Prolog
"Tidak! Jangan!"
"Aku mohon, jangan melakukan itu. Aku berjanji akan pergi jauh dari kehidupanmu, tapi biarkan aku hidup kali ini saja."
Seorang perempuan bertubuh kurus kering dan wajah pucat dipenuhi keringat dingin itu terus menyeret tubuhnya agar berada sejauh mungkin dari jangkauan suaminya.
Sementara di sisi lain, seorang pria dengan tatapan dingin dan jijik semakin mendekat, tak lupa dengan sebuah benda tajam yang begitu menyilaukan di tangan kanannya. Benda tajam itu seperti baru saja diasah dan kini sedang berburu mangsanya.
"Clowy! Clowy! Aku mohon bantu aku kali ini saja, aku mohon. Kita sudah bersahabat sejak lama dan kamu ingin melihatku mati seperti ini?" mohon Vivian seraya memeluk kaki perempuan lainnya yang berada di sana.
Keadaan keduanya terlihat begitu kontras. Yang satu sangat berantakan tak terurus dengan raut penuh ketakutan, sementara yang satunya lagi terlihat sangat terawat dan tengah tersenyum puas penuh kemenangan sekarang.
Clowy membungkukkan badannya. "Aku sudah bilang padamu sebelumnya, jangan bermain-main denganku. Tapi, kau malah terus ingin bermain api denganku, rasakan saja akibatnya sekarang," bisik Clowy.
Vivian yang mendengarnya sekarang hanya bisa pasrah, tubuhnya tersungkur di atas lantai dingin penuh debu karena Clowy menendangnya tanpa belas kasihan.
Bahkan air matanya tak lagi bisa keluar, hanya rasa sakit hati dan dendam yang begitu besar di hatinya. Bahkan saat Oriel mendekat dan menghunuskan benda tajam miliknya di jantung Vivian, ia tak bisa lagi melawan.
"Uhuk, uhuk!"
Darah kental berwarna merah pekat keluar dari mulut Vivian, tubuhnya lemas dan terbaring di lantai dalam keadaan setengah sadar. Matanya terus menatap benci pada mantan sahabat dan suaminya yang kini berjalan meninggalkannya sembari saling merangkul.
Tangannya berusaha mengelus perutnya yang sedikit menonjol. "Kumohon, sekali saja aku mendapat kesempatan. Ini semua rasanya tidak adil bagiku dan bagi anakku," batin Vivian mengeluh.
Detik itu juga setelah permohonannya tersampaikan diliputi rasa dendam, penyesalan dan kesedihan yang bercampur, kesadarannya seketika hilang dan hanya kegelapan yang ada.
Sementara itu, cahaya terang tiba-tiba keluar dari tubuh Vivian yang hanya bisa dilihat oleh orang tertentu saja. Cahaya itu membawa sebuah jiwa penuh rasa penyesalan untuk berjalan melewati waktu.
*