32. Hitam dan putih

1518 Words
"Selamat malam," sapa Okna pada tamu di rumahnya malam itu. Dia sedikit menunduk untuk memberi penghormatan. "Ini Okna?" tanya pria yang tengah duduk di ruang tamu rumah itu dan berhadapan dengan kedua orang tua Okna. Mama Okna menarik pelan lengan putrinya. "Duduk, Nak," pinta wanita dengan rambut sebahu dan mengenakan pakaian formal itu. Kelihatannya kedua orang tua Okna baru pulang dari perusahaan. Okna menurut saja. Dia duduk di tengah mama dan papanya. "Benar Tuan, Gera. Ini Okna, putri kami. Dia yang akan menikah dengan putra Tuan Adiswara," jawab Fatur, ayah Okna. Gera, sepupu Harpa mengangguk mendengar jawaban Fatur tersebut. "Artinya putrimu bisa membantuku membawa sekretaris CEO berada di pihakku?" tanya Gera. Pria itu menyandarkan punggungnya. Fatur tersenyum dengan ekspresi yang sulit diartikan. "Kami sangat mengharapkan Anda akan membantu kami. Seperti yang Anda tahu, baik saya dan suami saya sudah lama mengabdi untuk Callir. Hanya untuk memiliki sahamnya pun sulit sekali bagi kami. Tuan Chaldan sepertinya memang sudah lama membatasi ruang gerak bagi orang yang tidak ada di pihaknya," komentar Dewi, mama Okna. Gera mengambil gelas teh dan meminum isinya. Matanya berpencar melihat setiap barang antik yang ada di ruangan itu. "Aku pastikan akan menaikan jabatan kalian. Aku hanya tinggal memiliki Adiswara di pihakku, karena dia tahu benar semua hal yang disembunyikan oleh Kariswana." Fatur dan Dewi menatap Okna. "Dengar, Nak. Karena itu kamu harus membuat Adras semakin terpesona dengan kamu. Bukan hanya ayahmu, di masa depan karir kamu dan Adras pun akan semakin cemerlang di perusahaan itu," tegas Fatur. "Apa Anda juga akan membantu menyingkirkan Harpa?" tanya Okna sambil menaikkan sebelah alisnya. Gera melirik gadis itu. Senyum licik tergurat di wajah Gera. "Aku sangat merasa terganggu dengan keberadaannya. Belum lagi dia selalu mengusik hubunganku dengan Adrasha." Gera bisa melihat kebencian dari diri Okna untuk Harpa. "Kamu tahu aku ini sepupu Harpa Kariswana? Chaldan adalah adik ibuku." Okna mengangguk. "Hubungan saudara bukan artinya saling mendukung. Keingian untuk mengetahui rahasia keluarga itu, pasti untuk menghancurkan mereka." Gera mengetuk jemari ke nakas di samping kanannya. Benda itu terbuat dari kayu jati dan dicat coklat tua agar terkesan klasik seperti benda lain di ruangan itu. Fatur dan Thyon memiliki hobi yang sama dalam mengumpulkan barang-barang antik. Dari sana mereka sering bertemu hingga menjodohkan anak mereka. "Kamu gadis yang sangat cerdas. Di kantor apa posisimu?" Kaki Gera bertumpang di atas kaki lainnya. "Aku masih magang, Om. Papa sangat sulit menjadikan aku pegawai di sana. Sekarang perusahaan memiliki aturan jumlah keluarga yang boleh bekerja di sana," jelas Okna. Gera sadar dia butuh seseorang lain yang tidak hanya memiliki pengetahuan luas, pun kebencian. Rasa itu membuat seseorang semangat dalam menaklukan sesuatu dengan cara apa pun. "Aku akan membuat kamu menjadi pegawai di sana. Beri aku waktu seminggu dan pastikan kamu harus banyak mencuri informasi dari tunanganmu itu," tegas Gera. Keduanya saling berbalas senyum. "Apa Tuan tahu mengenai rumor hubungan Harpa dengan salah satu artis di bawah naungan Callir?" pancing Okna. Terangkat sebelah alis Gera mendengarnya. "Dua tahun lalu, dia tertangkap basah tengah bersama dengan Dios, personel Diamond dan artis paling populer hingga sekarang." Gera mengusap dagunya. Pria berdasi silver itu berdeham sebagai tanda ingin mendengar penjelasan dari Okna. "Aku pikir mungkin Anda bisa memanfaatkan kembali hal tersebut. Aku menaruh curiga saat Harpa dan Dios keluar dari lift yang sama. Lift itu mengerah ke roof top. Menurut Anda, untuk apa mereka berdua di sana?" tanya Okna. Terlihat Gera berpikir keras. "Mungkin memang benar, mungkin juga tidak. Kalau ini salah, akan menjadi senjata makan tuan bagiku. Bisa saja, Harpa memancing agar aku menyerangnya lebih dulu." Okna terkekeh. "Aku yakin dia bukan wanita sepintar itu. Aku kenal betul bagaimana di kampus dia sering terkena omelan dosen. Alasannya sama, dia bodoh," tegas Okna. Fatur dan Dewi merasa bangga dengan apa yang putrinya tahu selama ini. "Anda tak perlu takut dengannya. Mungkin saja dia akan jatuh dengan kelakuannya sendiri. Tinggal kita manfaatkan saja kebodohannya itu," saran Okna. "Menarik. Aku memang mendengar tentang hal yang sama. Aku pikir itu hanya rumor. Seluruh direktur merasa takut akan sifat gadis itu. Membuktikan hal itu di depan banyak orang akan membuat posisinya semakin lemah. Semua orang tak akan mau mendukungnya." "Saya pikir Okna pasti bisa sangat membantu. Kebetulan Okna dan CEO berada di kelas yang sama selama kuliah. Perilaku gadis itu setiap hari, tentu Okna tahu persis," jelas Fatur. "Benar, Tuan Gera. Anda tidak akan menyesal mempercayakan semuanya pada Okna." Malam itu Harpa terbangun tengah malam. Dia kaget karena masih mengenakan gaun. Seingatnya masih berada di dalam mobil. "Astaga, siapa yang pindahkan aku ke sini?" pikirnya. Dia sempat curiga itu Adras. Tidak mungkin sopir atau penjaga berani menyentuh tanpa izin darinya. Harpa menepuk-nepuk kepala. "Ngapain kamu malah ketiduran, sih? Kalau benar Adras, dia menang banyak!" Gadis itu lekas ke kamar mandi untuk membersihkan tubuh kemudian mengganti pakaian dengan piyama. Dia naik kembali ke atas tempat tidur. Berusaha merebah dan menutup mata, Harpa malah tak bisa terlelap. Dia kembali bangun dan duduk di samping tempat tidur. "Aku masih merasa tak nyaman. Pasti Adras memegang tanganku dan memelukku." Membayangkannya saja jantung Harpa berdebar. Dia mengambil bantal dan mengucek wajah di atasnya. "Papa, tahu tidak? Apa dampak psikisnya atas keputusanmu? Kalau aku gak bisa move on, masa harus jadi perawan tua. Dios juga mikir-mikir mau nikahin aku. Artis yang deketin dia cantik-cantik. Terus, aku harus gimana?" Harpa merengek. Dia lempar bantal ke atas sofa yang berhadapan dengan tempat tidur. "Aku mau nyari udara segar," tegasnya. Harpa berdiri memilih salah satu dari barisan bonekanya. Setelah menentukan, barulah dia jalan membuka pintu balkon. berdiri di depan railing balkon kamar. Dia memeluk boneka beruang kesayangan. Pikirannya tengah ruwet. "Pria itu ternyata jauh lebih rumit daripada wanita. Apa maksudnya dia coba? Aku ini wanita yang mudah peka. Aku tahu dia cemburu, tapi Dios manis banget lagi sama aku. Sayang banget, aku gak bisa terlalu kepedean. Dios baik bisa jadi karena aku CEO," omel Harpa sendirian ditemani oleh angin halus yang membuat segar tubuh. "Sudah itu, dia suka perhatian lagi. Emang dia sekretarisku. Tapi apa Pak Thyon seperhatian begitu pada Papa?" Harpa menghentak-hentakan kakinya ke lantai. Di atas sana begitu tenang, hanya suara Harpa yang membuat gaduh. Dia bahkan tak terpengaruh dengan taman di bawah yang gelap. Padahal biasanya Harpa sangat penakut. Tangannya memegang ke railing balkon. "Dibandingkan aku memikirkan masalah ini, lebih baik aku harus hati-hati dengan Okna. Harpa merogoh saku piyama tidurnya. Ada foto saat Gera datang ke rumah Fatur dan Dewi. Jelas Harpa membayar seseorang untuk itu. Salah kalau ada yang bilang menjadi fans artis itu tidak berguna. Buktinya Harpa, yang bisa mengenal seorang fans mata-mata yang kini membantu. Jika artis saja bisa mereka ikuti, apalagi hanya seorang direktur finance. "Tidak mungkin Okna tidak terlibat dalam hal ini. Dia sangat benci padaku pun Gera. Syukurnya dia tak tahu benar siapa aku. Sekarang aku juga harus memperoleh kepercayaan direktur lainnya, apalagi pemegang saham. Semua ini semakin rumit saja." Ponsel Harpa berdering. Dia cukup kaget melihat nomor asing yang menelepon. Hanya Harpa tahu itu Dios. Mereka memang saling bertukar nomor di ponsel pribadi yang menggunakan nama orang lain. "Maaf, ini mungkin terlalu malam," ucap Dios. "Kamu sudah memutuskan sepertinya," komentar Harpa. Dios terkekeh. "Aku tengah berada di asrama. Sebentar lagi teman yang tinggal di kamar yang sama denganku datang. Jadi aku tak bisa lama menelepon Anda. Hanya saja, aku setuju dengan tawaran itu." Harpa ingin sekali berseru dan berjingkrak kemudian berjoget dengan musik bernuasa musim panas. "Kamu tahu apa yang perlu kamu lakukan?" "Aku butuh Anda untuk membimbingku. Karena jujur, Tuan Gera kelihatannya akan semakin menjadi." Dari Dios, Harpa tahu bahwa Gera merekrut artis dengan cara curang. Dia banyak mengedepankan visual dan mengesampingkan bakat. Ujungnya dalam satu grup hanya ada satu yang suaranya enak di dengar. Jelas Callir mendapatkan banyak sindiran. Apalagi sejak ada satu idol yang masuk karena jalur orang dalam. "Semakin lama Gera semakin meresahkan. Bahkan uang sogokan pun tak jelas perginya ke mana. Sepertinya aku harus terus mencari cara untuk memecat dan mengeluarkan dia dari perusahaan." "Bahkan tentang gaji artis pun hingga sekarang belum pernah transparan. Kemarin aku menandatangani kontrak dan gaji yang masuk tak sesuai persentasenya. Mereka memberi alasan ada beberapa biaya tambahan di luar kontrak." Dios semakin jelas membuat aib Gera dan orang-orang di bawah jabatan lelaki itu. "Bisa kamu kumpulkan bukti? Baik dari nominal kontrak dan bukti transfer. Kalau bisa kamu tolong rekam ucapan orang itu. Dan awasi manager kamu," saran Harpa. "Kapan kita mulai semuanya?" Dios menarik bantal dan memeluk benda itu. "Secepatnya. Aku sedang menunggu satu temanku lagi. Dia akan masuk dalam divisi di bawah pimpinan Gera. Aku juga masih mencari satu orang lain yang ahli di bidang IT." Dios berusaha mengingat. "Aku kenal seseorang. Dia temanku saat SMA dulu. Sekarang dia menjadi pengangguran setelah ketahuan menjual data perusahaan." Harpa tertegun. "Yang benar saja, kalau data perusahaanku dibobol bagaimana?" Dios tertawa. "Tak perlu khawatir. Dia melakukan itu karena kesal dengan atasannya. Aku yakin Anda bukan pimpinan yang membuat bawahan kesal." Harpa menggaruk kepala. "Aku tak menjamin. Karena Adras sering naik darah karena sikapku." "Nanti aku akan bantu bicara dengannya. Oh iya, tentang mantan Anda, sampaikan salamku," kelakar Dios. "Iya. Selamat istirahat, Dios." Harpa mematikan telepon. Dia masuk ke dalam dan menutup pintu balkon.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD