Bab 1 – Kisah Malam

1146 Words
Suara petir di luar rumah membuat Mollie ketakutan setengah mati. Gadis itu tengah berlindung di balik selimut yang menutup seluruh tubuhnya. Beberapa kali ia berteriak dan merasa tidak nyaman dengan keadaan saat ini. “Aku benci hujan!” seru Mollie. Tok Tok Tok “Argh!” Ceklek “Kau baik-baik saja?” tanya seorang pria dari pintu kamar. Mollie melompat dari atas ranjang, dan langsung memeluk pria itu. “Kakak, aku takut!” ucap Mollie. “Baiklah, aku akan menemani-mu di sini sampai hujan berhenti.” “Terima kasih, Kakak.” “Mama sedang menginap di rumah Bibi Hilda, jadi … mungkin besok baru kembali.” “Aku tahu, kata Mama … Bibi Hilda sedih karena Bubu tidak pulang.” “Iya, apa kau tahu kenapa?” “Bubu sudah tiada.” “Apa?” “Bubu tertabrak mobil yang ada didekat rumah, tubuhnya di buang ke sungai yang letaknya tidak jauh dari rumah Bibi Hilda,” jelas Mollie. Mendengar hal itu, Will sebagai kakak hanya bisa menelan ludahnya dengan kasar. Memang sudah biasa jika sang adik mengetahui semua yang tidak diketahui orang biasa. Tetapi … tetap saja hal itu sangat menakutkan untuk Will. “Mollie, apa aku perlu memberitahu Mama?” “Tidak perlu, aku sudah memberitahu Mama tadi. Bubu ada di sini, dia duduk di bawah ranjang itu dengan lidah menjulur,” jelas Mollie. “Mollie, kau tahu jika aku masih belum terbiasa dengan hal seperti ini, bisakah kau menghentikannya?” tanya Will. “Baiklah, cukup temani aku sampai aku terlelap.” “Ya, tidurlah. Aku akan menjagamu.” Mollie Grannell adalah seorang gadis berusia 27 tahun, ia tinggal di Venezuela, Negara beriklim tropis di benua Amerika. Sudah satu tahun terakhir ini Mollie berada di dalam rumah dan hanya pergi ke beberapa tempat saja. Gadis yang menghabiskan waktu selama tiga tahun di rumah sakit karena koma, kini memiliki kelebihan yang tidak sembarang orang miliki di sana. Mollie mengalami sebuah kecelakaan saat melakukan pendakian bersama teman-temannya. Ia jatuh ke jurang dan mengalami koma karena luka pada bagian kepala. Selama di rumah sakit, Will sang kakak selalu setia menemani. Tidak ada orang lain selain Will dan Sophia sang ibu yang ingin Mollie selamat. Sementara Arlo, kakak ke dua Mollie hanya sibuk dengan bisnis keluarga dan juga urusan lainnya. Anak ketiga dari pasangan Sophia dan Victor itu terbangun dengan wajah pucat. Mollie melihat apa yang tidak bisa dilihat orang lain. Ia menyebut mereka dengan roh, makhluk yang tidak kasat mata itu selalu ada di sekeliling Mollie. Dan mereka ingin meminta bantuan pada Mollie, hanya saja … cara yang mereka lakukan selalu membuat Mollie takut. Will melihat sang adik telah terlelap. Ia pun bisa keluar dari kamar itu dan kembali ke kamarnya sendiri. Meski ia sendiri masih takut akibat cerita yang Mollie katakan. Will bersyukur tidak bisa melihat semua itu. Keesokan paginya … Mollie terbangun karena Bubu berada di atas tubuhnya. Terkejut … Mollie berteriak dan membuat Will berlari masuk ke dalam kamar adiknya itu. “Ada apa?” tanya Will. “Ti-tidak … aku hanya terkejut, Bubu tiba-tiba saja ada di atas tubuhku.” “Apa?” “Kakak, apa kau sudah menyiapkan sarapan untukku?” “Ya, kau bisa makan di bawah. Aku akan pergi ke restoran, apa kau tidak masalah jika aku meninggalkanmu sendiri di rumah?” “Ya, ini sudah pagi. Aku akan baik-baik saja.” “Baiklah … apa kau ingin ikut? Jika kau tidak segera mencari pekerjaan, setidaknya kau harus ikut andil di dalam bisnis keluarga kita.” “Aku tahu, aku akan memikirkannya terlebih dahulu.” Mollie memiliki ijazah dari Harvard dengan nilai yang cukup bagus. Hanya saja, ia tidak bisa bertahan lama saat bekerja di sebuah perusahaan. Ya … semenjak bisa melihat roh, Mollie tidak bisa bekerja dengan baik. “Aku sangat malas hari ini, apa yang harus aku lakukan?” “Bangun dan pergi cari kerja!” ucap Ayah Mollie yang duduk di kursi. “Papa, kau mengejutkan aku. Sejak kapan Papa ada di sana?” tanya Mollie kesal. “Sejak kau berteriak.” “Untung saja Kakak tidak bisa melihat Papa.” “Kenapa kau selalu takut? Bukankah satu tahun sudah cukup untuk beradaptasi dengan kelebihan itu?” “Papa, tidak mudah untuk beradaptasi. Mereka selalu muncul dalam bentuk yang menakutkan, sama seperti yang Papa lakukan sebelumnya!” omel Mollie pada roh sang ayah. Ya … Victor Grannell sudah tiada sejak sepuluh tahun silam. Pria itu masih berada di dalam rumah sebagai roh, san saat mengetahui sang anak bisa berinteraksi dengan dirinya, Victor semakin senang. Victor mengatakan pada Mollie, ia tidak bisa meninggalkan keluarganya, karena ia masih harus menjaga sesuatu yang tidak diketahui banyak orang termasuk keluarganya sendiri. “Papa, apa kau tidak ingin memberikan keberuntungan untukku?” “Apa?” “Papa tidak memiliki nomor lotre atau lainnya? Aku ingin mencoba beberapa nomor agar bisa membeli beberapa barang.” “Sayang aku tidak bisa memukulmu, andai bisa, ingin sekali aku memukul kepalamu.” “Papa! Kenapa kau jahat pada anak sendiri?” “Bekerja saja agar mendapatkan uang! Kenapa kau harus berpikir pendek untuk mengikuti lotre!” “Ish … Papa memang tidak bisa diandalkan. Baiklah, aku akan mencoba mencari pekerjaan.” Mollie turun dari atas ranjang, lalu berjalan ke kamar mandi untuk membersihkan dirinya. Setelah itu, Mollie berjalan keluar untuk memakan makanan yang sudah disiapkan Will. “Sampai kapan Bibi akan mengambil cuti libur? Rumah ini terlihat sepi tanpa Bibi Julia,” gerutu Mollie. Bibi Julia adalah asisten rumah di sana, sudah tiga hari ini Julia mengambil cuti karena harus kembali ke Brazil untuk menemui anaknya di sana. Sampai akhirnya Mollie selesai dengan kegiatan makan pagi itu. Ia pun duduk di ruang santai dengan menonton televisi. Tidak hanya itu, meski televisi sudah hidup, Mollie justru berkutat pada ponsel miliknya. “Kau mengatakan akan mencari pekerjaan, tetapi kenapa kau masih duduk di sini?” omel Victor. “Papa, jangan mengomel. Aku sedang melakukan seperti yang kau katakan. Lihatlah ini!” Mollie menunjukkan ponselnya. Mollie sedang mencari pekerjaan dari website online. Beberapa sudah ia tandai untuk mengirim lamaran pekerjaan. “Papa, apa yang kau lakukan di sini?” tanya Mollie. “Aku sedang menikmati acara televisi.” “Dasar hantu!” “Apa kau bilang?” “Tidak, ada roh nyamuk yang sedang mencoba menghisap darahku,” ujar Mollie beralasan. Setelah selesai dengan beberapa nama perusahaan di website itu, Mollie mematikan televisi dan kembali ke dalam kamar. Ia sedang mencari beberapa berkas miliknya untuk di foto. “Apa yang kau lakukan?” tanya Victor. “Aku akan mengirim CV melalui e-mail yang tertera di website perusahaan itu,” jelas Mollie. “Bukankah jika ingin melamar pekerjaan kau harus datang ke sana?” “Zaman sudah berubah, Papa. Ini bukan era kuno, kita sudah tinggal di era modern dengan teknologi semakin maju,” jelas Mollie. “Ya, aku bahkan sudah lupa jika aku ini hanya hantu gentayangan saja.”   
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD