bc

Our Feelings

book_age18+
12
FOLLOW
6
READ
dare to love and hate
drama
bxg
city
friendship
like
intro-logo
Blurb

Karena sebuah kesalahan yang tidak disengaja, Lita terpaksa mendekap dalam perangkap seorang Vin yang dikenal sebagai pria kejam dan dingin.

Vin yang kala itu ingin menolak perjodohan dari sang ayah, akhirnya menemukan alasan yang tepat dengan menjadikan Lita sebagai kekasih.

Berawal dari kisah kasih yang dikarang oleh Vin, perlahan dia sendiri mulai terperangkap dalam perasaannya terhadap Lita. Namun, Lita yang sebelumnya sudah memiliki seorang kekasih, menolak keras perasaan Vin terhadapnya. Hingga suatu peristiwa membuat Lita akhirnya melupakan kekasih hatinya dan beralih perasaan pada Vin.

chap-preview
Free preview
Bawa Dia!
Lita baru mengakhiri kelasnya sore itu. Ketika meninggalkan kelas, dia mendapat pesan yang mengharuskannya untuk segera pergi ke suatu tempat. "Kenapa harus sejauh ini?" Meskipun sempat mengeluh, Lita akhirnya menaiki taksi untuk segera menuju lokasi. "Anda sudah tiba, Nona," kata supir taksi menghentikan mobilnya setelah perjalanan yang memakan waktu hampir dua jam. "Sudah tiba? Tapi dimana tempatnya?" Lita mengedarkan pandangan keluar, dia tidak menemukan tempat tujuannya di antara beberapa toko besar dan restoran di kota itu. "Lokasinya tidak jauh dari sini, Nona. Anda bisa berjalan kaki karena tidak ada kendaraan apapun yang diperbolehkan masuk," jelas supir taksi itu. Lita memerhatikan ke arah luar sekali lagi. Memang tidak ada kendaraan yang melintas di sana, semua orang berjalan kaki. Menurut alamat yang dia terima, tidak jauh dari pancuran besar di depan Mall adalah tempat tujuannya. "Baiklah, terima kasih." Lita menuruni taksi setelah membayar ongkos, lalu mulai berjalan ke depan, mengikuti petunjuk yang ia dapat dari supir taksi tadi. Berjalan hampir sepuluh menit, Lita tidak menemukan tanda-tanda adanya tempat yang ia tuju. Bahkan semakin ke dalam, tempatnya semakin sepi dan sunyi. "Apa aku salah arah?" gumamnya mulai ragu. Setelah memastikan bahwa tidak ada apapun di tempat itu, Lita memutuskan untuk kembali. Namun, baru memutar tubuhnya ke belakang, tanpa sengaja dia melihat sesuatu yang seharusnya tidak ia lihat. "Bunuh saja dia!" titah seorang pria bernama Vin yang duduk dengan kaki bersilang, menyaksikan adegan di depan mata sebagai tontonan yang menyenangkan. "Baik, Bos!" Begitu menerima tugas dari atasan, seorang pria langsung menghantam kepala seseorang yang sudah tidak berdaya dengan benda keras hingga tewas. Lita yang menyaksikan hal tersebut tidak jauh dari tempatnya berdiri, seketika menjerit histeris dengan sekujur tubuh yang gemetar. Para pria yang berada di tempat itu menjadi terusik dengan jeritan Lita, termasuk Vin yang baru saja menikmati kesenangannya. Langsung saja Zion yang menjadi tangan kanan Vin, pergi untuk membawa Lita ke hadapan Vin. Antara sadar dan tidak, Lita yang sedang ketakutan hanya bisa pasrah dibawa secara paksa oleh seseorang. Bahkan dia tidak sempat menolak, dan lebih parahnya tidak sempat melarikan diri dari sana. Hingga tanpa sadar kini dirinya sudah dalam posisi terduduk di hadapan seorang pria muda berwajah tampan. Melihat tamu yang tidak diundang adalah seorang wanita, Vin sempat berpikir apa yang harus dilakukannya pada gadis itu. "Ck. Sayang sekali, sepertinya ini menjadi malam terakhirmu," ucap Vin menatap dingin ke arah Lita. Barulah Lita sadar bahwa sebentar lagi nasibnya akan sama seperti seseorang yang baru saja ia lihat. Namun, hingga saat ini Lita tidak mengeluarkan sepatah kata. Kecuali rasa takut yang berkuasa penuh atas dirinya. Pembunuhan di depan mata bukanlah suatu hal yang biasa bagi seorang gadis seperti Lita, hanya dengan menyaksikannya sekilas saja, maka akan meninggalkan trauma yang mendalam bagi gadis itu. Melihat seorang gadis yang hanya duduk terdiam di hadapannya seperti orang bodoh, membuat Vin murka. Dia yang tidak pernah tidak direspon oleh lawan bicaranya menjadi sangat marah ketika didiamkan oleh Lita. Padahal Vin jelas melihat jika gadis itu sedang gemetar ketakutan. "Apa dia bisu? Apa dia buta?" Vin bertanya karena bukan hanya tidak mendengar suara Lita, tapi tatapan gadis itu juga kosong. "Namun, dia baru saja menjerit, Bos. Saya yakin dia melihat segalanya," sahut Zion. "Ya, aku tidak tuli. Aku bisa mendengar tadi dia menjerit," ucap Vin malas, disertai rasa penasaran dengan reaksi Lita. Dalam beberapa detik, kini Vin sudah mendekatkan wajahnya ke hadapan Lita. Menatap gadis itu lebih dekat dan jelas. Dari jarak tersebut, Vin dapat mendengar degup jantung Lita yang berirama cepat. Keringat di dahinya juga terlihat, lengkap dengan wajah Lita yang pucat. Mata yang berkaca-kaca tidak bisa menyembunyikan ketakutan pada diri gadis itu. Lalu kenapa dia hanya duduk diam tanpa memohon pengampunan? Vin menarik kembali tubuhnya ke belakang, menyilangkan tangan ke d**a, matanya masih memerhatikan Lita lekat-lekat. Masih ia pikirkan apa yang harus dilakukannya pada gadis itu, hingga tiba-tiba sirine polisi terdengar mendekat, membuat pria itu kembali terusik. "Ck. Apa kalian tidak bisa mencari tempat yang lebih nyaman dari kebisingan!" bentak Vin kesal. "Mari pergi, Bos. Ini tidak aman untuk anda." Zion langsung mendekati Vin dan memberi instruksi pada anak buah yang lain untuk segera bersiap pergi. Vin yang sudah berdiri, tiba-tiba mengalihkan perhatiannya pada Lita yang masih dalam posisi semula. Bahkan gadis itu tidak terpengaruh sama sekali dengan sirine yang terdengar kian nyaring. Membuat rasa penasaran Vin semakin dalam. "Bawa dia juga," titah Vin pada Zion. "Iya, Bos?" Zion yang tidak percaya dengan pendengarannya langsung memastikan sebelum salah bertindak. Vin mengerling malas ke arah Zion. "Ck. Apa kau juga ikut tuli seperti dia?" bentaknya kesal. "bawa saja dia, jangan biarkan polisi itu yang membawanya dan berpikir dia lah yang membunuh orang tersebut. Bukankah kita yang harus mengurusnya? Sepertinya akan menarik sekali." Senyum mengerikan terbit di wajah tampan Vin. Dengan alasan yang jelas seperti itu, Zion baru akan bergerak. Apa yang Vin katakan memang ada benarnya, bahwa tidak mungkin mereka membiarkan gadis yang tidak bersalah itu harus menanggung perbuatan mereka. Namun, untuk alasan selanjutnya dari Vin, Zion sama sekali tidak setuju. Dia tidak ingin Lita bernasib sama seperti orang lain. "Kau harus ikut dengan kami," kata Zion meraih lengan Lita untuk berdiri. Sejujurnya, berhadapan dengan seorang wanita bukanlah kebiasaan yang disukai Zion. Namun, karena perintah dari Vin, mau tidak mau dia harus melakukannya. Zion membawa Lita masuk ke mobil yang sama dengan Vin. Menempatkan gadis itu di kursi depan, tepat di sebelahnya yang akan mengemudi. Sedangkan Vin yang tidak suka berdekatan dengan siapapun, duduk di belakang seperti biasa. Selama perjalanan, hanya keheningan yang tercipta. Baik dari Vin maupun Zion, sama-sama tidak mengeluarkan suara. Sedangkan Lita yang masih ketakutan, suaranya seakan lenyap begitu saja. Setelah menempuh perjalanan kurang lebih setengah jam, kini mereka sudah tiba di kediaman Vin. Zion dengan cepat menuruni mobil dan membukakan pintu untuk Vin. "Pastikan tidak ada masalah, aku ingin tidur dengan tenang," kata Vin merapikan jasnya setelah turun dari mobil. "Baik, Bos." Zion mengangguk mengerti apa yang Vin inginkan. "lalu …." Mata Zion tiba-tiba mengarah pada Lita yang masih duduk di dalam mobil. "bagaimana dengan gadis itu, Bos?" tanyanya dengan hati-hati. Vin ikut menoleh pada Lita, dia yang sempat melupakan keberadaan gadis itu seketika menjadi bingung. "Ck. Mengurus seorang gadis saja apa kau tidak bisa?" Dia langsung melemparkan kesalahan pada Zion. "Bukankah anda sendiri yang memintanya untuk dibawa kemari? Lalu kenapa aku yang disalahkan?" protes Zion sebagai pembelaan diri, tapi dia hanya mengucapkan kalimat tersebut di dalam hati. Pada kenyataan, Zion tetap harus menerima tuduhan tersebut dan menyelesaikannya dengan baik. "Baik, Bos. Akan saya urus." "Kalau begini kan enak. Aku tidak harus ikut pusing dengan keberadaan dia," gumam Vin sambil berlalu dari sana. "Saya tidak akan melakukannya lagi, Bos," ucap Zion menunduk ketika Vin melewatinya. Zion membuka pintu mobil dengan malas, lalu meminta Lita untuk turun. "Turunlah. Aku tidak ingin menarikmu secara paksa," ucapnya tanpa menoleh pada Lita. Lita menurut, turun secara sukarela.

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

Terpaksa Menikahi Tuan Muda Lumpuh

read
12.7K
bc

Tentang Cinta Kita

read
145.8K
bc

HEART CHOICE

read
37.3K
bc

My Secret Roommate

read
106.3K
bc

B̶u̶k̶a̶n̶ Pacar Pura-Pura

read
124.2K
bc

My husband (Ex) bad boy (BAHASA INDONESIA)

read
239.8K
bc

Kali kedua

read
195.6K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook