bc

Dalam Dekapanmu

book_age18+
6.2K
FOLLOW
37.6K
READ
spy/agent
revenge
independent
tragedy
twisted
bxg
male lead
city
bodyguard
seductive
like
intro-logo
Blurb

21+ (Mature Content)

Olivia 'Livie' Soemitro menatap tajam pengawal pribadinya yang baru, Benaya 'Ben' Theodorius yang tubuhnya dipenuhi tatto dan mantan narapidana. Menurut Livie pria itu terlalu meresahkan dan berbahaya untuknya.

Saat Ben bersedia menjadi pengawal putri konglomerat di hadapannya sekarang, misi hanya satu yaitu mencari pembunuh Istrinya. Tapi siapa yang bisa melawan takdir dan membawanya kepada cinta yang Ben pikir sudah mati.

Tapi Ben tidak akan tunduk pada perasaan yang dia anggap tidak penting, karena saat misinya selesai, maka tugasnya sebagai pengawal Olivia juga selesai.

Tapi benarkah demikian?

Cover: Orisinal

Pembuat: Irumi

Gambar: Cyril Farquet Lilla (sudah mendapat izin dan gratis)

chap-preview
Free preview
BAB 1
Dels mau ingatin ya teman2ku sayang ... ini hanya cerita fiksi yang  seluruhnya adalah imajinasi penulis. Jika ada tokoh, konflik, tempat atau apa pun yang sama terjadi dalam cerita ini, ini hanya cerita fiktif. Tidak ada maksud untuk menyinggung atau mangangkat isu apa pun. Selamat membaca   Suara pintu sel yang berderit sudah seperti nyanyian bagi para penghuni penjara bagian tingkat kejahatan level satu. Para tahanan di sana ada yang masih berharap bisa bebas dan menunggu hari kebebasan itu. Ada yang menjalani sisa hari-hari seumur hidup, dan ada yang sudah siap menanti hukuman mati. Kekerasan sudah terbiasa terjadi di dalam kumpulan para penjahat yang dianggap paling berbahaya itu. Siapa kuat dialah yang berkuasa. Siapa bilang jika sudah di penjara mereka akan berubah? Yah ada untuk beberapa orang, tetapi sisanya tetap tidak berubah malah semakin memberontak bahkan tidak sedikit yang akhirnya gila. Bunuh diri juga sering terjadi karena putus asa karena tak sanggup menjalani hukuman yang masih panjang. Apa lagi untuk mereka yang belum tentu bersalah tapi tuduhan menyatakan mereka lah pelaku kejahatan. Benaya Theodorius yang sudah dua belas tahun tinggal di penjara kelas satu itu melakukan tugasnya pagi itu membersihkan seluruh halaman di bloknya. Pengawasan tidak terlalu ketat bagi pria itu karena selama menjadi tahanan, dia jarang bermasalah dengan peraturan yang ada. Ben, begitulah dia biasa dipanggil adalah sosok yang pendiam, ditakuti oleh para tahanan lain setelah melalui banyak percobaan dan perkelahian selama di dalam penjara dengan tahanan yang sebelumnya berkuasa. Tubuhnya penuh tato, janggutnya jarang dicukur hingga memanjang dan rambutnya panjang melewati bahu. "Ben ... ! Tinggalkan sapu itu, ada yang ingin bertemu," perintah salah satu penjaga penjara. Ben bertanya-tanya dalam benaknya, selama dua belas tahun dia dalam tahan tidak siapa pun yang pernah datang menemuinya kecuali pengacaranya di tahun pertama dia di penjara. Pria itu mengikuti sipir yang membawanya ke satu ruangan dan di sana sudah ada dua orang laki-laki yang menunggunya, dan dia kenal salah satu di antaranya. "Selamat pagi, Benaya Theodorius, bagaimana kabarmu?" tanya Murron Tesla, seorang detektif yang sempat ia kenal saat kasus kematian istri Ben. Ben tidak menjawab, dia menatap pria itu dengan ekspresi dingin. "Duduklah, ada hal penting yang ingin kubicarakan denganmu dan temanku ini." Murron menunjuk pria yang duduk di sampingnya. "Ada perlu apa?" tanya Ben dengan suara datar dan dingin. Sekarang ia duduk berhadap-hadapan dengan dua orang pria di depannya. "Dia ini, Jack Bameswara, pemilik Dragon Security, juga seorang agen rahasia. Mungkin kau pernah