Permainan Cinta
Di sebuah hotel Haura, Anggia Sabrina yang datang sebagai tamu undangan di pernikahan putri atasannya tengah mengikuti taruhan dengan para temannya untuk meminum lebih banyak alkohol.
Dan siapa yang lebih banyak meminum alkohol dan tidak cepat mabuk maka dialah pemenangnya, taruhan itu di mainkan oleh empat orang yang masing-masing dua orang dengan satu lawan satu. Namun ketiga rekannya berkolusi untuk menjebak salah satu dari mereka.
Mereka merencanakan memberi bubuk afrodisiak ke salah satu minuman disana untuk target mereka yang telah mereka rencanakan sebelumnya.
"Ingat! kalau kalah harus masuk ke dalam kamar 506." ucap Cinta yang mempunyai ide taruhan itu.
"Ngapain di kamar 506?" tanya mereka penasaran.
"Itu rahasia, entar kalian akan tahu sendiri." Cinta tersenyum jahil yang malah membuat temannya makin penasaran.
"Terus kalo menang dapet apa?" tantang Alia yang begitu tergiur dengan taruhan itu.
"Kalo menang, gue akan beri tas keluaran terbaru gue yang harganya 2 miliyar itu."
Tak masalah bagi Cinta untuk memberikan barangnya, karena itu hanyalah hal kecil untuknya yang sebagai anak dari seorang model dan pembisnis terkenal. Untuk sekedar memberikan tas senilai 2 miliar tersebut yang masih tidak ada apa-apa baginya.
"Woahh... Beneran Cin?" bola mata kedua temannya mendadak ingin keluar saat mendengar hadiah yang akan mereka dapatkan.
"Iyalah, masa gue bohong." dengan sombongnya Cinta bersedekap d**a karena tidak ingin di remehkan.
"Okelah, gas!"
"Tapi peraturannya tidak ada yang boleh menyerah atau berhenti di tengah jalan sebelum waktu yang di tentukan tiba." saran Cinta, setelah itu ia menoleh pada teman di sampingnya yang malah melamun.
"Oke." semangat mereka.
Ketiga para rekannya begitu antusias dengan hadiah yang di iminginya. Namun tidak dengan Anggia yang hanya diam saja menatap mereka bertiga.
"Gi, gimana. Ikutan gak?" ajak Cinta.
Anggia hanya menggeleng dengan wajah lesunya, wajahnya terlihat murung sambil menggoyangkan gelas yang berisi minuman jeruk di tangannya.
"Ayolah gi, kalau lo gak ikutan gak seru kayaknya." rayu Karina, teman dekat Anggi yang tidak bisa di tolak ajakannya.
"Iya gi, masak kamu gak pengen dapet tas brabdednya si Cinta sih!" sambung Alia juga ikut mengompori.
"Gue gak tertarik." Anggia malah menaruh kepalanya di meja hidangan.
"Kalau gitu gue tambahin uang 10 juta deh, gimana?" tawar Cinta lagi membuat Anggia mendongak dan menatapnya.
Dengan senyuman khasnya, Anggia meneguk habis minuman jeruknya lalu berkata, "kalau 50 juta gimana?"
"Gi, itu kebanya__" Alia baru saja ingin protes dengan permintaan Anggia, namun Cinta malah menyetujui hal itu sampai membuatnya tak bisa berkata-kata lagi.
"Oke, deal!"
Rayuan demi rayuan dari temannya, akhirnya mau tidak mau Anggia harus mengikuti permainan taruhan itu dengan malas.
Cinta, Alia dan Karina saling memberi kode dengan alis dan senyuman smirk di bibir mereka.
Mereka mulai berpindah tempat ke ruangan VIP yang sudah Cinta pesan dan di sana mereka langsung memulai permainannya tanpa ada gangguan.
Dalam 15 menit, mereka sudah menghabiskan 5 botol anggur dengan kadar alkohol tinggi. Namun kedua dari mereka masih sadar dan keduanya lagi sudah tak berdaya untuk minum lagi.
Cinta yang masih setengah sadar mulai berdiri dengan racauan yang ngelantur.
"Ternyata mereka sudah tumbang duluan." ejek Cinta menggeleng kecil.
"Jadi mereka yang kalah." racau Anggia menyambung.
Cinta menoleh ke arah Anggia.
"Lo belum mabuk, Gi?" tanya Cinta yang berjalan sempoyongan menuju ke arah Anggia yang sedang melamun ke arah dua temannya yang sudah tak sadarkan diri.
"Gue gak akan bisa mabuk, karena jiwa gue sekarang telah hilang." racaunya dengan dramastis yang membuat Cinta terkekeh kecil.
"Alah, drama lo!" cetus Cinta yang merasa lucu dengan ucapan Anggia.
Cinta mulai berjalan ke arah meja di belakang Anggia, lalu menuangkan wine ke dalam dua gelas kecil.
Tanpa sepengetahuan Anggia, Cinta menuangkan bubuk halus yang terbungkus kertas putih ke dalam salah satu gelas berisi wine itu.
"Maafkan aku Anggia, aku hanya ingin membuatmu merubah nasib."
Cinta pun menghampiri temannya kembali sembari menyodorkan salah satu gelas di tangannya.
"Minumlah. Ku harap kamu yang menang hari ini."
"Hmm..." Anggia meneguk habis minumannya setelah bersulang dengan teman yang selalu ada untuknya di saat suka maupun duka.
Cinta Laurent adalah teman masa sekolah Anggia waktu smp. Dulu mereka adalah sepasang sahabat yang saling mempercayai dan menghargai satu sama lain.
Namun kedatangan seorang pria membuat hubungan persahabatan mereka hancur karena ada yang mengadu domba mereka dengan memprovokasinya untuk saling membenci.
Cinta Laurent yang sangat pintar menebak ataupun bisa membaca raut wajah orang lain, harus pasrah saat keterpaksaan sahabatnya, Anggia, yang harus memutuskan persahabatan mereka yang sudah terjalin selama empat tahun di saat mereka masih duduk di sekolah dasar.
Namun setelah beberapa tahun mereka tidak bertemu dan merekapun di pertemukan kembali di saat Anggia hampir saja mengalami kecelakaan lalu berhasil di selamatkan oleh Cinta.
Dan Cinta berusaha membujuk Anggia untuk meluruskan kesalahpahaman mereka di masa lalu dan Anggia pun mulai memaafkan Cinta. Merekapun bersama lagi sebagai teman dan bekerja di satu perusahaan yang sama.
Dalam waktu dua menit saja, obat itu sudah bereaksi pada tubuh Anggia, kini Anggia mulai gelisah dan kepanasan.
Tubuhnya selalu menggeliat seperti cacing yang di taburi garam. Cinta yang melihat itu mulai menghampiri Anggia lalu memapahnya keluar ruangan.
Kini merekapun sampai di depan kamar 506. Tanpa bersusah payah membuka pintu, yang ternyata pintu itu tidak tertutup rapat dan memudahkan Cinta membawa tubuh Anggia ke dalam kamar tersebut.
Di dalam kamar ternyata sudah ada seorang pria yang tengah bertelanjang d**a, duduk di sofa single sambil menaikan satu kakinya ke atas kaki lainnya. Pria itu sedang menghirup cerutunya dengan penuh wibawa dan mengagumkan.
Cinta mulai melemparkan tubuh Anggia ke ranjang pria itu dengan penuh tenaganya. Membuat pria itu hanya memandang Cinta dengan tatapan tajamnya tanpa ekspresi.