Dengan malas aku keluar dari mobil, dan berdiri di samping pintunya. "Ada apa?" ketusku bertanya. "Mana anak itu, berikan padaku." Aku menatap tajam ke arah lelaki yang pernah mengisi hatiku itu. Muak rasanya melihat wajahnya. "Anak?! anak siapa yang kamu maksud?" tanyaku sinis. "Anak yang kamu kandung kala itu, tentu dia sudah lahir kan. Sekarang berikan dia padaku, aku yang akan merawatnya." Aku tersenyum miring mendengar perkataannya. "Dengar ya, Zay, aku tidak pernah mengandung anak itu apalagi melahirkannya. Pergi dari hadapanku dan jangan menganggu hidupku lagi!" pekikku kesal. "Waktu itu kamu yang bilang sendiri jika kamu hamil anakku, apa kamu membunuhnya sebelum dia sempat lahir ke dunia?" Lelaki itu bertanya dan menuduhku dengan sorot mata yang penuh amarah, dia ki