mendengar tentang dia." Murron memperkenalkan Ben pada Jack dan keduanya saling bertatapan. Ben tahu Dragon Security , sebuah perusahaan dibidang jasa yang menyediakan jasa keamanan yang biasa dipakai oleh para pengusaha, artis, bahkan pejabat pemerintah. Tapi secara pribadi ia tidak mengenal siapa itu Jack Bameswara. Dan ia masih diam menatap keduanya menunggu kemana arah pembicaraan ini dan kenapa seorang agen rahasia datang menemuinya. Jack memperhatikan pria yang duduk di hadapannya itu sudah jauh berubah dari Ben dua belas tahun lalu. Sangat jauh berbeda dari foto yang dikirim padanya melalui data pria itu yang terkumpul diberkasnya. Tubuhnya yang dulu bersih sekarang penuh tato, lebih besar dan berotot. Tatapan mata Ben sedingin kutub utara dan jelas tampak kekejaman di mata itu.Hilang sudah Benaya Theodorius seorang eksekutif muda yang berusia dua puluh lima tahun, berpenampilan rapi dan bersih juga menawan. Ketampanan darah Yunani dari pihak ibunya masih terlihat di wajah pria itu. Tapi tentu saja ketampanan yang sudah jauh berbeda. Sosok yang sekarang hanya seonggok daging hidup yang dipenuhi dendam dan amarah, harapan jelas tidak lagi terlihat di matanya. Jack mengambil waktu sejenak sebelum berbicara pada pria berambut panjang dan janggut lebat tersebut. Ia tahu, bukan hal mudah menyakinkan pria seperti Ben yang telah melewati dua belas tahun hidup dalam penjara dengan tuduhan yang tidak pria itu lakukan. "Ben Theodorius, aku langsung kepada intinya saja kenapa kami datang ke sini. Tepatnya kenapa aku meminta Murron membawaku menemuimu setelah dia merekomendasikan dirimu padaku." Ben masih diam tak menjawab, tapi dirinya sedikit penasarandengan maksud perkataan Jack tentang Murron yang merekomendasikannya.  "Jika kau mempunyai kesempatan keluar dari tempat ini, apa kau mau melakukan sesuatu untukku?" tanya Jack. Ben mendengus mencemooh. Sudah jelas hukuman yang diterimanya adalah seumur hidup, dan ia ditahan di penjara paling kejam di negara ini. Siapa pun yang berusaha lolos dari tempat tersebut dipastikan akan mati dan sejauh berdirinya penjara yang dibangun di atas batu karang di pulau terpencil tersebut, belum pernah ada satu orang pun yang berhasil lolos. "Aku bisa mengeluarkanmu dari sini, tapi kau harus bekerja untukku." Lanjut Jack. "Siapa kau, Jack Bameswara, sampai bisa mengeluarkan aku dari tempat terkutuk ini?" Dengan suara berat dan dingin dia bertanya. Tatapan bosan di matanya tampak mengejek Jack. Jack tersenyum memaklumi dengan apa yang sekarang timbul di pikiran Ben. "Aku bisa melakukannya sobat, kalau kau berhasil menyelesaikan misimu, kau bebas selamanya dari sini, kalau kau gagal, pilihannya hanya dua, kau mati atau kembali ke sini." Ben menatap Jack tajam tak percaya, tapi ia bisa melihat kejujuran dan kesungguhan di mata pria. "Aku rasa, kau juga pasti ingin tau kan, siapa sebenarnya yang membunuh istrimu? Kesempatan ini bisa kau gunakan untuk mencari tau pelakunya. Dan itu bisa kau lakukan jika kau berada di luar penjara ini." Pancing Jack. Raut wajah Ben langsung berubah, ia mengatupkan rahangnya kuat hingga gurat ketegangan terlihat jelas di wajahnya. "Tugasmu, menjaga seorang gadis bernama Olivia Alexandra Soemitro. Putri dari Jonan Soemitro," ucap Jack. Ben tampak sedikit terkejut mendengar nama yang disebut Jack barusan. Ia dulu pernah bertemu dua kali dengan Jonan Soemitro saat menghadiri seminar bisnis yang dihadiri para pengusaha tersebut. "Melihat ekspresimu, sepertinya kau kenal dia. Kau pasti sudah tau melalui berita jika Jonan Soemitro sudah meninggal kerena ditembak. Dan sekarang keponakanya, Eric Soemitro yang mengambil alih seluruh bisnis Jonan. Putrinya, Olivia Soemitro menghubungiku karena dia curiga bahwa sepupunya ada sangkutpaut dengan kematian ayahnya. Dia meminta seorang pengawal pribadi padaku." "Pasti dia wanita yang sangat berarti bagimu, sampai kau memakai seorang narapidana pembunuh kelas satu untuk menjaga si gadis kaya ini," sindir Ben ketus. Jack terkekeh. "Aku tau kalau bukan kau pembunuh sebenarnya," kata Jack tenang. Ben pun langsung menatapanya waspada. "Saat ini, Olivia masih di Swiss dan lusa akan sampai, kau akan langsung menjemputnya ke bandara." "Aku belum menerima tawaranmu," sahut Ben. "Kau pasti menerima tawaranku ini jika kukatakan Eric Soemitro adalah teman dekat dari Raditya Malik." Ben langsung bangkit berdiri. Jack tertawa kecil. "Tenanglah sobat, sudah kukatakan tawaran ini akan menguntungkanmu. Penampilanmu sekarang sangat membantu, karena orang-orang tidak akan mengenalimu. Kau sudah sangat jauh berbeda dari Ben yang dulu. Dan sudah dua belas tahun kau berada di sini, kemungkinan orang mengingatmu sangat lah kecil, kecuali mereka yang memiliki urusan yang belum selesai denganmu." "Jadi tugasku hanya menjaga seorang wanita kaya manja?" sindirnya kembali. Jack mengangguk. Sedangkan Murron yang sejak tadi mengikuti percakapan mereka, sangat tahu jika tugas Ben lebih dari sekedar pengawal pribadi. "Kapan aku keluar?" tanya Ben. Jack tersenyum dan bangkit berdiri lalu keluar dari ruangan itu tanpa menjawab. Lalu Murron berkata padanya. "Percayalah, Ben, bahkan kau nanti tidak akan menyadari kau tiba-tiba sudah keluar dari sini." Ia pun beranjak menyusul Jack dan meninggalkan Ben yang masih duduk terpaku. Murron gagal membela Ben karena bukti pembunuhan memberatkan pria itu. Dan dia merekomendasikan Ben pada Jack untuk menjadi seorang pengawal pribadi, adalah  satu-satunya cara Murron menolong pria malang tersebut. "Sania ... sepertinya keajaiban masih ada," ucapnya muram menyebut nama istrinya. Malam harinya,  tiba-tiba Ben mengigil kedinganan, kepalanya terasa mau pecah, tubuhnya panas. Ia memukul besi jeruji tahanan sambil memegang kepalanya yang sangat sakit. Tidak lama penjaga penjara datang, melihat Ben seperti banteng yang hampir tumbang. Keringat membasahi tubuh pria itu. Teman-temannya di tahanan lain memandang Ben heran, karena ia tidak pernah terlihat sakit. Dua orang sipir penjara pun datang, lalu membawa Ben ke klinik kesehatan di dalam penjara. Selama perjalanan menuju klinik, pandangan Ben menggelap dan ia pun tak sadarkan diri. Ben merasa badannya seperti remuk, kepalanya masih sakit tapi tidak sesakit sebelumnya. Pria itu meringis sambil memegang kepalanya. Diantara rasa sakit yang dirasakannya, Ben merasa kalau tempat tidurnya sangat empuk. Ruangan juga harum. Di dalam setengah sadarnya, Ben bisa mendengar cekikikan anak kecil di dekatnya. Ben langsung membuka matanya lebar. "Papaaaa ...! Om sudah bangun!" teriakan dari gadis kecil berumur empat tahun memakai piyama berwarna kuning dengan gambar winnie the pooh membuat Ben tertegun sekaligus terkejut. Dia pun langsung duduk sambil meringis dan menatap sekelilingnya. Dia berada di dalam kamar bercat kuning pucat, duduk di ranjang besar yang dia ingat terakhir kali dia tidur di ranjang seempuk itu adalah dua belas tahun lalu. "Halo, Om ... " sapa si gadis kecil ramah sambil tersenyum lebar. "Namaku Pamela Bameswara. Panggil aja aku, Pam." Ben memandang gadis berambut hitam sebahu dan tersenyum padanya dan tampak lesung pipi menghiasi wajahnya. Pintu kamar terbuka, Jack pun masuk  ke dalam yang langsung dikejar putrinya dan dia mengangkat serta menggendong putrinya dengan sayang. "Sudah kenalan sama, om Ben?" tanya Jack, yang dijawab anggukan oleh putrinya. "Tapi Om diam aja, Pa," kata Pamela sambil memandang Ben sedih. "Om Ben kan lagi sakit," ucap Jack sambil tertawa kecil pada putrinya, yang dibalas Pamela dengan anggukan. "Rasa sakit di kepala dan badanmu sebentar lagi akan berkurang," kata Jack pada Ben yang tampak masih berusaha mencerna apa yang terjadi di sekitarnya. "Sekarang mandi lah dan turun ke bawah sarapan. Istriku tidak akan menolerir orang yang terlambat sarapan." "Cepat ya, Om ... " Pamela iku menimpali. Keduanya pun keluar dari kamar tersebut. "Jadi aku sudah tidak di tempat terkutuk itu?" gumam Ben tak percaya, lalu kembali melihat sekelilingnya. "Aku di rumah Jack Bameswara?" tanyanya pada dirinya sendiri. "Mama ... Om Ben udah bangun," lapor Pamela saat dia dan ayahnya menemui ibunya, Clara Wiraatmadja, yang sedang hamil besar anak kedua. "Lebih ganteng siapa? Om atau papa?" Senyum jahil tampak di wajah mantan reporter yang membuat dunia heboh dengan berita spektakuler dari orang-orang penting dunia lima tahun yang lalu. Walaupun dia sekarang sudah menjadi seorang istri dan ibu, ia masih aktif di dunia jurnalis dan memiliki program acara sendiri yang mengangkat isu-isu politik, kemanusiaan di salah satu stasiun televisi milik ayahnya. "Papa!" jawab putrinya sambil memeluk leher ayahnya erat. Clara menyipitkan matanya pada putrinya pura-pura marah. "Papa itu pacarnya, mama. " "Mama istrinya papa, bukan pacar. Iya kan, Pa?" Pamela menatap ayahnya meminta dukungan. Jack mendesah panjang saat Clara menatapnya tajam. Kehamilan kedua Clara kali ini membuat istrinya sering sinis kepadanya. "Benar. Mama itu istri, papa," jawab Jack pada putrinya "Kalau begitu, mama mau cari pacar baru! " kata Clara. Pamela terkikik tertawa. "Kata papa, yang mau sama Mama, cuma papa aja." Clara langsung tersulut emosi dan melotot marah pada Jack yang menghela nafas melihat istri dan anak perempuanya saling bersahutan. Tiba-tiba tatapan Clara langsung terpaku melewati bahu Jack yang masih menggendong putri mereka. Jack pun berbalik melihat Ben yang berdiri mengenakan celana Jeans dan kaos putih, sedangkan rambut panjang pria itu masih terlihat basah. "Selamat pagi, Nyonya Bameswara." Ben menyapa Clara sopan dengan ekspresi datar. Clara langsung berdehem melihat sosok besar tinggi di hadapannya. Dia pun langsung tersenyum ramah, menghampiri Ben dan mengulurkan tanganya pada pria itu untuk bersalaman. "Clara Wiraatmdja Bameswara. Panggil aku, Clara," ucapnya sambil tersenyum lebar menatap Ben. Lalu dia berdecak sedih. "Seandainya aku lebih dulu bertemu denganmu Simson yang seksi, Jack Bameswara tidak akan masuk dalam daftarku." Suaminya langsung memutar matanya bosan sambil menggeleng lalu mendudukkan putrinya di kursi meja makan. "Terima kasih," jawab Ben kaku sambil memperhatikan wanita cantik berambut pendek yang sedang hamil besar itu. "Ayo kita sarapan." Ajak Clara sambil berjalan ke arah meja makan yang sudah dipenuhi berbagai makanan. Tiba-tiba rasa sakit menghantam dadanya melihat interaksi keluarga kecil Jack. Istrinya yang mencium pipi Jack sambil menggoda putri mereka. Seandainya hari itu tidak terjadi, pikir Ben muram.

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

My Devil Billionaire

read
94.7K
bc

Siap, Mas Bos!

read
11.1K
bc

Single Man vs Single Mom

read
97.1K
bc

Tentang Cinta Kita

read
188.3K
bc

Dinikahi Karena Dendam

read
203.1K
bc

My Secret Little Wife

read
92.1K
bc

Suami untuk Dokter Mama

read
18.4K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook