Setelah menemui calon papa mertua, Jannah mulai percaya Prabu serius menjalani hubungan dengannya.
"Jadi kita akan secepatnya menikah kan Mas?" tanya Jannah memastikan sekali lagi.
Yang ditanya terlihat sibuk dengan gawai di tangan. Jannah pun kesal, ia melempar wajah Prabu dengan segumpal tissue.
Prabu langsung menatap ke arah Jannah dengan tatapan tajam. "Kamu kenapa sih? Mau pesan minum? Pesan aja sana."
Jannah mengembus napas kasar, mood makannya hilang mendengar pertanyaan dari Prabu.
Meski sejak tadi perutnya keroncongan tapi setelah berada di warung makan pinggir jalan, dia merasa langsung kenyang melihat sikap Prabu yang cuek.
Sebenarnya akhir akhir ini Prabu memang sangat cuek padanya, entah karena apa. Jannah berpikir pacarnya sudah mulai bosan, dan ia pun semakin takut tidak jadi dinikahi lekaki tampan itu.
"Aku lagi ngomong sama kamu, Mas," kesal Jannah. "Kamu nyuekin aku dari tadi. Lagi ngapain sih? Chatingan sama pacar baru kamu ya?"
Prabu membuang napas kasar. "Ngomong apa sih kamu? Aku lagi kerja. Kamu tahu kan aku ini sibuk, siang malam aku harus stanby di hape. Kalau kamu mau ngomong, sabar dong tunggu aku ngelepas hape dulu."
"Iya tahu kamu sibuk Mas, tapi tolong dong jawab pertanyaan aku. Dengerin aku sebentar. Aku kan cuma ngomongin pernikahan kita. Aku mau mastiin aja kamu jadi gak nikahin aku."
Prabu berdecak. "Kamu masih meragukan aku? Kamu pikir aku gak serius sama kamu setelah aku bawa kamu ke rumah Papa? Kamu tahu kan aku udah bilang sama Papa kalau aku mau nikahin kamu, lalu kamu berharap apalagi? Tinggal tunggu aja!"
Jannah terdiam mendengar ucapan Prabu yang memang benar. Mungkin dia saja yang tidak sabar, habis dia sudah terlanjur basah berhubungan dengan Prabu siang dan malam.
"Ya udah maaf kalau aku cerewet. Aku cuma takut kamu gak jadi nikahin aku. Wajar dong aku takut, abisnya kita udah berhubungan sejauh ini. Gimana kalau aku hamil anak kamu."
Mata Prabu membulat sempurna saat mendengar kata kata hamil yang keluar dari mulut Jannah.
"Kamu minum pil kan? Kamu gak pernah lupa minum pil itu?" tanya Prabu. Wajahnya terlihat ketakutan, pasalnya dia belum siap jadi ayah. Mana ada ayah yang bejad seperti dirinya.
"Iya aku minum pil KB setiap hari dan aku juga pakai KB tambahan yang direkomendasikan oleh dokter kandungan biar aku gak hamil, tapi kita kan gak bisa melarang Tuhan buat ngasih kita akan kalau dia memang berkehendak demikian."
Prabu menghela napas lega sambil mengusap dadanya. Hampir saja dia dibuat jantungan oleh Jannah.
Mana mungkin dia mau punya anak disaat karirnya belum naik naik amat. Mau membiayai anaknya pakai apa? Meskipun punya ayah kaya dengan ratusan pintu kontrakan, tetap saja memiliki anak harus dipikirkan dengan matang apalagi dia masih ingin bersenang-senang dengan wanita.
"Pokoknya jangan berhenti minum pil itu atau aku batalkan pernikahan kita, paham?" tegas Prabu.
Jannah syok mendengar ancaman Prabu yang baginya keterlaluan. "Mas, kok kamu ngancem begitu? Kalau aku kebobolan gimana? Kan kamu minta hampir setiap malam. Gak ada yang gak mungkin kan, semua bisa terjadi."
"Aku minta hampir setiap malam, bukan setiap malam. Pokoknya aku belum siap punya anak. Dan nanti setelah kita menikah, aku juga mau kamu KB. Jangan dilepas sebelum aku benar-benar siap jadi ayah. Paham?"
Jannah terdiam mematung. Wajahnya berubah sendu, mendung seperti langit yang sebentar lagi mau turun hujan. Sementara Prabu kembali menyibukan dirinya dengan bermain gawai.
Sebenarnya sejak tadi Prabu sedang sibuk membalas chat dari penghuni kontrakan milik ayahnya yang mengatakan beluk bisa membayar uang sewa bulan ini.
Di antara penyewa kontrakan itu, ada satu incaran Prabu tapi sayang suaminya selalu ada di rumah.
Nama penghuni kontrakan itu... Maya, yang cantiknya mirip dengan artis Korea. Kulitnya putih, matanya sedikit sipit dan tubuhnya bahenol seperti gitar Spanyol.
Membayangkan kecantikan Maya, membuat hati Prabu bergetar... ingin rasanya mencicipi istri orang, andai saja ada kesempatan emas.
Diam-diam Jannah memperhatikan Prabu yang senyum senyum sendiri. Hatinya semakin curiga melihat gelagat calon suaminya itu. Namun, daripada membuat emosi Prabu kembali naik, ia memilih menyibukkan diri menulis status di akun sosial medianya.
--Sebentar lagi aku jadi istri Mas Prabu. Aku bahagia akhirnya aku dan Mas Prabu akan secepatnya menikah--
Postingan itu langsung dilike beberapa teman Jannah yang sekaligus mengomentari dengan ucapan -Selamat ya-
Jannah akhirnya memiliki kesibukan sama seperti Prabu, ia membalas komentar itu dengan ucapan -Terima kasih. Nanti kalian datang ya-
Sementara Prabu masih saja sibuk membalas chat dari para simpanannya.
***
Gatot keluar dari rumahnya setelah selesai merapikan tempat tinggalnya itu. Tujuannya sekarang, di jam lima sore, adalah menagih uang sewa.
Ia tahu para suami dari penghuni kontrakannya pasti sudah pulang bekerja dan di tanggal muda seperti ini, mereka pasti sudah gajian.
Deretan kontrakan pertama yang ia tagih ada di sebelah kiri dari arah rumahnya. Ia menghampiri salah satu penghuni kontrakan yang tengah mengajak bermain anak kecil di halaman.
"Sore Bu Siti. Suaminya ada?" tanya Gatot dengan ramah.
"Oh ada Pak, sebentar saya panggil ya." Wanita bernama Siti langsung menggendong anaknya dan masuk ke dalam rumah.
Sedangkan Gatot berdiri di depan pintu sambil menyisir rambut klimisnya. Ia menoleh ke kiri dan kanan, melihat penghuni kontrakan langsung menutup pintu seperti ketakutan. Padahal dia manusia bukan zombie.
Lama ia menunggu tetapi Siti belum juga menunjukkan batang hidungnya. Ia pun melangkah ke rumah kontrakan di sebelah. Mengetuk pintu berkali-kali tetapi tidak ada tanda tanda manusia hidup di dalam sana.
"Pada kemana mereka? Kebiasaan, setiap kali ditagih kontrakan pasti ada saja alasan. Pergi lah, keluar sebentar lah, belum pulang kerja lah. Kalau begini terus, lebih baik aku ratakan aja semua bangunan ini." Gatot menggerutu kesal.
Di saat sedang berjalan jalan mengelilingi bedeng rumah kontrakannya, ia melihat seorang laki-laki yang tidak asing sedang masuk ke rumah penghuni kontrakan yang berada di seberang.
"Kayak Prabu," gumam Gatot sambil mengecilkan kedua matanya, agar bisa melihat dengan jelas. "Ngapain dia ke rumah Dina? Bukannya suami Dina lagi keluar kota? Terus mereka ngapain berduaan di sana? Ah! Apa aku salah lihat?"
Karena penasaran, Gatot pun mendekati rumah kontrakan di seberang sana dan melihat teras rumah.
Tidak ada sepatu laki laki di luar, padahal dia yakin benar-benar melihat Prabu masuk ke dalam sana.
"Seperti ada sesuatu yang gak beres. Apa mereka selingkuh? Prabu kan mau menikah sama Jannah. Kasihan dong calon menantu aku yang semok itu," gumam Gatot.