"Lebih baik kamu tidak usah ikut campur. Ini masalah pekerjaan Nilam, artinya Nilam tidak bekerja dengan becus hingga mendapatkan teguran seperti ini," kata Eren berusaha menghentikan suaminya.
"Maksudmu saya harus membiarkan seseorang ditindas walaupun sudah terluka seperti ini? Kamu lihat tangannya, kan? Tangannya saja sampai berdarah." King mulai gelisah.
"Tapi kamu akan membongkar poligami yang kamu lakukan didepan mama sama papa."
"Tuan King, kenapa Anda membela gadis tidak tahu malu ini? Dia sudah membuat masalah dengan salah satu pelanggan VVIP kami."
"Oh jadi begini cara kerja kalian? Kalian menghargai pelanggan VVIP kalian tanpa melihat kebenarannya? Jadi maksudnya siapapun tetap benar walaupun salah selagi dia adalah pelanggan VVIP?"
"Maafkan kami, Tuan, tapi—"
“Sadly!” panggil King.
“Kamu tidak apa-apa, ‘kan? Kamu berdarah.” Diana menyentuh lengan Nilam, ia seolah ikut terluka melihat Nilam di perlakukan tak baik.
“Ma, kenapa Mama membelanya?” tanya Eren.
“Saya tidak apa-apa, Bu,” jawab Nilam.
“Iya, Tuan?” Cakra datang dan membungkukkan badannya.
“Masukkan resto ini ke dalam daftar hitam. Dan jangan sampai siapa pun masuk kemari. Dan, temui owner resto ini untuk mengambil gaji Nilam yang tidak dibayarkan.”
Semuanya membulatkan mata. manager hotel itu langsung berlutut dihadapan King dan Nilam.
"Maafkan saya, Tuan King. Jangan membuat Resto ini masuk ke dalam daftar hitam karena ini semua adalah salah saya."
"Salah kamu dan salah Resto ini telah membanding-bandingkan seseorang dari kalangan atas dan kalangan bawah. Saya tidak suka hal itu."
"Memangnya ada hubungan apa Tuan King dan Nilam? Apa Tuan King tahu, Nilam ini bukan perempuan baik. Selama ini, dia melakukan semua pekerjaan hanya demi mendapatkan uang. Bukankah orang yang melakukan apa saja demi uang tidak baik?" Vega melanjutkan.
"Tante, Om, saya minta maaf karena saya masih ada urusan," kata King lalu menarik Nilam pergi meninggalkan Resto.
Eren kesal melihatnya. Ia pun mengepal tangan kanannya, ia benar-benar tidak bisa membiarkan Nilam begitu lama hanya karena seorang Nilam. King rela memasukkan Resto ini ke dalam daftar hitam dan meninggalkannya tanpa sepatah kata pun.
Sementara itu Vega terus berperang dengan isi pikirannya Mengapa seorang Nilam bisa membuat King marah besar ada hubungan apa diantara Nilam dan sementara Vega tahu istri sah diriking adalah Eren yang saat ini berada di hadapannya.
***
“Berhenti!” titah King.
Mobil berhenti di bahu jalan, King menoleh melihat Nilam yang saat ini tengah memainkan kukunya.
“Jadi, selama ini kamu izin untuk menengok kondisi ibumu ternyata mau bekerja diluar? Apa uang yang saya kasih itu belum cukup Kamu butuh berapa lagi?”
“Saya memang bekerja. Saya tidak mungkin terus-menerus merepotkan Tuan, apalagi biaya pengobatan Ibu saya semakin besar karena kondisinya semakin menurun, dengan bekerja saya bisa mendapatkan uang setidaknya bisa membeli obat."
"Dan kamu mengira itu akan cukup dengan kamu menjilat sepatu orang lain? Itu tidak akan cukup. Kenapa kamu tidak minta pada saya? Saya pasti akan kasih kamu."
"Jangan merepotkan diri, Tuan, saya bukan siapa-siapanya Tuan dan saya tinggal di rumah Sanjaya hanya karena sedang hamil anak atau ahli waris keluarga Sanjaya. Setelah saya melahirkan, saya pasti akan meninggalkan semuanya."
"Atas izin siapa kamu mengatakan hal itu"
Nilam terdiam, ia tidak bisa lagi berkata-kata.
"Kalau kamu butuh uang, tinggal katakan kepada saya. Saya pasti akan memberikannya."
"Sampai kapan Tuan akan memberikan saya uang?"
"Sampai kamu benar-benar sudah tidak butuh."
Nilam kembali diam, perkataan King barusan membuat hatinya benar-benar luluh. Ia hanya tidak ingin menjadi benalu dalam keluarga Sanjaya walaupun ia tidak bisa bekerja kantoran atau dia tidak bisa bekerja seperti orang lain, setidaknya ia masih bisa mendapatkan uang.
"Seharusnya Tuan tidak perlu melakukan hal seperti tadi, hanya karena saya Tuan memasukkan resto tersebut ke dalam daftar hitam. Sementara saya tidak memerlukan itu dan itu juga tidak akan membuat hati saya membaik."
"Kenapa kamu tidak pernah berpikir atau menerima niat baik seseorang?"
"Karena saya tidak ingin punya hutang Budi pada seseorang."
"Diamlah. Kenapa kamu tidak bisa tenang?Dengan saya membela kamu tadi, itu juga salah saya? Saya tidak pernah merasa itu salah. Saya memberi hukuman kepada Resto itu karena telah membanding-bandingkan orang lain, telah semena-mena pada orang lain dan lebih hormat kepada kalangan atas. Apa saya salah melakukan itu?"
“Tapi—”
“Diamlah.” King menghentikan Nilam berbicara. “Kalau saya tidak datang, kamu pasti akan di remehkan bahkan akan terluka.”
“Kenapa Tuan perduli?”
“Apa?” King mulai kesal namun berusaha menahan diri.
“Saya peduli karena kamu sedang hamil anak saya. Saya juga tidak mau peduli jika kamu bisa menjaga diri dengan baik. Jangan mengira kalau saya membelamu karena saya suka. Tidak akan.” King menyakiti hati Nilam.
Nilam membuang muka, sementara itu King merasa bersalah dengan perkataannya. Nilam selalu saja membuat emosinya memuncak. Bagaimana ia bisa tenang jika Nilam seperti itu.
Nilam terlalu mewek, karena selalu saja ada hal yang tidak ia sukai, seolah hidupnya hancur begitu saja. Seharusnya ia memahami bahwa ia hanya lah yang kedua. Dan, tidak akan pernah menjadi yang pertama.