Diperkosa
“Akh! Sakit, lakukan dengan perlahan ... mmm.”
“Sabar sayang, sedikit lagi.” Pria yang sedang berada di atasku ini terus memompaku tanpa henti, dia pikir itu tidak sakit apa? Tapi, demi sesuatu yang kuinginkan akan kulakukan semua permintaannya. Walau aku harus kehilangan keperawananku dengan sangat keji.
“Aku tidak tahan lagi!” erangnya sambil memejamkan mata dan meremas seprei yang ada di sampingku.
“Jangan keluarkan di dalam, aku bisa hamil!”
“Tapi, aku sudah tidak tahan lagi.” Sialan! Dia mengeluarkannya di dalam, aku memandangnya, dia tampak lelah, napasnya naik turun sepertiku. Kupandangi wajahnya yang tampan itu. Putih, mulus, sesuai impianku.
“Terima kasih,” ucapnya sambil menjilat leherku, aku menggeliat kegelian dan dia terus melakukannya sampai menimbulkan banyak kissmark di sana.
“Hm, setidaknya kau puas!”
“Puas! Aku belum puas!” tegasnya sambil meremas dadaku dengan ganas dan sesekali menjilatinya, aku hanya bisa menikmati permainannya saja. Jika aku menolaknya maka aku akan kehilangan cita-citaku.
Lagian dia adalah orang yang aku cintai, memberikan ini kepadanya adalah kewajibanku, sesuai kontrak tubuh yang sudah berlaku. Tubuhku adalah miliknya sedangkan tubuhnya adalah miliknya sendiri.
“Setelah aku pulang kerja, kau harus di rumah untuk melayaniku, bungaku,” ucapnya sambil mencium keningku dan bergegas pergi ke kamar mandi. Aku hanya memandangnya.
FLASHBACK.
“Akhirnya aku lulus juga!” teriakku sambil tersenyum manis ke arah sahabatku.
“Cie, bentar lagi bakal ke Jepang ini,” ucapnya sambil mencolekku sedikit.
“Jelaslah, aku tamatan sastra Jepang, biar bisa pergi ke Jepang kan? Biar nikah sama orang Jepang ... Hahaha.” Itulah keinginanku dari kecil, bisa bahasa Jepang dan menikah dengan orang Jepang.
Tapi semuanya sirna, saat pengusaha dari China datang ke Jepang dan mengambilku untuk bekerja di sana, pemilik perusahaanku setuju dan mengirimku ke China. Awalnya aku menolak, tapi gajinya lebih besar dari pada kerja di Jepang.
Untung saja aku pintar Bahasa Inggris dan ketika SMA aku pernah belajar Bahasa Mandarin. Selama enam bulan, pengusaha dari China itu mengajari aku Bahasa Mandari sampai aku mengerti.
“Affry, buatkan kopi saya,” ucap bosku atau yang lebih tepatnya orang yang mengambil cita-citaku untuk bekerja di Jepang.
“Baik, Pak.” Namanya adalah Liu Chaing He, bosku dan orang tertampan yang ada di perusahaan ini. Banyak wanita yang mati-matian masuk perusahaan ini agar bisa menjadi wanitanya, dan wanita yang sudah bekerja di sini selalu mencari cara agar aku dipecat menjadi sekretarisnya dan mereka yang akan menggantikan posisinya.
Tetapi, itu semua sia-sia. Entah kenapa aku merasa bosku ini sangat mempertahankanku bahkan jika ada yang menjahilku dia langsung memecatnya dan jika aku sampai terluka dia akan memasukkannya ke penjara.
Cukup sadis, aku pikir dia seperti laki-laki yang ada di komik atau novel selalu bermain bersama wanita. Tapi, nyatanya ini berbeda jauh, jangankan bermain wanita, pacaran saja tidak pernah. Ets .. aku mengetahuinya dari adiknya yang super cantik dan imut itu. Mereka satu keluarga memang cantik dan tampan.
Sudah cukup basa-basinya, aku akan memulai kisahku saat dia merebut keperawananku dengan sangat sadis. Melebihi menguliti orang dengan pisau yang tidak tajam, rasa sakitnya memang menyakitkan tapi rasa nikmatnya juga sangat nikmat, beda dengan menguliti orang yang cuma terasa sakit saja.
♡♡♡
Waktu itu saat ulang tahun perusahaan kami semua karyawan di situ merayakannya dengan cara minum, awalnya saat aku diminta untuk minum aku menolaknya. Tapi, karena mereka memaksaku aku tetap meminumnya dan pada akhirnya aku mabuk seperti orang gila.
Pak Chaing He membawaku pulang, awalnya dia marah-marah karena aku bisa mabuk hanya dengan meminum secangkir gelas saja. Aku terus tertawa dan sedikit mencoleknya. Saat itu aku masih sadar apa saja yang lakukan.
Dia menggendongku dan membawaku masuk ke kamarnya, setelah itu aku tidak tahu apa yang terjadi. Aku terbangun dari tidurku tanpa sehelai benang pun di tubuhku, aku memandang bosku yang tertidur dengan telanjang di sampingku.
Aku teriak, dan dia terbangun. Seketika dia langsung membungkam mulutku dan menimpaku, aku menangis dan dia hanya tersenyum ke arahku.
“Kau sudah sadar, akhirnya aku bisa melanjutkan permainan yang tersisa semalam.” Mataku langsung membulat, permainan apa yang kami lakukan semalam? Kenapa aku harus melakukannya lagi? Jangan bilang kalau itu adalah....
Dia memegang kedua tanganku dan menariknya ke atas, pemandangan ini. Dia bakal memperkosaku, seseorang tolong aku. Sekuat apa pun aku teriak tidak akan ada yang bakal menolongku.
Dia mengulum menjilati jenjang leherku tanpa terlewat satu inci pun, aku hanya bisa memberontak dan mengerang. Semakin lama dia semakin ganas membuat tubuhku terasa panas.
Dia hanya tersenyum dan kali ini tangannya mulai menjalar ke bawah meremas kedua dadaku dan mulutnya menjilati perutku. Aku tidak bisa melakukan apa pun, tubuhku sudah terbawa suasana.
Apa aku akan diperkosa oleh bosku, tanpa kusadari tangannya mulai menjalar ke bagian selangkangku. Awalnya aku menolak dan menutupnya dengan rapat, tapi dia memandangku sinis dan membuka paksa pahaku.
Aku malu, kenapa dia menatap kewanitaanku dengan tatapan seperti itu. Apa yang akan dia lakukan? Tanpa aba-aba dia langsung menjilati dan mengulum kewanitaanku, rasanya sangat nikmat bahkan aku sampai menggelinjang merasakan sensasinya. Aku merasakan sesuatu yang lembut menjilati bagian bawahku.
“Akh ... hentikan,” erangku dan dia semakin liar.
“Akh! Apa yang kau lakukan?!” Pria ini benar-benar sudah gila. Aku merasakan lidahnya yang mulai naik turun mengulum klitorisku sampai kebagian intinya, sesekali juga aku merasakan dia menelusuk kan lidahnya ke dalam vaginaku, aku sudah tidak tahan lagi tubuhku terasa panas.
“Akh! Aku ... akh ... mau ... kencing.” Kutarik rambutnya kuat, entah apa yang di pikiranku sekarang, semuanya terasa nikmat dan geli aku sudah ingin mencapai batasnya
“Keluar kan saja, sayang,” balasnya, pada akhirnya tubuhku menggelinjang ke atas merasakan o*****e pertama yang diberikannya. Rasanya sangat nikmat.
Dia mengangkat satu kakiku ke pundaknya. ini sangat gila, Sialan ini benar-benar nikmat padahal baru mulutnya saja yang bermain. “Akh, nikmat!” Aku tidak tahu lagi, mau dia menganggapku jalang atau apalah. Yang penting aku sudah terbenam dalam permainannya.
Aku o*****e dan dia menjilatinya seolah itu adalah makanan enak, kumohon hentikan jika tidak aku akan menikmati permainan ini lagi. Sialan! Lidahnya sangat padai bermain, aku tidak bisa menghentikannya ini nikmat sekali.
“Baiklah, sekarang kita masuk ke tahap selanjutnya,” ucapnya sambil membersihkan mulutnya.
Aku menatapnya heran, permainan selanjutnya? Jangan bilang kalau dia bakal memasukkan batangnya? Ternyata tebakanku benar, dia mengeluarkan batangnya yang tampak besar dan menegang itu.
Aku menelan salivaku, bagaimana benda sebesar itu bisa masuk? Bisa mati aku.
“Tenang saja, tidak bakal sakit kok,” ucapnya sambil mengulum bibirku. Aku merasakan sesuatu menyentuh liang vaginaku. Dia mengesek batangnya naik turun, entah apa yang akan dia lakukan. Akhirnya aku sadar, dia memaksa senjata berurat dan tegang miliknya memasukiku.