Goodbye, Noah!

1073 Words
Noah berusaha menulikan telinga dari segala macam gossip yang ada. Setelah hubungannya dengan Ziona kandas, mereka terlihat menjaga jarak membuat teman kantor mereka kebingungan, namun baik Noah maupun Ziona tidak ada yang berniat memberikan klarifikasi. Membiarkan opini publik berkembang liar. Membiarkan mereka bertanya-tanya meski hanya berani dalam hati. Membiarkan mereka bergosip ria dan berasumsi sesuai kemauan mereka. Ya, sejak dulu mereka memang tertutup. Enggan mengumbar kemesraan yang terlalu berlebihan. Sikap mereka di kantor pun cenderung seperti sahabat, bukan pasangan kekasih yang terus menerus menempel seperti lintah! Meski sering makan siang bersama, berangkat dan pulang kerja bersama, tapi masih dalam tahap wajar. Bahkan sekarang, di hari terakhir Ziona bekerja, gadis itu hanya mengadakan farewell party untuk teman satu divisinya, tanpa mengundang Noah. Ziona sadar banyak orang yang heran dan ingin bertanya tapi mengurungkan niat karena sejak awal Ziona memang tidak suka bercerita tentang kehidupan pribadinya. Saat berkencan dengan Noah pun, Ziona hanya tersenyum jika ada yang bertanya atau menggodanya. Tidak pernah merespon terlalu jauh. Tidak heran kalau sekarang tidak ada yang berani bertanya, takut menyinggung atau menyakiti perasaan Ziona. Dua hari kemudian… Ziona memandang sekeliling rumahnya yang sudah ditutupi kain putih. Mengucapkan selamat tinggal dalam hati. Perpisahan dengan Noah membuat Ziona memutuskan hal ini. Lebih baik meninggalkan Jakarta dan memulai kehidupan baru di tempat lain. Meninggalkan masa lalu di belakang. Ziona ingin Noah memulai hidupnya tanpa harus terbeban dengan keberadaan dirinya, apalagi Ziona telah menyakiti hati Noah dengan ucapannya! Ya Tuhan, Ziona tidak menyangka kalau pada akhirnya dirinya harus menyakiti hati pria yang sudah begitu baik padanya. Menyakiti hati malaikat penolongnya! “Goodbye, Jakarta! Goodbye, Noah! Maaf karena aku melakukan hal sejahat ini padamu. Aku harap kamu bisa bertemu dengan wanita yang lebih baik dariku dan bisa menerimamu dengan tulus, dan pastinya sederajat,” gumam Ziona dan melangkah pergi dengan mantap meski hatinya meronta sakit! Meski enggan, tapi Ziona tetap memaksakan kakinya untuk melangkah menjauh. Ziona tidak akan membiarkan rasa cintanya menghambat masa depan Noah! Seminggu kemudian… Noah berdiri di depan rumah Ziona yang tampak sepi dan tidak berpenghuni, bahkan lampu teras pun tidak menyala, bagaikan rumah kosong! Berulang kali Noah menekan bel, tapi tidak ada respon. Tidak ada tanda-tanda kehidupan. Padahal Noah berharap Ziona muncul di hadapannya sambil tersenyum lebar! Senyum yang selalu bisa membuat Noah ikut tersenyum! Senyum yang membuat Noah betah berlama-lama memandang wajah cantik Ziona! Tapi jangankan Ziona, yang ada di hadapannya hanya kegelapan! Suram! Apakah Ziona benar-benar pergi? Kemana? Kenapa Ziona harus melakukan hal seekstrem ini? Berpisah dan melarikan diri darinya tanpa jejak? Sebenarnya apa kesalahan yang telah Noah lakukan hingga gadis itu tega meninggalkannya seperti ini? Padahal Noah begitu mencintai Ziona dan selalu memperlakukannya dengan baik! Tidak taukah Ziona kalau seminggu terakhir ini Noah merasa begitu tersiksa karena tidak bisa melihat gadis itu di kantor? Tersiksa karena meski Ziona telah memutuskan hubungan, tapi hatinya masih mengharapkan gadis itu? Tidak heran kalau dirinya nekat datang ke rumah Ziona, tapi nyatanya, Noah hanya mendapati rumah itu kosong! Ziona sudah pergi entah kemana! Damn! Dua tahun kemudian… Ziona melirik jam tangannya dan mengumpat dalam hati. Memaki kecerobohan dan kesialannya pagi ini. Sudah pukul 7.50 sedangkan nanti pukul 8.30 Ziona harus menghadiri rapat penting! Padahal kantornya masih cukup jauh dari tempatnya sekarang berada. Ahh! Andai dirinya tidak bangun kesiangan dan andaikan taksi yang ditumpanginya tidak mogok di pinggir jalan, Ziona pasti tidak perlu sefrustasi ini! Tapi mau bagaimana lagi? Karena terlalu sering lembur, tidak heran kalau tubuh Ziona meminta waktu istirahat jauh lebih panjang dari biasanya. Maka saat alarmnya berbunyi, bukannya bangun, tapi Ziona malah kembali terlelap tanpa sadar akan kecerobohannya! Damn! Dan saat sedang bermacet ria, taksinya pakai acara mogok pula! Ahh! Siall kuadrat! Ziona mengeluarkan ponsel, memutuskan untuk memesan ojek online. Tidak mungkin lagi naik taksi dengan kemacetan seperti ini. Heran, rasanya dulu Bali tidak semacet ini, tapi kenapa sekarang tingkat kemacetannya malah semakin parah? Apa banyak orang yang hijrah ke Bali seperti dirinya? Ziona menggeleng, tidak memiliki waktu untuk berpikir mengenai alasan kemacetan yang selalu membuatnya emosi. Dengan cemas Ziona menunggu kedatangan sang ojek online yang untungnya tiba tidak lama kemudian. “Bli, sesuai titik ya. Tolong agak cepat, saya lagi buru-buru!” pinta Ziona sambil memakai helm dan naik ke atas motor, beruntung dirinya selalu mengenakan celana panjang! Sang ojek online mengangguk paham, siap menunjukkan bakat terpendam yang dimilikinya. Bakat yang tidak bisa ditunjukkan di arena balap namun akan ditunjukkannya di jalan raya! Dan sepanjang jalan Ziona hanya bisa berdoa dalam hati. Serius, abang ojeknya bagaikan pembalap sejati, bisa dengan luwes menyalip kemacetan di Bali yang panjangnya gila-gilaan. Setelah sekian menit bertaruh nyawa, Ziona baru bisa bernafas lega saat dirinya tiba di depan kantor pada pukul 8.20 dengan selamat! Nyaris! “Makasih, Bli! Kembaliannya ambil aja!” seru Ziona dan melesat masuk ke dalam kantor, bersiap untuk menghadapi meeting 10 menit lagi! Ziona bergegas merapikan penampilannya. Tidak ingin terlihat lusuh, apalagi meeting kali ini akan dihadiri oleh pemilik perusahaan secara langsung! Ziona tidak ingin memberikan kesan yang tidak enak di pertemuan pertama. Sebagai sekretaris direktur kantor cabang di Bali, dirinya harus tampil rapi kan? Ziona masuk ke dalam ruang meeting, belum ada siapapun. Syukurlah. Awal yang baik, ini artinya dirinya tidak terlambat! Sebagai bawahan, lebih baik dirinya yang menunggu daripada ditunggu oleh atasan! Ziona menoleh saat pintu ruang meeting terbuka dan Stanley, direktur sekaligus atasannya, masuk. Ziona mengulas senyum di wajah cantiknya. “Morning, Mr. Stanley.” “Morning, Ziona. Persiapan meeting pagi ini tidak ada masalah kan?” “Tidak ada. Semuanya sudah disiapkan dengan baik. Semoga meeting kali ini berjalan lancar seperti biasa.” “Semoga saja karena aku dengar boss kita kali ini jauh lebih rewel dari yang sebelumnya,” desah Stanley sedikit ragu. “Dari yang sebelumnya? Maksud anda kali ini adalah penggantinya?” tanya Ziona heran, tidak tau menau tentang silsilah kepemilikan perusahaan tempat dimana dirinya bekerja. Bagi Ziona, itu adalah hal yang memusingkan. Lebih baik fokus pada pekerjaannya saja daripada memikirkan kaum elite di atasnya! “Ya, sekarang perusahaan sudah diserahkan kepada putranya yang adalah ahli waris tunggal,” beritahu Stanley sambil berbisik. “Ahh, I see! Semoga saja putranya jauh lebih baik dalam mengelola perusahaan.” “I hope so!” Obrolan mereka terhenti saat pintu ruang meeting kembali terbuka dan kali ini sang objek pembicaraan muncul di hadapan mereka. Dan Ziona hanya bisa terdiam saat melihat siapa pria yang berdiri di hadapannya. Baru mengetahui siapa penerus perusahaan yang dimaksud oleh Stanley, dan orang itu adalah Noah Linford! Mantan kekasihnya! Damn!
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD