1. Pulang Larut Malam

1296 Words
Entah sudah berapa lama Meisya duduk di ruang tamu dan berkali-kali ia melihat jam dinding di dalam ruangan tersebut. Tiap beberapa menit telah berlalu, dia hanya bisa menghela napas panjang. Sekarang sudah jam 10 malam, dia terus menunggu kepulangan suaminya dan tidak ada tanda-tanda Ando kapan akan pulang. Hal seperti ini tidak hanya terjadi sekali dua kali, membuat Meisya merasa agak kesal. Tapi dia juga tidak bisa berbuat apa-apa, dia merebahkan tubuh di atas sofa sembari menunggu. Hingga suara langkah kecil terdengar mendekat ke arahnya. Meisya dengan segera bangun dari posisinya melihat Sakha yang saat ini datang menghampirinya. "Kenapa kamu belum tidur sayang?" Meisya langsung membawa Sakha agar duduk di sampingnya, mengelus kepalanya dengan lembut dan tak lupa ia menghilangkan ekspresi kesal di wajahnya. Berganti dengan senyum hangat yang dia tunjukkan pada anaknya. "Mama kenapa belum tidur? Apa Ayah belum pulang lagi Ma?" DEG Mendengar perkataan Sakha yang saat ini masih berusia 4 tahun membuat Meisya hanya bisa tersenyum dan tidak tahu harus berkata apa. Bahkan anak sekecil Sakha saja tahu bahwa akhir-akhir ini Ando sangat sibuk dan sering pulang larut malam. Tentu saja jika pria itu terlebih dahulu mengabarinya dan mengatakan kemana dia dan alasan mengapa dia bisa sampai pulang terlambat Meisya tidak akan menunggu tanpa kepastian seperti ini. Tapi kenyataannya apa, pria itu rupanya telah kembali pada sikap awalnya yang mengabaikan hal-hal kecil seperti memberi kabar hingga membuat Meisya merasa kesal dan terus menerus memendam perasaan itu di dalam hatinya. "Kamu tidur dulu ya, ayo biar Mama temani kamu tidur." Meisya lebih memilih menyembunyikan perasaannya dan tidak menjawab pertanyaan Sakha. Karena saat ini perasaannya terasa tercekat dan dia takut akan tiba-tiba saja menangis karena terlalu kesal dengan sikap Ando yang seperti ini. Beruntung Sakha tidak lagi bertanya lebih lanjut pada Meisya, ia tampak lebih bisa mengerti perasaan mamanya dan tidak ingin membuat mamanya bersedih. Meisya dengan segera membawa Sakha ke dalam pelukannya dan pergi ke kamar Sakha yang letaknya berada di samping kamar tidur Mika. "Sakha mau dibacain dongeng apa?" Meisya sudah terbiasa untuk membacakan cerita pengantar tidur untuk Sakha sejak kecil. Sakha akan tertidur dengan pulas saat Meisya membacakan cerita, apa lagi suara Meisya sangat enak didengar dan juga lembut di telinga. "Sakha mau dibacain cerita Sangkuriang!" Dengan semangat Sakha menjawab, sementara Meisya tersenyum dan duduk di samping tempat tidur kecil dan bersandar pada sandaran tempat tidur. Sebelah tangannya terulur mengelus kepala Sakha yang terasa lembut halus rambutnya. Sakha kecil tampak mirip seperti Ando, dengan matanya yang besar, alis tebal, bulu mata panjang, bibir yang proporsional dan kulitnya putih seperti Meisya. Rambut Sakha saat ini masih agak kecoklatan, mungkin karena dia masih kecil. "Apa Ayah akan pulang hari ini Ma?" "Ayah akan pulang, mungkin sekarang Ayah masih sibuk bekerja. Mama mulai bacain buku ceritanya ya," Meisya masih menampilkan senyum manis dan menghangatkan untuk Sakha kecil. Sakha mengangguk, dia menurut dan tidak banyak membantah karena takut akan membuat mamanya merasa sedih. Bagaimanapun hati seorang anak kecil cukup sensitif. Sakha juga sengaja keluar dari kamarnya karena dia tidak bisa tidur tadi. Meisya mulai membacakan dongeng Sangkuriang pada Sakha dengan suara pelan dan lembut, membuat anak kecil itu perlahan-lahan merasa mengantuk dan akhirnya jatuh tertidur. Setelah selesai membacakan cerita, Meisya lalu menutup kumpulan buku cerita dongeng dan meletakkannya di atas rak buku kecil yang ada di dalam kamar Sakha. Meisya memandang Sakha dengan penuh kasih sayang, ia menarik selimut untuk menutupi tubuh putranya dan mengecup dahi Sakha sebelum keluar dari kamar tidur Sakha dan mematikan lampu kamar. Menyisakan lampu redup yang menerangi kamar tidurnya. Saat baru saja keluar dari kamar Sakha, Meisya dibuat kaget saat dia melihat sosok Mika yang rupanya tengah mengintipnya sedari tadi dari balik kamar Sakha. "Kamu belum tidur juga Sayang?" Meisya mendekat ke arah Mika yang tampak menundukkan kepalanya dan murung. "Kamu kenapa, apa ada masalah atau tidak bisa tidur?" "Apa besok kita jadi berjalan-jalan sesuai janji Ayah sebelumnya?" Meisya terdiam, dia tidak tahu harus menjawab seperti apa. Dia juga tidak bisa memastikan apakah Ando masih mengingat janjinya yang akan mengajak mereka berjalan-jalan weekend ini. Apa lagi akhir-akhir suaminya sangat sibuk dan Meisya juga agak kesulitan menghubunginya. "Mama akan usahakan tanya pada Ayahmu nanti. Kamu tidur dulu ya, sekarang sudah lewat jam 10 malam. Ayo Mama temani kamu tidur." Meisya yang keibuan merangkul Mika yang kini sudah berusia 10 tahun, tingginya juga sudah sedadanya. Mika tumbuh menjadi anak yang ceria dan semakin cantik setiap harinya. Meisya sangat menyayangi Mika sebagaimana dia menyayangi Sakha dan selalu berusaha untuk bersikap adil pada keduanya tanpa membeda-bedakan perlakuan satu sama lain. "Mika mau tidur sama Mama, temani Mika ya. Tadi Mika mimpi buruk." Kedua mata Mika tampak agak berkaca-kaca, terlihat jelas ada rasa takut dalam diri anak kecil itu yang membuat Meisya merasa kasihan dan tidak tega untuk menolaknya. "Ya udah ayo Mama temenin Mika tidur, jangan takut lagi ya." Meisya merangkul Mika agar masuk ke dalam kamarnya yang ada di samping kamar Sakha. Meisya juga tidak tahu malam ini Ando akan pulang jam berapa, dia sudah malas untuk menunggunya lagi dan lebih memilih untuk menemani Mika tidur. Ranjang Mika lebih luas dari pada ranjang milik Sakha yang kecil. Tentu saja karena Mika sudah beranjak semakin besar dan sebentar lagi akan menjadi gadis remaja yang membutuhkan privasi, juga kenyamanan dalam kamarnya. Sehingga kamar Mika sudah direnovasi tidak lama ini hingga kini terlihat seperti kamar anak remaja yang lebih nyaman untuk anak seusianya. Meisya dan Mika tidur saling berpelukan, keduanya tidak membutuhkan waktu lama untuk tertidur. Hingga tidak beberapa lama kemudian pintu yang tidak tertutup dengan sempurna itu agak berderit pelan dan memunculkan seorang anak kecil berusia 4 tahun. Melihat mama dan kakaknya tidur bersama, Sakha dengan segera masuk ke dalam kamar kakaknya dan ikut naik ke atas kasur. Terlihat sekali kalau Sakha masih terlihat baru bangun dan mengantuk, namun dia tidak bisa tidur sendirian dan mencari mamanya. Begitu melihat kamar Mika yang terbuka sedikit membuat Sakha memutuskan untuk ikut tidur bersama mereka. Ia ada di samping Meisya yang kini mengubah posisi tidurnya menjadi terlentang. Sakha tanpa ragu langsung tertidur dan memeluk Meisya dengan tangan kecilnya. Ketiganya tampak tidur dengan pulas. Hingga setelah beberapa saat kemudian pintu kamar tersebut kembali berderit pelan. Menampilkan sosok pria yang wajahnya tampak kusut dan lelah. Ando mengusap wajahnya sesaat sebelum melangkah maju untuk melihat pemandangan yang ada di depan matanya. Bibirnya tersenyum tipis melihat istri dan anak-anaknya tampak tertidur pulas bertiga. Membuat perasannya yang lelah sedikit terobati, lalu Ando berjalan semakin mendekat ke hingga tiba di samping kasur milik Mika. Ia lalu menundukkan kepalanya, mengecup satu persatu kening mereka bertiga dengan lembut dan penuh kasih sayang. Ada sorot mata menyesal dalam matanya saat melihat pemandangan ini. Ia sadar bahwa akhir-akhir ini dia sangat sibuk dan jarang berada di rumah. Ada masalah dalam pekerjaannya dan dia bahkan sampai lembur untuk menyelesaikan tuntutan klien. Belum lagi masih banyak hal lain yang bisa menjeratnya jika dia tidak berhati-hati ke depannya. Salah sedikit saja dia takut akan dijadikan sasaran orang-orang yang tidak menyukainya. Ando perlahan menggendong Sakha dan membawanya agar kembali tidur di kamarnya sendiri. Setelah memastikan Sakha tidak terbangun dan menyelimutinya dengan baik. Ando lalu kembali ke dalam kamar Mika untuk membawa Meisya ke dalam kamar mereka sendiri. Saat ini Ando tidak ingin tidur sendirian, dia ingin tidur bersama dengan Meisya dan menghirup aroma tubuh istrinya untuk menenangkan pikirannya. Dia ingin memeluknya untuk memberikannya ketenangan saat tubuh dan otaknya terasa lelah karena pekerjaannya. Ando lalu menyelipkan tangannya di bawah leher dan lutut Meisya. Dia akan menggendongnya, tidak peduli seberapa lelahnya dia saat ini. Untuk sekedar menggendong Meisya agar kembali tidur ke kamar mereka, dia tidak keberatan sama sekali. Meisya yang merasa kurang nyaman perlahan menggeliat dan membuka kedua matanya. Dia lalu melihat sosok pria yang wajahnya tampak kusut dan tengah menggendongnya. Pria yang sedari tadi dia tunggu-tunggu kepulangannya. "Kamu sudah pulang?" "Ya, aku pulang!"
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD