Prolog

564 Words
Luna                         Pletak…!             Aku menggeram kesal untuk kesekian kalinya ketika Mas Danu lagi-lagi melemparku dengan kacang kulit yang ada di pangkuannya. “ Serius banget sih dek?” “ Lo lempar gue sekali lagi pakai tuh kacang, lo gue mutilasi mas!” desisku sambil melotot horror ke arah Mas Danu yang saat ini sedang tersenyum mengejek. “ Habisnya lo dari tadi serius banget. Gue dikacangin mulu.” “ Gue serius salah, nggak serius salah. Lo gimana sih? Adek lo rajin begini harusnya lo bersyukur bukannya malah digangguin.” Punya kakak yang usilnya nggak ketulungan memang cukup ampuh untuk melatih kesabaran. “ Iya deh iya yang lagi rajin. Emangnya lo kesambet apa sih kok tiba-tiba jadi semangat banget ngebut skripsi?” “ Terpaksa. Maunya gue sih yang nyantai mas. Tapi dosbing gue minta gue buat cepet lulus.” “ Dosbing lo kayaknya udah muak deh liat muka lo di kampus.” Mas Danu tertawa setan. “ Bisa jadi.” “ Dosbing lo cewek apa cowok dek?” Mas Danu beringsut duduk tepat di sampingku. “ Cewek mas. Selain galak, cerewet pula. Duh, telinga gue kadang sampai berdengung kalau lagi dengerin beliau ceramah.” “ Awas kualat loh dek. Jangan suka ngomong sembarangan.” “ Yang ngajarin siapa yang meringatin siapa? Sadar diri lah mas.” balasku tak mau kalah. “ Kok jadi nyalahin gue? Sorry-sorry nih dek, masmu ini dulu jadi lulusan terbaik. Jadi udah pasti hanya mengajarkan pada adiknya yang baik-baik.” aku hanya bisa mencibir ketika mendengar Mas Danu membual. Eh tapi apa yang Mas Danu bilang memang benar. Dia adalah mahasiswa lulusan terbaik diangkatannya. Aku boleh bangga dong, punya kakak pintar? Ehe. “  Iya deh iya. Lo yang sabar ya, punya adek dengan kapasitas otak pas-pasan kaya gue.” “ Gue emang selau sabar kok. Buktinya lo belum gue buang sampe sekarang.” “ Mas Danu! Lo lama-lama keterlaluan banget tau nggak? Bikin mood gue ngilang. Tanggung jawab!” kali ini aku sudah bersiap melempar Mas Danu dengan bantal sofa yang berada tepat dibelakangku. Entah kenapa, tiba-tiba saja aku merasa kesal sendiri. Belum sempat aku benar-benar melempar bantal ke arah Mas Danu, tiba-tiba saja Mas Aji sudah menghalangiku. “ Dek Una udah…” ucap Mas Aji memperingati. “ Mas Danu tuh Mas, gangguin aku terus.” “ Danu stop ganggu adikmu.” “ Aku nggak ngapa-ngapain kok Mas. Dek Una aja yang lagi sensi.” “ Sudah-sudah. Jangan bikin mas kalian ini tambah capek.” Setelah mengatakan itu, Mas Aji langsung bergegas menuju kamarnya di lantai dua. Setelah Mas Aji pergi, aku dan Mas Danu hanya saling mencibir kesal. Oh iya, sebelumnya aku mau memperkenalkan diri terlebih dahulu. Namaku Aluna Maya Winata. Biasa dipanggil Luna atau Una juga boleh. Aku memiliki dua kakak kandung laki-laki. Yang pertama adalah Mas Aji. Nama lengkapnya adalah Prasaji Satya Winata. Sedangkan kakak keduaku adalah Mas Danu. Nama lengkapnya sih Wardanu Bayu Winata. Untuk umur, aku terpaut lima tahun dengan Mas Aji dan satu tahun setengah dengan Mas Danu. Jadi jangan heran kalau aku sering bertengkar dengan Mas Danu. Jarak umur kami yang sangat dekat membuat kami sangat akrab. Tapi justru karena saking akrabnya membuat kami tak jarang bertengkar gara-gara hal sepele. Tapi kalaian paham lah maksudku pertengkaran macam apa yang terjadi di antara kami berdua. Ya kan? Sementara itu dulu ya. Aku mau lanjut ngerjain skripsi. *** Warning : Tulisan ini hanyalah FIKTIF BELAKA :)
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD