7. Pertolongan King

809 Words
King saat ini menghadiri undangan makan siang keluarga Rajendra, keluarga mertuanya, yang juga terkenal kaya raya dan bisnisnya menguat semenjak berbesanan dengan keluarga Sanjaya. Pernikahan King dan Eren juga karena peraturan keluarga. Jadi, tidak ada cinta di dalam hati King, ia hanya merasa harus bertanggung jawab pada apa yang sudah terjadi. “Mama permisi ke kamar kecil dulu, ya.” Diana Rajendra—Ibunya Eren—bangkit dari duduknya dan menuju kamar kecil. Tiba di sana, ia melihat seseorang sedang duduk di lantai, Diana membulatkan mata melihatnya. “Dek, kamu kenapa duduk di situ?” tanya Diana. “Eh, Bu, maaf kalau saya mengganggu. Saya hanya istirahat sebentar.” Gadis itu adalah Nilam. Ia bekerja paruh waktu di restoran sebagai tukang bersih-bersih. Diana merasa nyaman menatap Nilam, seolah batinnya menguat ketika melihat gadis itu. Diana tak tahu mengapa hatinya sangat sedih dan senang secara bergantian ketika melihat Nilam. Perasaan apa ini? “Kamu OG di sini?” tanya Diana. Nilam mengangguk. Diana mengelus pundak Nilam, melihat Nilam sedang mengelus perutnya yang masih rata. “Kamu lapar?” tanya Diana. “Biar saya belikan makanan, ya.” “Tidak, Bu. Saya sudah makan.” “Tapi kenapa kamu elus perut dari tadi?” “Saya sedang hamil.” “Apa? Hamil?” Tiba-tiba saja Diana senang mendengarnya. “Terus mana suamimu? Kenapa dia membiarkanmu bekerja keras seperti ini?” “Maaf, Bu, saya harus bekerja lagi.” Nilam lalu masuk ke salah satu bilik yang belum ia bersihkan. Diana merasa terluka ketika melihat Nilam membersihkan kloset dengan tangannya perasaan Diana tidak bisa dibendung. Ia pun menitikkan air mata. Entah mengapa perasaannya menjadi seperti ini ketika melihat Nilam. Diana meraih tasnya dan mengambil sesuatu dari dalam ada beberapa lembar uang di tangannya dan diberikan secara paksa kepada Nilam. "Nak, ambil ini ya, ini uangnya akan cukup untuk pekerjaan kamu di sini. Kamu harus pulang karena kamu sedang hamil." "Saya bukan pengemis, Bu, saya masih bisa bekerja dan masih kuat bekerja. Saya tidak butuh uang ibu." "Tapi saya niatnya baik, Nak." "Saya juga punya hati, tidak semua hal yang saya kerjakan harus dikasihani. Selagi saya masih kuat dan masih bisa, saya pasti akan melakukannya." Diana merasa terluka ketika mendengar apa yang dikatakan Nilam, namun menganggap Nilam juga adalah gadis yang kuat. Diana segera pergi meninggalkan Nilam dengan perasaan terluka. Diana tidak tahu jika Nilam adalah istri kedua dari menantunya, andaikan ia tahu dia juga akan beranggapan bahwa Nilam jahat karena merebut kebahagiaan Eren. "Mama kenapa?" tanya Eren. "Mama tidak apa-apa." "Mama yakin tidak apa-apa?" tanya Handoko. "Iya, Pak, Mama yakin." Mereka lalu melanjutkan makan siang mereka yang sempat tertunda karena Diana izin ke kamar kecil. “Jadi, kapan kalian berencana punya anak?” tanya Handoko Rajendra—Ayah Eren. “Keluarga Rajendra juga butuh ahli waris.” “Pa, kan sudah Eren bahas, aku gak mau hamil, aku gak suka hamil, entar perutku luka dan jelek, aku gak mau.” Eren kembali mengingatkan orangtuanya. “Maafkan Eren ya, King. Semoga kamu memahaminya.” Handoko melanjutkan. King mengangguk. Tak lama kemudian, suara marah-marah terdengar, mereka semua berbalik dan melihat manager resto tengah menunjuk seseorang. Seseorang itu adalah Nilam. King membulatkan mata penuh melihatnya. "Kamu ya baru satu bulan bekerja, tapi sudah buat ulah." "Bukan saya yang lebih dulu melakukannya tapi wanita ini yang telah menyerang saya, ketika saya sedang membersihkan bilik kamar kecil." “Jangan banyak alasan. Gadis yang kamu bilang ini adalah Nona Darsa. Dia salah satu pelanggan vvip kami. Beliau tidak mungkin mengotori tangannya hanya karena sampah seperti kamu.” “Pecat saja dia," perintah gadis itu "Kamu tidak usah memecat saya, saya yang akan keluar sendiri dari pekerjaan ini dan saya mau meminta gaji saya karena hari ini sudah tepat 35 hari saya bekerja, tapi gaji saya belum diberikan." "Setelah mendapatkan masalah, kamu meminta gaji? Apa-apaan kamu? Kamu benar-benar tidak tahu diri ya." Manager resto tersebut hendak menampar Nilam, namun Nilam dengan cepat menahannya dan menghempaskan tangannya. "Saya tahu kamu punya banyak hal yang ingin kamu balaskan pada saya kan?" "Apa maksudmu?" "Vega, kamu seharusnya sadar kita bukan anak kecil lagi atau bukan remaja lagi yang harus saling balas membalas, jangan buat posisimu terhina karena melawan orang seperti saya. "Jangan asal bicara kamu, kan kamu yang salah." “Dendam masa lalumu yang tidak kamu terima, hanya karena pria yang kamu sukai lebih memilih saya, lalu kamu membawanya hingga saat ini? Kamu belum move on?” Nilam menyundir. “Kamu—” Vega hendak menampar Nilam, namun seseorang mencegahnya dengan menggenggam kuat pergelangan tangannya. “Saya mau lihat siapa yang berani menyentuh orang saya.” King menghempaskan tangan Vega. “Tuang King Haidar?” Vega memperbaiki rambutnya mencari perhatian King. Yaa siapa yang tidak mengenal King, pria tampan diatas rata-rata dengan kekayaan di sekelilingnya? Bahkan siapa pun rela menjadi istri kedua bahkan ketiga karena sudah dipastikan siapapun itu tidak akan menderita.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD