Lima tahun telah berlalu sejak Malam Keseimbangan, malam ketika Raja Bhairawa hancur menjadi debu hitam dan Pewaris Naga menolak takhta. Mandira benar-benar telah memasuki Fajar Keseimbangan.
Dipimpin oleh Dewan Tetua yang baru—dikepalai oleh Kinara (sebagai perwakilan kearifan politik Darah Matahari) dan Nyi Ratih (sebagai suara rakyat dari Jaringan Senyap)—kerajaan itu perlahan pulih dari luka tirani.
Tembok-tembok ibu kota kini dihiasi oleh mural yang bercerita tentang kebebasan, bukan lagi ketakutan. Keris Naga Langit dan Permata Surya diletakkan di alas batu yang baru, menjadi simbol Keseimbangan yang dijunjung tinggi oleh Dewan.
Namun, kedamaian di dunia nyata selalu lebih rapuh daripada yang tertulis dalam legenda. Arya, sang Penjaga Senyap, kini hidup sepenuhnya dalam bayangan.
Ia telah kembali ke Lembah Peneduh, tetapi bukan sebagai murid Resi Bima yang santai, melainkan sebagai arwah tak terlihat yang perannya adalah menjaga stabilitas Mandira dari ancaman yang tidak bisa dilihat oleh mata manusia. Ia adalah mata, telinga, dan tangan tersembunyi dari Keseimbangan.
Kehidupan barunya adalah pengorbanan yang kekal. Setiap malam, menggunakan penguasaan Batin tingkat tinggi, Arya meluncur melintasi Mandira.
Ia memantau pedagang korup, ia menggagalkan upaya pembunuhan politik yang direncanakan oleh sisa-sisa loyalis Bhairawa, dan ia menyelamatkan anak-anak dari geng-geng yang memanfaatkan kekacauan pasca-revolusi. Ia bergerak tanpa diakui, membiarkan orang lain menuai pujian atas kedamaian yang ia pertahankan. Pengorbanan telah menjadi nafasnya.
Yang paling sulit adalah Kinara. Kinara kini menjadi sosok yang dihormati dan sangat sibuk, berjuang menegakkan Dharma di tengah intrik politik yang kompleks. Arya sering berdiri di bayangan Kuil Agung, mengawasinya. Kinara tumbuh menjadi pemimpin yang kuat, namun matanya memancarkan kesedihan mendalam yang Arya kenali—kesedihan karena kehilangan cinta. Setiap kali Kinara menatap langit malam, Arya tahu, ia mencari bayangan yang pernah menolak kebahagiaannya. Mereka dekat, tetapi terpisah oleh tembok pengorbanan yang Arya dirikan sendiri.
Ancaman Baru: Kebangkitan Penyihir Hitam
Kedamaian ini mulai retak. Arya merasakan getaran aneh di alam Batin. Meskipun Bhairawa telah musnah, sihir hitamnya tidak sepenuhnya menghilang. Justru, ia tersebar.
Di pelosok barat daya Mandira, di sebuah desa pertambangan yang terpencil, terjadi keanehan. Anak-anak desa mulai jatuh sakit misterius, dan para penambang melaporkan melihat bayangan yang bergerak sendiri. Arya menyusup ke sana. Ia menemukan bahwa bekas-bekas sihir gelap yang ditarik dari Bhairawa oleh Keris Naga Langit, bukannya lenyap, malah terserap ke dalam inti bumi dan kemudian diekstrak oleh para penambang dalam bentuk batu mineral gelap yang berkilauan.
Batu-batu mineral itu, yang dijuluki "Batu Bayangan" oleh masyarakat lokal, ternyata adalah wadah sisa-sisa energi Bhairawa. Seorang pemimpin kultus kecil di desa itu, seorang penyihir yang dulunya pengikut setia Bhairawa, telah menemukan cara untuk memurnikan dan mengendalikan energi Batu Bayangan tersebut. Nama penyihir itu adalah Kalana.
Kalana tidak seperti Bhairawa yang haus takhta; ia haus akan kekuatan murni untuk menciptakan kekacauan total. Ia percaya bahwa Keseimbangan adalah ilusi yang melemahkan Mandira. Dengan Batu Bayangan, Kalana mulai menciptakan Jenderal Bayangan, makhluk yang terbuat dari debu hitam dan emosi negatif, jauh lebih gesit dan kebal terhadap serangan fisik biasa daripada Penjaga Ganas.
Arya harus bertindak. Pertarungan pertamanya melawan Jenderal Bayangan adalah kejutan yang pahit. Serangan fisiknya dan bahkan jurus Silat Bayangan yang diperkuat Batin hampir tidak efektif. Ia menyadari satu hal: ia tidak bisa melawan bayangan yang tidak memiliki substansi dengan bayangan yang memiliki substansi.
Arya kembali ke Lembah Peneduh. Ia duduk di hadapan gubuk tua Resi Bima, yang kini kosong. Ia bermeditasi selama tiga hari tiga malam, mencari kearifan yang lebih dalam. Ia menyadari: untuk mengalahkan bayangan tanpa substansi, ia harus menggunakan Cahaya Penuh. Selama ini, ia hanya menggunakan Batin untuk Silat Bayangan. Kini, ia harus menggunakan Batin untuk memancarkan energi murni, mengubah dirinya menjadi sumber cahaya.
Dengan teknik baru ini, Arya menghadapi Kalana dan Jenderal Bayangan-nya. Ia tidak lagi menjadi Bayangan Keadilan; ia menjadi Pewaris Cahaya. Ia membiarkan Batin mengalir, mengubah tubuhnya menjadi suar cahaya yang mengusir setiap Jenderal Bayangan yang menyentuhnya.
Kalana melarikan diri, tetapi Arya berhasil menghancurkan sumber Batu Bayangan di desa tersebut. Ia mengirimkan pesan rahasia kepada Kinara (melalui pola bintang yang hanya Kinara yang tahu), memperingatkan bahwa ancaman sihir telah berevolusi.
Arya kini menyadari, perjuangannya tidak pernah berakhir.
Keseimbangan bukan statis; ia adalah pertarungan tanpa akhir melawan kegelapan yang selalu menemukan cara baru untuk bangkit. Tugasnya sebagai Penjaga Senyap semakin berat dan berbahaya.