1. Susu Full Cream
***
Ah... Ah... Ah... Uwoouwooo...
Croot! Croot! Croot...
"Enak, Pa! Terusin!"
Ini adalah malam valentine. Malam yang diidamkan banyak pasangan. Malam di mana produk Sutra di banyak toko grosir sold out.
Setelah hampir 30 menit berasmara bersama, akhirnya Joko dan istrinya terbaring lemas di tempat tidur sembari memandangi langit-langit kamar mereka.
"Mama mau coba hal baru enggak?" tanya Joko pada istrinya.
Baru saja mereka selesai begituan, dan Joko kembali menawarkan sebuah promo spesial dalam berhubungan intim. Entah dari mana kekuatan ekstra itu datang. Padahal Joko bukanlah genderewo yang tidak bisa puas dalam hal 'nganu'.
"Hal baru apa, Pa?"
Lilis masih belum paham apa maksud Joko yang sebenarnya. Mereka baru saja selesai mencicipi surga dunia. Artinya Joko mungkin saja membahas hal lain. Bukan tentang dunia esek-esek rumah tangga.
"Hal baru dalam nge-fuck, Ma. Mama ingat enggak novel yang mama suka itu? Yang nama tokohnya mirip sama nama papa," terang Joko yang kini menoleh pada istrinya.
Lilis begitu cantik dalam balutan selimut berwarna biru, dengan gambar pokemon di atasnya. Selimut hadiah pernikahan mereka dulu. Sudah agak lusuh, tapi masih nyaman digunakan.
"Cerita yang nama tokohnya Adrian itu, Pa?" Tak menunggu lama, Joko mengiyakan pertanyaan istrinya lewat anggukan kepala.
Sekadar informasi, nama asli Joko adalah Adrian Hutama. Hanya saja orang-orang malas memanggilnya Adrian. Mereka lebih tertarik memanggilnya Joko. Lebih sederhana, dan sesuai dengan porsi wajah lelaki itu. Kata orang sekelilingnya nama Adrian terlalu mewah.
"Papa mau coba apa? Mama belum paham, Pa. Coba terangkan lebih jelas. Biar mama tercerahkan. Ada apa dengan novel kesukaan mama itu?"
Otak Lilis belum bekerja seperti biasa. Masih loading lama seperti komputer yang banyak virus di dalamnya. Maklum saja, mereka baru saja menghabiskan banyak energi, yang berujung Lilis merasa lapar. Orang bilang bahwa jika seseorang lapar maka konsentrasinya akan hilang.
"Mama pernah kepikiran enggak. Mama disodok sambil diikat tali rafiah di tempat tidur?" tanya Joko sambil tersenyum Joker. Benar-benar ngeri senyuman itu.
"Enggak! Enak aja. Papa aja yang diikat di tempat tidur gimana? Papa jangan aneh-aneh. Kita udah coba banyak gaya loh. Gaya doggy, gaya sendok, gaya kambing, gaya sapi, gaya buaya. Semua udah dicoba. Masa mau diikat juga. Ngeri amat." Lilis memutar bola matanya
"Lagian papa enggak puas sudah menzinahi mama sebegitu lamanya tadi? Bahkan mama sudah merasa seperti kerasukan arwah cabe-cabean karena papa." Lilis menarik selimutnya ke atas, sekadar menutupi buah dadanya yang lumayan montok itu.
"Tiga puluh menit itu waktu yang sebentar loh, Ma. Temen papa ada loh yang tahan sampai 2 jam. Bukan di novel itu." Joko masih saja merayu istrinya dengan penjelasan-penjelasan ilmu seksologi.
"Temen papa genderewo kali makanya sekuat itu," sahut Lilis. "Udah, Pa. Jangan bahas itu lagi. Otak mama jadi syok dengernya. Mending papa istirahat dulu. Kumpulkan tenaga, nanti baru gas lagi." Lagipula Lilis juga lelah. Dia tidak bisa hidup dalam kukungan nafsu seperti tokoh wanita dalam novel tema gairah nafsu m***m CEO.
"Ya udah deh. Tapi... Papa boleh minta s**u, enggak?"
"s**u full cream?"
"Papa mau yang original punya mama!" Joko berujar sembari cekikikan. Jelas itu hanya candaan, walaupun memang Joko menyukai s**u yang itu.
Lilis yang mendengarnya memelototkan mata dan memukul pelan lengan suaminya. Candaan suaminya benar-benar membuat Lilis terus menggelengkan kepala. Lelucon bapak-bapak. Kalau didengar orang bisa dibully mereka.
"Beneran ini, Pa. Mau original punya mama atau full cream tetrapet?"
"Mama jangan cemberut begitu lah. Kurang ayu kelihatannya. Original punya mama kan tadi udah. Jadi papa mau yang s**u full cream kesukaan papa."
"Ya udah kalau gitu."
Lilis mulai mengambil dasternya yang ada di lantai dan memakainya. Lalu ia bergegas ke dapur, membuatkan suami tercintanya s**u full cream kesukaannya.
Entah dari mana awalnya, Joko mendadak saja menjadi fans fanatik s**u full cream. Memang benar bahwa s**u full cream enak rasanya. Tapi, apakah di bumi ini ada pria yang menggilai s**u full cream seperti Joko?
Di saat lelaki lain tidak bisa hidup tanpa kopi, Joko justru tidak bisa hidup tanpa s**u full cream. s**u itu sudah menjadi bagian terpenting di dalam hidupnya. Lilis sudah sering bertanya alasan suaminya menyukai s**u full cream, dan jawabannya selalu sama. Karena s**u full cream rasanya enak.
***
Lilis merasa lapar setelah menyelam dalam surga dunia, sehingga ia mengambil roti tawar di dapur, mengolesi selai coklat kacang di atasnya dan menyantapnya penuh nafsu. Sekadar mengisi perutnya yang hampa. Setelah itu barulah Lilis mengambil kotak s**u full cream di dalam kulkas, kemudian ia tuangkan ke dalam gelas.
Saat dirasa sudah pas rasa susunya, Lilis pun membawakan s**u itu kepada suaminya. Satu-satunya kunci utama agar Joko tetap bahagia adalah dengan menyediakan s**u full cream setiap saat jika Joko butuh.
Meskipun ada pihak lain dalam rumah tangganya, Lilis masih bisa menerima. Selagi pihak lain itu bukan manusia, dan hanya berwujud sekotak s**u full cream. Lilis tidak akan cemburu pada s**u full cream.
"s**u full cream-nya sudah datang, Pa."
Lilis menyodorkan s**u itu kepada suaminya. Kemudian disambut baik oleh Joko dan senyum cerah di wajahnya. Setelah tugasnya beres, Lilis mengambil posisi di samping suaminya. Lilis masuk ke dalam pelukan suaminya.
"Susu-nya enak, Ma."
"Ya iyalah, Pa. Namanya juga s**u, rasanya pasti enak. Beda cerita kalau mama kasih papa jus pare." Lilis semringah, dan semakin merapatkan diri pada tubuh suaminya.
Lilis bahagia hidup bersama suaminya. Semua itu karena Joko tidak menuntut banyak hal darinya. Tidak menuntut Lilis untuk kurus, tidak menuntut Lilis mendapatkan anak. Joko sangat berbeda dari kebanyakan lelaki di muka bumi.
Setelah menikah, Joko tidak mendesak Lilis punya anak. Karena target Joko dan Lilis bukan punya anak, tetapi target adalah kebahagiaan mereka sendiri.
Versi kebahagiaan Joko dan Lilis bukanlah memiliki anak, tetapi bersama sesulit apapun masalah yang mereka hadapi. Walaupun orang sekitar mereka banyak cingcong sampai bibir mereka dower, Joko dan Lilis sama sekali tidak peduli. Dikata mandul, dikata kurang beruntung tidak memiliki anak, mereka tidak peduli.
"Oh ya, Pa. Jika suatu hari papa di hadapkan pada pilihan antara pilih mama atau pilih s**u full cream, maka papa akan pilih?"
Mendadak Lilis memikirkan pertanyaan yang baru saja terlintas di pikirannya. Hidup itu terkadang memiliki banyak sekali pilihan. Lilis penasaran apa yang akan dipilih oleh Joko?
"Papa akan pilih dua-duanya," jawab Joko sambil tertawa. Tanpa ia sadari s**u full cream yang ia minum ternyata sudah habis di dalam gelasnya.
"Enggak boleh pilih dua-duanya lah, Pa. Harus pilih satu."
"Pilih apa ya? Papa juga enggak tahu. Kenapa juga pertanyaannya aneh begitu? Enggak mungkin lah ada situasi seperti itu."
Joko malas memikirkan kemungkinan-kemungkinan yang akan terjadi dalam rumah tangganya. Intinya adalah dia berkomitmen membahagiakan Lilis sampai akhir hidupnya. Ya, meskipun kita semua tidak tahu apakah komitmen itu bisa direalisasikan atau tidak. Karena kata seseorang, "Korek api saja bisa dicuri orang lain, apalagi suami."
Walaupun wajah Joko pas-pasan, dan jika jadi aktor pun hanya mentok jadi pemeran pembantu, tetap saja siapa yang tahu takdir hidup? Bisa jadi ada perempuan yang buta mata mau merebut Joko dari Lilis? Kita tidak pernah tahu.
"Pertanyaannya enggak aneh kok, Pa. Cuma papa aja yang enggak mau jawab." Lilis cemberut karena pertanyaannya tidak dijawab.
Jadi, Joko pun memberikan pelukan hanya agar istrinya luluh dan benar saja Lulus luluh. "Jangan cemberut gitu, kurang ayu," bisik Joko.
Memang agak menggelikan, tetapi Lilis menyukai kegelian itu untuk sesaat. Pertanyaan Lilis pun tidak terjawab karena Joko mengingat hal lain kepada istrinya.
"Besok mamaku dan kak Fuji akan mampir ke rumah sepulang papa kerja. Katanya mau bahas sesuatu."
Pengumuman dari suaminya membuat Lilis lesu. Sudah bukan rahasia lagi kalau ibu mertua dan kakak ipar perempuan adalah musuh seorang istri. Firasat Lilis mengatakan kalau besok, mungkin saja ada pertengkaran. Untung Lilis belum potong kuku, sehingga jika ada pertikaian maka Lilis bisa mengeluarkan benteng pertahanannya melalui kuku itu.
"Mau apa lagi sih mereka datang? Papa 'kan tahu kalau mama kurang akur sama mereka. Gimana kalau terjadi perang di rumah ini besok malam?" tanya Lilis yang lebih memilih untuk menghindari perang.
Jika harus memilih, Lilis hanya ingin berperang bersama suaminya di kasur, daripada berperang melawan ibu mertua dan kakak ipar perempuan.
"Mama tenang aja, 'kan ada papa. Kita hadapi mereka sama-sama, Okay." Joko masih mencoba menenangkan istrinya.
"Memangnya papa sanggup hadapi mereka?"
"Bisa dong. Selagi ada s**u full cream. Papa bisa hadapi apa saja." Joko menyengir.
Lilis memutar bola matanya. Entahlah, selalu s**u full cream yang ada di kepala suaminya. Apakah s**u itu sangat mempengaruhi isi kepala suaminya.