Bagian 23 ( Alven dan Alvin)

1172 Words

Pagi itu berbeda. Cahaya matahari menembus tirai putih kamar VIP, jatuh lembut di atas kasur tempat Nadira dan Alven tertidur. Udara rumah sakit yang dingin terasa hangat oleh napas dua manusia yang tanpa sadar saling mendekat sepanjang malam. Nadira menggeliat pelan. Matanya terbuka samar, pandangannya masih buram ketika merasakan sesuatu yang berat melingkari pinggangnya. Butuh waktu beberapa detik sampai ia sadar—itu lengan Alven. Lelaki itu tidur di sisi kirinya, wajahnya begitu dekat hingga Nadira bisa merasakan hembusan napas hangat di pundaknya. Ia sontak menahan napas. Jantungnya berdebar kacau. Sambil menelan ludah, Nadira mencoba perlahan melepaskan diri, tapi baru bergerak sedikit, Alven bergumam pelan dan malah menariknya makin dekat. Gerakan refleks itu membuat wajah Nadira

Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD