupnya, dia terjebak oleh kekuasaan Nepal Belzio. Dalam sekejap impian dan harapannya sepanjang waktu seketika berubah sejak hari itu, mengukung seorang Adista untuk mengabdi pada Nepal selama yang dia inginkan tanpa sepeser gaji.

Lima ratus juta, ke mana dia harus mencarinya?

Alih-alih mengubah hidup, Adista malah terjebak, bahkan tertekan tinggal seatap dengan seorang Nepal Belzio.

chap-preview
Free preview
Hari yang sial
Dengan membawa cup berisi kopi Adista berlari-larian menyebrangi jalan raya, seharusnya dia tiba di Kantor tepat waktu jika tidak mengantri membeli satu cup kopi. Kebiasaannya itu kini membuat Adista susah sendiri, dia jadi terlambat di hari pertamanya magang. Bukankah ini suatu kesialan? Oh ... Mempercepat larinya Adista tidak lagi peduli kopi di dalam genggamannya mulai berjatuhan, bahkan belum sempat diminum. Dia berusaha menuju lift, lantai keramik yang licin bergesekan dengan sepatunya, hingga membuat Adista kesulitan menghentikannya saat seseorang mendadak ke luar dari lift. Braak! Satu cup kopi yang Adista genggam itu pun terlempar, dan menumpahkan isinya pada jas mahal Nepal. Untuk seperkian detik keduanya bersitatap, penuh keterkejutan yang luar biasa. Dengan matanya yang tajam Nepal menatap Adista, lalu melihat jasnya. "Ma-maafkan aku," kata Adista setengah membungkuk, dia tahu jika sekarang dirinya dalam masalah yang besar. "Maaf katamu?" Nepal kembali mendongak, dia memperhatikan penampilan Adista jijik. "Kata maaf tidak mengembalikan jas mahal ini, kau tahu berapa aku membelinya, hah?!" Tidak bisa berkata-kata Adista hanya menunduk ketakutan, dia tidak tahu seperti apa orang pebisnis. Mendapat kesempatan bekerja di Perusahaan benefit adalah keinginannya sejak dulu, Adista sangat bahagia, tetapi hari ini dia dikejutkan dengan hal yang tidak terduga. Dia berpapasan dengan Nepal Belzio, CEO di Perusahaan ini yang wajahnya hanya dapat dilihat dari layar kaca atau majalah Popular bisnis. Tetapi sekarang, entah kesialan atau keberuntungan Adista berpapasan dengan seorang Nepal B, dan melakukan kesalahan. "Sekali lagi maafkan aku, Tuan." Adista masih tidak berani mendongak, nyalinya yang kuat seketika menciut. "Aku akan mencuci jasmu di laundry, dan mengembalikannya segera mungkin." Pria itu berdecih, tertawa mendengarnya, seakan ucapan Adista adalah lawak yang tidak berguna. "Kau pikirkan saja cara menggantinya, bahkan gajimu setahun pun tidak akan cukup membelinya baru." Dengan nada mengejek Nepal membuat Adista semakin tertekan, lalu dia melepaskan jasnya. "Jas yang ini buang saja ke tong sampah, dan aku akan terus menuntut gantinya. Ingat itu!" Tubuh Adista melemas, dadanya mencelos rendah saat membayangkan hidupnya akan terancam. Nepal Belzio sudah pergi, tetapi degup jantungnya yang ketakutan tidak ikut hilang. Mengerjapkan matanya Adista pun menggeleng, lalu dengan hati yang terempas dia berjongkok mengambil jas tersebut. Tadi sebelum pergi Nepal melemparkannya ke wajah Adista, kemudian terjatuh di lantai. Kabar buruk yang mengatakan jika seorang Nepal Belzio sangat angkuh ternyata benar, bahkan dia juga tidak berperasaan menindas kaum di bawahnya dengan cara apapun. Sial beribu sial, Adista yang baru masuk di Perusahaan ini terkena pasal, dan dia tidak tahu harus menyelesaikannya bagaimana. Apakah Adista harus melarikan diri? Melupakan magangnya, dan mengorbankan kuliahnya agar terbebas dari Nepal Belzio. "Kau serius?" tanya Kalina saat Adista telah menyelesaikan ceritanya yang menyedihkan tadi pagi. Kalina adalah teman baru Adista, kebetulan mereka sama-sama magang, dan berada di dalam satu ruangan kerja. Untuk masalah itu Adista jelas tidak bisa melupakannya begitu saja, bahkan dia terus memikirkannya sejak duduk di sini. Bertemu dengan Kalina, lantas dia pun mulai bercerita dengan tidak tenang. "Kau di dalam masalah yang besar." Kalina menekan kalimatnya, dia bergidik saat tahu apa yang akan Nepal lakukan pada Adista. "Apa yang kau ketahui?" Dengan cemas Adista menatap wanita di depannya, terlalu naif jika dia katakan baik-baik saja. "Nepal Belzio akan menjadikanmu pekerja tetap, mengatur, memerintah, dan tanpa membayar gajimu sepeser pun sampai waktu yang tidak tahu kapan berakhir." Kalina memberitahu konsekuensinya, yang bahkan Dwi Adista baru mendengarnya sekarang. Menutup wajah gusar Adista menangis tanpa suara, bayangan kedua orangtuanya yang menyambut bahagia kini tergantikan dengan wajah kecewa. Mereka akan sedih mendengarnya, apalagi dia adalah harapan terakhir di dalam keluarga. Cita-cita yang tinggi berakhir miris, berada di perusahaan besar bukan awal dari kebahagiaan, tetapi awal dari bencana. "Permisi, anak magang baru yang bernama Dwi Adista dipanggil ke ruangannya Tuan Nepal Belzio." Seorang wanita seksi tiba-tiba saja datang, saat dia menyebutkan namanya Adista terkesiap dan menunjuk dirinya tidak yakin. "Oke, bisa ke ruangannya sekarang." Eh? Tidak langsung beranjak Adista menatap sekelilingnya terlebih dulu seakan meminta tolong, tetapi tidak ada satu pun orang yang peduli. Mereka semua tampak sibuk dengan pekerjaannya, hanya Kalina yang sedikit cemas, wanita itu bangkit menepuk pundak Adista seolah memberikannya semangat. Mungkin, Nepal Belzio ingin memaafkannya, di sepanjang perjalanan Adista mencoba berpikir positif. *** Masih dengan kemarahannya Nepal melihat selebaran kertas yang bawahannya berikan, dia mengernyit saat membaca ulang biografi Dwi Adista. Ternyata dia masih Mahasiswi, dan hari ini magang pertamanya di Kantor. Urat-urat di kening Nepal seketika melunak, terlebih lagi saat dibacanya jika ternyata Adista menjadi salah satu Mahasiswi yang berkuliah dengan mengandalkan beasiswa. "Apa yang sebenarnya aku pikirkan?" Nepal memijat pelipisnya bingung, karena tidak tahu kenapa dia seakan ingin mengetahui tentang gadis itu. "Padahal bisa saja aku melupakannya, dan mengikhlaskan jas itu." Dwi Adista kelahiran tahun 2000, Mahasiswi tingkat akhir dengan jurusan Informatika dan bisnis. Terlahir sebagai anak ke dua dari keluarga yang sangat sederhana. Saudara satu-satunya mengalami cacat seumur hidup, akibat kecelakaan dua tahun yang lalu. Ibunya seorang guru honorer, sementara sang ayah hanya tukang pengrajin kayu. Tiba-tiba hati Nepal teriris, tidak sanggup lagi membayangkan kehidupan Adista yang lebih buruk dari dugaannya. Tok! Tok! Ketokan pintu berhasil menyadarkan Nepal, pria itu langsung menegapkan tubuhnya menyambut kehadiran Adista yang ternyata sangat cepat. Dia tahu harus apa? Setelah mengetahui asal usul Adista yang mungkin sekarang dia membutuhkan banyak uang. "Masuk," sahut Nepal dari dalam. Tidak lama pintu di depannya pun terbuka, Adista masuk dengan langkah yang berat, lalu dia berhenti tepat di hadapannya Nepal. Dengan penuh keluguan gadis itu tertunduk, Nepal bisa melihat jelas jika Adista sangat ketakutan. Awal impiannya ternyata tidak seindah harapan, karena di hari pertamanya magang sudah mendapatkan masalah. "Dwi Adista berasal dari Universitas terbaik, dan ternyata masih magang." Nepal menilik wajah Adista yang pucat sepucat-pucatnya, dia pun berdiri untuk melihat lebih jelas. "Bagaimana, apa kau bisa mengganti jasku?" Gadis itu menggeleng, Adista merasa bumi telah menelannya hidup-hidup lewat tatapan Nepal yang tajam. "A-ku tidak memiliki banyak uang, jalan satu-satunya yang bisa kulakukan hanya mencucinya di laundry." "Kau masih magang, dan kesepakatan dari awal jika anak magang tidak menerima gaji apapun dari Perusahaan kecuali kerjanya bagus. Maka dari itu aku langsung berpikir kau tidak akan mampu menggantinya." Nepal mulai beranjak memutar mejanya, lalu dia berhenti tepat di hadapan Adista yang masih enggan mendongak tegak. Jantung Adista berdetak semakin kencang. "Sebenarnya, aku termasuk bos yang tega, tapi kali ini aku ada penawaran khusus untukmu, dan kupikir kau tidak keberatan." Dengan serius Nepal mengatakannya, dia memberikan sedikit rasa kasihannya kepada Adista yang begitu lugu. "Apa?" tanyanya antusias. "Jadilah asisten pribadiku, melayani seluruh kebutuhanku sampai hutangmu selesai." "Hanya asisten?" Adista bertanya lagi. "Kau memikirkan hal yang lain?" Tatapan Nepal semakin mengintimidasi, wajahnya berubah geli saat mengerti apa yang Adista pikiran, lalu dia pun tertawa. "Aku tidak akan pernah tertarik padamu." Adista menghela napas lega, setidaknya dia aman jika Nepal tidak tertarik padanya, karena kabar miring tentangnya yang sering membawa wanita ke hotel jelas membuatnya cemas. Lagipula, apa yang harus dia khawatirkan? Adista meringis, wajahnya yang pas-pasan tentu saja tidak semenarik model-model papan atas mantannya Nepal. "Jangan khawatir soal makan, selama kau memasak untukku, makanan itu juga bisa kau makan. Selama kau mencucikan bajuku, maka aku akan memberikanmu baju yang bagus. Kau hanya perlu siap jika aku butuh teman kencan untuk menghadiri pesta atau acara keluarga, bagaimana, apa kau paham?" "Tapi, aku ..." Suara Adista tercekat, bingung hendak menjawab apa, karena semuanya bagaikan tidak terduga. "Kau ingin aku melaporkanmu ke polisi?" Nepal mengambil ponselnya yang tergeletak di atas meja, dia mencari kontak kepolisian. Sontak, Adista pun menggeleng keras. "Jika, aku boleh tahu, berapa harga jasnya?" Adista menggigit bibir bawahnya, berharap sesuatu yang mungkin sangat mustahil. Barangkali hanya beberapa juta, dan Adista berjanji akan mencari pinjaman ke mana pun itu, asalkan dia tidak berurusan dengan Nepal. Membayangkan terlibat dengannya saja sudah mengerikan, apalagi harus ada di setiap acara pentingnya, Adista benar-benar tidak habis pikir. Mengapa Nepal meminta dirinya untuk melakukan hal itu? Kenapa dia tidak mencari pasangan saja? Kehidupannya sudah sangat sulit, Adista tidak ingin mereka semua menyerangnya karena berhubungan dekat dengan Nepal, meski hanya sandiwara. "Lima ratus juta," jawab Nepal dengan jelas. "APA?" Seketika tubuh Adista melemah, dia langsung berpegangan pada kursi yang berada di depannya agar tidak terjatuh. Kedua bola mata Adista berkaca-kaca, rasanya dia hendak menangis, tidak tahan lagi menghadapi drama yang baru saja terjadi di hidupnya. Dia hanya ingin mengubah perekonomian keluarganya, tetapi sepertinya harapan itu telah gagal. Mulai detik ini Adista harus bekerja untuk Nepal, dan tidak menerima uang sepeser pun. "Jangan menangis, kau hanya akan kehilangan matamu jika terlalu mengikuti perasaan, dan mengeluarkan air mata yang berharga." Nepal berkata-kata kiasan, lalu dia pergi meninggalkan Adista yang meratapi nasibnya.

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

My Secret Little Wife

read
85.1K
bc

Dinikahi Karena Dendam

read
201.2K
bc

Siap, Mas Bos!

read
9.4K
bc

Tentang Cinta Kita

read
186.6K
bc

Single Man vs Single Mom

read
97.1K
bc

Iblis penjajah Wanita

read
3.0K
bc

Suami Cacatku Ternyata Sultan

read
12.2K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook