Setelah selesai dari butik berlian, Nadira masih sesekali menyentuh kalung clover ungu di dadanya, seakan memastikan itu beneran bukan mimpi. Alven menggenggam tas belanjanya di tangan kiri, sementara tangan kanannya otomatis meraih tangan Nadira. Mereka berjalan keluar dari area butik menuju koridor mall yang pencahayaannya lembut. Beberapa orang sempat melirik—yah wajar aja, pasangan cakep plus barang belanjaan branded pasti mencuri perhatian. Nadira menggandeng lengan Alven, langkahnya ringan karena mood-nya sudah balik manis. “Kita langsung balik ke rumah sakit?” tanya Nadira sambil menoleh. “Hmm.” Alven mengangguk. “Aku mau lihat kondisi Papa dulu. Alvin pasti masih di sana.” Nadira mengangguk mengerti, tapi nada suaranya lembut, “Semoga Papa cepat pulih, Ven…” Alven tersenyum

