Prolog

241 Words
Angin sore yang berhembus tenang mengenai wajahku, bahkan membuat kering air mataku. "Bunda tak pernah memaksa ayahmu untuk memilih bahkan menikahi bunda, Nak." Aku menatap ke bola mata bunda begitu tenang. Bunda mengelus lembut rambutku, bahkan menatanya di belakang telinga. " Aku mencintainya,Bun," kataku pelan menahan air mata yang tak kunjung mau berhenti. Bunda tersenyum kecil." Cinta tak bisa dipaksakan, bukankah kamu sudah mencoba nya." Aku mengangguk membenarkan perkataan bunda. " Itu bukan cinta, Andrea! Kamu hanya ingin memilikinya. Kamu hanya ingin menang di depan Sea." Aku menggeleng, kali ini pikiran bunda salah. Aku benar-benar mencintainya. "Bund...." selaku membela diri. Bunda memotongnya, " Kamu ingin berkata bahwa bunda salah," tebaknya. Aku mengangguk sambil memainkan cincin yang melingkar indah di jari manisku. " Kalau benar kamu mencintainya, buat dia bahagia." "Ak....aku sudah melakukan berbagai cara agar dia melihatku bunda, tap...tap...tapi," Jawabku terbata. Bunda menghapus air mataku "Aku ingin kisahku seperti bunda dan ayah." "Bunda malah tak ingin melihat nasibmu sama dengan bunda. Bunda ingin kamu mendapatkan lelaki yang mencintai dan memperjuangkanmu.” "Bunda," kataku sendu dipelukannya. "Kamu ingin membuatnya bahagia?" Aku mengangguk. "Lepaskan dia, biarkan dia bersama orang yang dicintainya. Kamu tahu dengan siapa dia akan bahagia. Biarkan dia hidup dengan Sea!" Aku menangis di pundak bunda, apa aku bisa melepasnya. Sudah banyak yang telah ku korbankan bahkan membuat sahabat dan teman terdekatku memusuhiku. Jika aku melepaskannya, maka tak ada satupun orang yang ada disekitarku. Bahkan ayah dan kak Adri pun membenciku.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD