bc

Dipungut Duda Kaya Raya

book_age18+
672
FOLLOW
7.9K
READ
contract marriage
family
HE
love after marriage
age gap
dominant
kickass heroine
boss
stepfather
drama
tragedy
sweet
bxg
city
office/work place
enimies to lovers
friends with benefits
like
intro-logo
Blurb

Warning! 18+

Hidup Gita begitu sial. Ia dipecat dari jabatan sekretaris di kantor karena seseorang telah menghapus dokumen yang harus dipresentasikan dalam meeting penting. Ia juga mendadak diputuskan oleh pacarnya.

Tak hanya itu, ayah Gita yang terjerat judi membuat ia harus kehilangan segalanya termasuk rumah. Gita yang tak punya tempat tinggal pun berniat melakukan pinjaman online untuk modal hidup. Akan tetapi, ponselnya—satu-satunya harta yang tersisa—malah jatuh ke sungai.

Gita meratapi nasibnya yang begitu sial di jembatan sungai itu dan tak sengaja dilihat oleh Jeff—pria yang membuat ia dipecat dari kantor. Jeff mengira Gita hendak bunuh diri dan menyelamatkannya lalu membawanya ke rumah sakit.

Jeff yang didesak untuk menikah lagi dan melahirkan penerus perusahaan itu pun akhirnya menawari Gita sebuah pekerjaan baru karena rasa bersalahnya. Ia meminta Gita untuk menjadi istri sementaranya dan melahirkan anak untuknya.

Awalnya Gita menolak, tetapi karena ia tak punya pilihan lain, akhirnya ia sepakat menjadi istri Jeff dan mulai tinggal bersama Jeff.

Keruwetan pun terjadi ketika Jeff mengaku pada ayahnya bahwa Gita telah hamil. Ia dan Gita dikejar target untuk segera memiliki bayi.

Akankah Gita bisa hamil secepatnya? Akankah cinta tumbuh dalam hati mereka??

chap-preview
Free preview
Bab 1. Hari Sial
"Kamu dipecat! Kamu udah bikin saya malu, Gita!" Teriakan keras Haris—COO Brilliant Company—mengisi ruangan itu. "Pak, jangan pecat saya," rengek Gita seraya menangkupkan kedua tangannya di depan bibir. "Gara-gara kamu meeting kita jadi berantakan! Bego!" teriak Haris seraya menuding wajah Gita. Gita menggeleng. Ia tak ingin kehilangan pekerjaannya di saat ia butuh banyak uang. "Seseorang pasti sudah menghapus berkas itu, Pak. Bukan saya." "Saya nggak peduli, kamu yang bertanggung jawab atas itu. Kamu nggak hati-hati hingga berkas itu hilang!" "Pak, saya juga nggak tahu kenapa bisa hilang," kata Gita mengiba. "Saya akan menyelidiki semua ini, Pak." "Nggak perlu! Kamu pergi aja dari sini sekarang juga!" teriak Haris. "Pak, tolong jangan pecat saya. Saya butuh uang," kata Gita. "Usir dia! Sekretaris nggak becus!" seru Haris pada petugas keamanan yang telah ia panggil. Gita memberontak ketika tubuhnya ditarik oleh dua petugas keamanan. Ia yakin semua ini adalah kesalahan. Ia merengek dan berusaha untuk mendapatkan maaf dari Haris. Sayangnya, ia tetap diusir oleh pria itu. Tubuh Gita limbung akibat dorongan dua petugas itu. Ia menoleh ke pintu ruangan Haris dengan penuh amarah. "Sial! Kenapa aku harus dipecat kayak gini?" Gita teringat dengan tatapan mencemooh Jeff tadi di ruang meeting. Jeff adalah kakak dari Haris. Kedua orang itu memang bersaing di perusahaan dan Jeff terkenal dengan kelicikannya. Ia yakin pria itu yang telah membuat presentasi Haris kacau. "Aku harus cari tahu apa yang sebenarnya terjadi!" Dengan langkah menghentak, Gita langsung menuju ruangan Jeff. Ia disambut oleh Revi, asisten pribadi Jeff. "Selamat siang, Nona." "Saya mau bicara dengan Pak Jeff!" seru Gita. "Maaf, beliau sibuk!" "Sibuk? Sialan!" Tanpa mempedulikan ucapan Revi, ia langsung mendekati pintu ruangan Jeff lalu mengetuknya kasar. "Hei! Berhenti, Nona!" Gita tak peduli, bahkan ketika Revi mencoba menarik lengannya, ia tetap memukuli daun pintu. "Keluar! Pak Jeff! Saya mau bicara!" "Ada apa ini?" Jeff yang mendengar suara ketukan mengerikan dari luar pun langsung membuka pintu. Ia bertemu tatap dengan Gita yang dipenuhi amarah. "Saya tahu! Bapak yang udah ngelakuin itu, kan!" gertak Gita. "Apa yang kamu katakan? Hah?" Jeff menatap Gita dengan ekspresi bingung yang dibuat-buat. "Meeting tadi! Presentasi Pak Haris! Pasti Anda yang udah menghapusnya dari laptop saya!" teriak Gita. Ia berusaha menerjang Jeff, tetapi Revi terus menahan tubuhnya. "Gara-gara Bapak, saya dipecat." Jeff tertawa mencela. "Kamu dipecat dan kamu menyalahkan saya? Kamu menuduh tanpa bukti! Astaga! Harusnya kamu sadar, itu karena kamu yang nggak kompeten!" Jeff mengalihkan tatapannya pada Revi lalu mengedikkan dagu. "Usir dia!" "Sial! Aah!" Gita memberontak, tetapi ia tak sanggup melawan Revi. Ia terus dijauhkan dari pintu Jeff lalu didorong masuk ke lift. "Jangan bikin ulah di sini, Nona," ledek Revi. Gita mengepalkan tangannya. Ia tak terima dengan semua ini. Dua kali ia diusir! Sialan! Gita mengumpat sepanjang lift itu bergerak turun. Gita mencoba untuk tenang. Ia merogoh ponselnya dari saku untuk menghubungi Rama—pacarnya. Ia tahu Rama selalu bisa menjadi pendengar dan memiliki solusi. Akan tetapi, ia justru dikejutkan dengan sebuah pesan dari Rama yang baru saja masuk. Rama Sayang: Git, mulai hari ini kita putus. Maaf, jangan hubungi aku lagi! Air mata Gita tak terbendung lagi. "Kenapa hidupku begitu sial? Udah dipecat, kenapa Rama juga minta putus? Apes banget, ya, Tuhan!!" *** Gita menghabiskan dua harinya di rumah untuk mencari pekerjaan secara online. Ia tidak bisa tenang karena beberapa orang terus datang ke rumah untuk mencari ayahnya. Yah, ayahnya adalah pecandu judi yang memiliki banyak utang. "Git! Kamu di rumah?" Gita mengepalkan tangannya. Akhirnya Bowo pulang. Ia segera membuka pintu kamarnya. "Papa ke mana aja? Banyak yang nyari Papa ke sini!" Bowo mendengkus. "Papa minta uang. Tiga juta aja, buruan!" "Apa?" Gita melipat kedua tangannya di depan d**a. "Kamu budeg? Papa mau uang!" Bowo mendorong bahu Gita lalu masuk ke kamar. "Papa mau ngapain? Aku nggak punya uang kalau Papa cuma mau judi lagi. Aku capek!" protes Gita. "Sekali lagi. Yang ini hasilnya banyak," tukas Bowo. "Mana uangnya?" "Aku nggak ada. Aku baru aja dipecat." Bowo kembali mendengkus, tetapi ia melihat laptop milik Gita yang masih lumayan. Tanpa permisi, ia pun mengambilnya. "Pa! Jangan! Itu punya aku!" "Papa butuh uang! Ini mau Papa jual. Sama ... ini!" "Jangan coba-coba!" Gita meraih ponselnya lebih dulu. Ia benar-benar tak tahan dengan ayahnya. "Ayo dong! Kamu harus tahu kalau kita butuh uang dan tempat tinggal. Jadi biarin Papa pasang taruhan malam ini." "Maksud Papa apa? Kita punya rumah," kata Gita yang tak mengerti dengan ucapan Bowo. "Rumah ini bakal disita. Papa nggak mampu bayar utang," kata Bowo. Tepat ketika itu, terdengar gedoran di luar pintu. Bowo mengacungkan telunjuknya di depan bibir. "Jangan bilang Papa di sini!" gertak Bowo. Ia menjangkau leher Gita lalu menarik kalung emas kecil yang melingkar di sana. "Papa!" teriak Gita tak terima. "Shh! Papa ganti kalau Papa udah punya uang." Bowo nyengir sambil melangkah mundur menuju pintu kamar lalu berlari lewat pintu belakang. Gita terkesiap saat gedoran di pintu depan terdengar lebih keras. "Siapa mereka?" Gita begitu gemetar. Ia mendekati pintu lalu membukanya. Beberapa pria masuk ke rumah tanpa ia persilakan dan mulai menempelkan tanda barang disita di semua perabot. "Apa-apaan ini?" tanya Gita. "Tolong pergi dari sini sekarang juga. Rumah ini dan semua isinya sudah disita." "Apa?" Gita menyugar rambutnya. Ia masuk ke kamar, tetapi lemarinya sudah ditempeli tanda disita. "Hei! Aku ... aku harus ambil baju!" Pria-pria itu hanya tertawa. Gita mencengkeram ponselnya. Ia meraih tas kecilnya lalu berjalan ke ruang depan. "Pergi! Atau kamu juga mau ditandai?" tanya pria-pria itu sambil tertawa. Karena ngeri, Gita memutuskan untuk pergi keluar. Lebih baik ia menyelamatkan dirinya. Atau mungkin, ia bisa mencari ayahnya. Gita hendak naik motornya, tetapi sial, benda itu juga sudah disita. Jadi, dengan tungkainya, ia memutuskan untuk berjalan menjauh dari rumah yang telah ia tinggali selama 23 tahun itu. *** Di tempat lain, Jeff baru uring-uringan setelah Andi menemuinya. Ayahnya itu terus mendesak ia untuk menikah lagi. "Haris udah selangkah di depan," ujar Andi tadi. "Dia udah punya istri dan bentar lagi istrinya pasti hamil. Kalau dia melahirkan anak laki-laki, Papa bakal masih posisi tertinggi di perusahaan ini sama dia." Jeff melonggarkan dasinya. Mengingat apa yang dikatakan Andi membuat ia sangat tertekan. "Kalau kamu nggak bisa melahirkan cucu untuk Papa, jangan harap kamu akan mendapatkan posisi itu," kata Andi. Ia mengerti kenapa ayahnya membuat persaingan seperti ini. Sebab ia dan Haris memang sama-sama kompeten. Sayang sekali, untuk menikah lagi rasanya tidak mudah bagi Jeff. "Tuan, saya pikir Anda harus mempertimbangkan apa yang dikatakan ayah Anda," ujar Revi, asisten pribadinya. "Maksud kamu menikah lagi?" tanya Jeff jengkel. "Ya, menikah dan punya anak, Tuan. Anda ingin duduk di kursi CEO, kan?" tanya Revi. Jeff mengepalkan tangannya. Jika saja prestasi bisa membuat ia menguasai perusahaan. Sayangnya tidak. "Kita bisa temukan gadis yang cocok untuk Anda, Tuan. Hanya untuk menikah dan memiliki anak," kata Revi menyarankan. "Maksud kamu?" Jeff menyipitkan matanya. "Pernikahan kontrak, Tuan." Revi tersenyum tipis. Jeff menimbang. Ini bukan ide yang buruk, tetapi ini juga ide yang berbahaya. Jika ia ketahuan menipu ayahnya, maka ia akan kehilangan semua kesempatan. "Aku harus nemu cewek yang pas untuk peran itu. Aku nggak bisa sembarangan menikah," ujar Jeff seraya berdiri. "Saya tahu, Tuan. Kita bisa membuat semua ini seaman mungkin. Tinggal kita cari gadis yang bisa menjadi istri sementara Anda," ujar Revi. Jeff mengangguk. Setelah mendapatkan ide ini, ia merasa cukup tenang. Ia hanya perlu menikah kontrak. "Kita langsung pulang, Tuan?" tanya Revi saat mereka berada di mobil. Jeff mengangguk. Ia menatap ke luar kaca mobil dan tak sengaja melihat sesuatu. "Putar balik mobilnya!" "Apa?" "Putar balik! Sekarang!" Dada Jeff berdebar keras saat ia melihat sosok gadis berdiri di pagar jembatan. Ia tak sabar menunggu mobilnya memutar lalu menuju arah berlawanan dengan tujuannya semula. "Ada apa, Tuan?" tanya Revi tak mengerti. "Berhenti di depan situ. Ada cewek mau bunuh diri!" Revi memarkir mobilnya di tepi jalan dan Jeff langsung melompat keluar. Revi mendesis pelan. Benar saja, seorang gadis sedang memanjat pagar jembatan. Jeff berlari ke arah gadis itu. Tanpa permisi ia langsung memeluk pinggang gadis itu lalu menariknya. "Apa-apaan ini?" Gadis itu memberontak saat tubuhnya tertarik, ia tak bisa menahan bobot tubuhnya sendiri dan ambruk ke jalanan. "Sial!" umpat Jeff. Ia menahan sakit karena tubuhnya menghempas aspal, tetapi ia ingat gadis yang ada di pelukannya hendak melompat ke dari jembatan. "Hei, bangun!" Jeff melihat darah segar di pelipis gadis itu. Pasti ia terbentur ketika ia menariknya tadi. "Tuan, Anda baik-baik saja?" "Ya, aku nggak apa-apa. Tapi gadis ini ...." Jeff menyeka kening gadis asing yang ia selamatkan itu. Dengan cahaya lampu jalan, Jeff akhirnya bisa melihat wajah si gadis. Ia terkejut bukan main ketika menyadari ternyata gadis itu adalah Gita. Panik menjalari Jeff. Ia ingat Gita baru saja dipecat karena ulahnya. "Bukannya ini sekretaris Haris?" "Ya, sepertinya itu Nona Gita." "Bawa dia ke rumah sakit! Sekarang juga! Ayo!" titah Jeff.

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

My Mate and Brother's Betrayal

read
642.0K
bc

The Pack's Doctor

read
306.7K
bc

The Triplets' Fighter Luna

read
259.8K
bc

Claimed by my Brother’s Best Friends

read
337.8K
bc

Her Triplet Alphas

read
8.4M
bc

La traición de mi compañero destinado y mi hermano

read
213.3K
bc

Ex-Fiancé's Regret Upon Discovering I'm a Billionaire

read
185.4K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook