Chapter 13

812 Words
Faga dengan ragu memutar kenop pintu sehingga tangan-nya sedikit gemetaran, dia masuk dan melihat gadis yang sudah lama terbaring di rumah sakit. Faga tersenyum tipis dan meraih kursi tak jauh darinya untuk di dudukinya. Faga masih saja memandangi Indi, dan entah ada dorongan apa tiba-tiba saja Faga menggenggam tangan perempuan itu dengan lembut. Persetan dengan gengsi nya, dan tak peduli juga jika perempuan itu sadar meledek dirinya lemah atau bahkan perempuan itu tidak akan sadar. "I miss you." Tiga kalimat yang sepertinya menguatkan Indi untuk berjuang hidup lagi. Lelaki itu bercerita tentang segala apa yang dialaminya entah itu disekolah, dirumah ataupun dimana saja. Yang pada intinya, dia bercerita kepada Indi tetapi tak ada respon apa-apa. Faga tertawa hambar, "By the way, Filda sama Sandi jadian Ndi. Gue aja baru tau kalau Filda itu temen lo. Gue taunya waktu mereka dateng kerumah sakit ngejengukin lo hampir tiap hari." Tetap sama, tak ada pergerkan apapun sudah cukup lama dirinya berada di ruangan yang hanya ada suara Faga dan alat yang berbunyi disekitar nya. Faga mendesah ringan, dia beranjak dari kursinya dan mengecup kening Indi singkat. Sebelum dia benar-benar pergi dia perlahan mengendurkan tangan kanan nya yang sedari tadi menggenggam tangan kiri Indi. Faga masih diam melamun menatap sepatu nya, dia masih saja berdiam ditempatnya. Sehingga dia dapat melihat tangan Indi yang perlahan bergerak-gerak perlahan demi perlahan. Faga hanya menganggap itu hanyalah halusinasi nya saja, tetapi tidak. Perempuan itu perlahan juga membuka matanya yang masih kabur penglihatan nya dan pertama kali dirinya lihat adalah Faga yang sedang menunduk. Ingin berbicara tetapi tidak bisa karena tenggorokan nya sangat kering sehingga tangan kiri nya saja yang ia angkat perlahan berusaha menggapai tangan Faga yang tak jauh darinya. Setelah berhasil memegang tangan Faga, Faga sebelumnya terkejut lalu mendongak menatap Indi yang sudah membuka matanya. Mata Faga membulat, "I-ni bener lo Ndi?" Indi mengangguk singkat. Faga langsung keluar memanggil dokter ataupun suster yang lewat. "DOK! SUS! INDI SUDAH SADAR!" Dia berbalik melihat perempuan itu dengan mata berbinar. "G-ue p-e-ng-en mi-n-um." Indi berucap dengan terbata-bata. Dengan cepat Faga memberikan minum dan saat itu juga Dokter maupun Suster masuk mengecek keadaan pasien nya yang baru saja sadar dari koma nya. Dokter itu tersenyum kepada Faga. "Alhamdulillah, pasien keadaan nya sudah membaik. Tapi saya pesan kan pasien tidak boleh banyak bergerak karena operasi di perutnya belum sembuh sempurna." Ujar Dokter Wahyu. Faga menjabat tangan sang Dokter, "Terima kasih dok." "Sama-sama, kalau begitu saya permisi." Dokter itu maupun suster nya keluar, Faga langsung menyambar ponsel nya yang berada disakunya. Indi masih saja membuka matanya memeperhatikan setiap gerak-gerik lelaki itu. Dia memandangi Faga mulai dari atas sampai bawah. Rambut yang acak-acakan.  Baju yang kusut. Celana saja yang bagus. Dan, sepatu yang sama seperti dirinya. "Hallo ma." Sapa Faga, dia menelpon mama nya. "Kenapa!?" Jawab Fania galak diseberang sana sehingga Faga meringis. "Ga nyelo amat ma, Faga mau nyampein sesuatu." "Ttp cepet ah." "Apaan ttp?" " To the point, kamu norak." "Ah gak peduli, Indi udah siuman ma." "Ohh-- BENERAN!? Oke, mama kesana sekarang." Telpon diputuskan secara sepihak itu yang membuat Faga geleng-geleng kepala saja. Indi tidur merasa lelah, walaupun dia sudah lama tidur di ranjang itu.  Faga menghembuskan nafas nya lega lalu dia duduk disofa menunggu Indi bangun dan juga mama nya. Terima kasih, tuhan. Ucap Faga dalam hati. - "Dia udah sadar!" Terdengar dari nada sang lawan berbicara seperti panik. Reza yang menghisap rokoknya itu seketika dia buang sembarang saja. "Lo gak bohong kan!?" Tekha mendesah diseberang sana, "Ngapain gue bohong, b**o!" Reza tampak berfikir keras. "Gue nyesel ikutin permainan lo! Gue nyesel! Gue awalnya datang kesekolah Indi itu untuk minta maaf sama dia! Tapi dengan b**o nya gue mau turutin ide konyol lo!" Perlu kalian tahu, bahwa Tekha dipenjara atas apa kejadian yang dia perbuat waktu itu. Dia juga seperti kasus pembunuhan, ternyata sewaktu dia menyerang Indi dia tidak hanya menumbuk ataupun mengait kaki nya Indi. Tetapi tangan kanan nya juga mengcekek leher Indi dari belakang. Itu Faga tahu dari SMA lainnya yang melihat. Reza memejamkan matanya yang terlihat merah. Dia m******t bibirnya yang sedikit hitam pucat. "Sampe gue juga di DO dari sekolah gara-gara lo b******k! Gu--" "DIEM ANJING!" Dengan satu kali bentakan dari Reza cukup membuat Tekha terdiam seketika. Reza tak bisa mengendalikan dirinya, dia membanting ponselnya lalu berjalan kearah laci-laci kecilnya. Dia melihat benda yang sudah sering sekali dia pakai dengan perkumpulan nya yang cukup dibilang nakal. Dia memakai benda itu, dan dia sudah tenang lagi tak seperti tadi emosi sehingga wajahnya memerah. Akibat dia memakai benda itu, dia berjalan dengan tubuh yang lunglai tak seimbang lalu dia menumbuk kaca nya yang dilemari. "Asal lo tau Ndi, gue sayang sama lo." Racau nya tak jelas. "GUE CINTA SAMA LO!" dia berteriak dimarkasnya yang sepi. Darah segar mengalir dari tangannya tak perduli dia langsung menghempaskan tubuhnya dikasur kecil dimarkasnya dan memejamkan mata sejenak ingin beristirahat. "Gue sayang sama lo Sil."
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD