Keesokan harinya. Faga sedang beradu baku hantam dengan seseorang.
"Belum puas ngehancurin hidup gue, hah?!" Faga menggertak kan giginya, wajah lelaki itu merah sehingga ke telinga tangan nya mengepal kuat. Ketiga teman-nya tak berani mengganggu kegiatan adu jotos antara Faga dan juga Reza yang sedang berkelahi di rooftop yang sepi karena waktunya pembelajaran.
"Ng-gak b-akal-an gue gangg-u hidup lo lagi kalau lo gak ngambil orang yang gue sa-yan-g." Desis Reza terbata-bata sambil mengelap darah di bibirnya akibat Faga memberikan pukulan yang keras disudut bibirnyaa.
"KENAPA INDI YANG LO JADIIN KORBAN! t***l!" Tak bisa tahan emosi, Faga kembali menghajar Reza.
Lagi-lagi Faga memberikan bogeman tepat di perut Reza, menendang nya bahkan menumbuk wajah lawan nya berkali-kali, "MATI LO, ANJING!"
Sudah, tak bisa dibiarkan lagi Sandi menarik Faga dengan d**a naik turun penuh amarah yang tak bisa dihentikan. Faga memberontak, "Lepasin! Gue mau habisin dia!"
"Lo lupa ini dimana Ga? Disekolah, bisa hancur reputasi lo sebagai ketos. Dan lo di cap sama kek 'dulu' lagi," Sandi berusaha menenangkan Faga dengan membawa jabatan lelaki itu.
"GAK PEDULI DENGAN JABATAN ITU! Yang penting," jeda Faga "gua gak bakal ngelepasin lo, camkan baik-baik. Hari ini lo selamat karena temen gua kalau gak lo udah ketemu Tuhan sekarang!"
Dia pergi dari rooftop dengan amarah yang belum terkendalikan, dia butuh tenang saat ini untuk meredamkan kemarahan-nya.
Derik dan Gara berdecak sebal melirik Reza yang masih bergeletak dibawah nya,
"Gak usah sok jagoan, lo tau kan Faga itu gimana." Gara berucap dengan ketus lalu pergi begitu saja dari hadapan nya begitu juga dengan Derik.
Hanya tersisa Sandi dan Reza saling diam tak ada yang berbicara, Reza bergerak ke kanan dan ke kiri sesakali meringis karena badan nya sakit hebat.
Sandi membuang nafas nya pelan, "Gue harap lo berubah Za."
Setelah itu mereka meninggalkan Reza yang masih tergeletak di rooftop. Pusing melanda dirinya, pandangan nya kabur, lalu setelah itu gelap lelaki bertubuh jangkung itu pingsan di rooftop yang sepi hingga ada suara seorang perempuan memekik lalu berjalan kearahnya berniat membantu Reza untuk pergi ke UKS.
"Astaga, Reza!" Indi berucap panik, lalu dia menopang bahunya sebagai tempat sandaran Reza akan berdiri dengan langkah teratih-atih Indi sebentar lagi akan sampai menuju UKS.
Setalah sampai perempuan itu menarug Reza di ranjang lalu menuju dimana kotak P3K berada. Tak lupa juga dia menaruh minyak kayu putih di tangan Reza atau disodorkan nya untuk Reza menghirup aroma nya agar lelaki itu bangun dari pingsan nya. Kenapa gak mati aja sekalian? Ingin Indi berucap seperti itu tetapi sama saja bukan? Sesama umat muslim harus saling membantu?
"Duh, gak mau bangun-bangun lagi." Perempuan itu semakin panik akan keadaan Reza yang tak bisa lagi disebut seperti berkelahi biasa saja? Seperti perkelahian yang brutal, Reza banyak lebam dan juga darah di sekitar wajah nya.
Indi telah bersekolah karena jahitan di perutnya sudah sedikit sembuh karena kemarin dia datang lagi ke rumah sakit Pertamedika yang dimana dirinya dirawat sewaktu itu.
Diambilnya obat merah dan juga alkohol untuk membersihkan luka-luka di wajah dan di lengan lelaki yang masih saja belum bangun. Dengan telaten Indi mengobati nya setelah itu dia membuang kapas yang tadi dia pakai mengambil kotak nya lalu menaruh nya kembali.
Tungguin, gak, tungguin, gak. Ih, tapi gue takut kalau di apa-apain lagi. Eh, Ini kan sekolah, ga bakal lah. Jadi, seorang mantan yang baik harus nemenin. Batin Indi
Di tariknya kursi lalu duduk menopang kedua tangan-nya, merasa ngantuk dia tertidur dengan tangan yang digunakan menjadi bantal untuk sandaran kepala nya. Lama kelamaan deru nafas perempuan itu mulai teratur.
●●●
Suara tanda bel terdengar seantero sekolah, ketiga perempuan yang baru keluar itu merasa janggal akan sesuatu Rossa mengentikan jalan nya lalu menoleh ke arah Filda dan Putri.
"Indi mana?" Tanya nya bingung.
"YA ALLAH! FILDA BARU INGET GAK ADA INDI." Filda beteriak histeris sehingga Rossa dan Putri menutup telinga nya.
"Lebay." Cibir Rossa meninggalkan kedua teman nya yang masih berada di belakang, niat nya pingin ke kelas Faga untuk menanyakan dimana Indi berada tetapi kenapa harus Faga yang dia tanyakan?
Setelah sampai di kelas 12 IPA 2 Rossa menyembulkan kepala nya mencari sosok yang dia ingin bertemu, dan voila! Lelaki itu ada sibuk sedang mencatat sesuatu di buku nya.
Derik yang baru datang di kelas nya menoleh kepada Rossa bingung, "Ngapain lo?"
"Tau Indi dimana nggak?" Bukan nya menjawab dia balik bertanya kepada Derik.
Derik mengedikkan bahunya, "Ya mana gue tahu, temen-temen lo juga kok nanya gue."
Percuma saja jika berbicara dengan lelaki yang bisa dikategorikan tampan bagaimana tidak? Wajahnya yang sedikit kecoklatan dan juga lesung pipi kiri yang dalam, alis yang tebal, mata biru lautnya, bibir pink pucat, bulumata yang sedikit panjang.
"Kenapa? Ganteng?" Pertanyaan itu yang baru saja Rossa mengagumi nya lalu seperti ingin muntah saja.
"Najis,"
Derik terkekeh lalu mengacak rambut Rossa seketika perempuan yang rambutnya diikat kuda menegang. Derik masuk ke kelasnya begitu saja lalu berbincang-bincang kepada Faga.
Rossa masih saja di daun pintu berdiam, detak jantung nya tak karuan akibat perlakuan Derik. Detak jantung yang dulu hanya berdekatan dengan 'dia' kini muncul kembali.
Apakah dia berhasil telah melupakan lelaki yang dulunya menjalin hubungan asmara selama satu tahun lebih lalu dengan bodohnya Rossa meninggalkan lelaki itu.
Rossa mendadak pusing, lalu dengan cepat dia menggelengkan kepala nya berbalik ingin ke kantin dia tahu jika Putri dan Filda pergi ke kantin sampai dia lupa kenapa dia mendatangi kelas Faga tapi akhirnya malah berbicara dengan Derik.
●●●
Reza masih merasakan pusing di kepala nya, perlahan dia membuka matanya melihat keatas putih dan melihat di sekelilingnya sebagai ingin tahu bahwa dirinya berada dimana saat ini juga.
Matanya terhenti oleh satu perempuan yang sedang tertidur, di angkatnya tangan nya yang seingatnya berdarah akibat tergesek sewaktu berkelahi tadi tetapi kini menghilang darah itu.
Diraba nya wajahnya perlahan lalu melihat telapak tangan nya tak ada juga darah, difikiran nya apakah Indi yang mengobati dirinya?
Seukir senyuman manis di wajah lelaki itu, lalu dia perlahan juga bangun ingin meninggalkan UKS mumpung juga saat ini dia menggunakan jaket biru navy kesukaan nya. Di taruh nya dipundak perempuan yang sedang tertidur itu lalu melihat kertas dan pulpen menulis nya singkat.
To; Sila
Makasih udah ngobatin gue Sil:)
love u more.
-Eza
●●●