Acara belum juga selesai, aku menghampiri Mas Naren dan memberitahunya bahwa aku ke kamar duluan, aku sudah tidak sanggup di sini, ramai dan sesak. Semakin malam, semakin banyak orang yang datang. Aku tidak nyaman dan aku ingin menyendiri. Mas Naren menoleh dan berkata, “Kamu ke kamar duluan. Nanti aku menyusul,” katanya didepan para rekan bisnisnya. Aku di suruh ke kamar lebih dulu? Ini apa sih, jantungku kembali berpacu hebat, Mas Naren bersikap seperti suami pada umumnya, mesra dan bersikap lembut padaku didepan semua orang. Aku mengangguk lalu tersenyum melihat rekan bisnis Mas Naren, mereka juga memberikan senyum yang tampan, aku hampir terbuai oleh ketampanan mereka. Tapi, tidak ada yang dapat mengalahkan ketampanan Mas Naren. Aku pun melangkah hendak pergi menuju pintu keluar, na

