Dalam raut wajah ramah karena hadiah yang memuaskan ego, tersimpan bara curiga yang enggan menghilang. Pria di depannya terlalu sempurna untuk menjadi nyata, semakin layak Rei, semakin curiga Safani. Namun ia membalut kecurigaannya dalam senyum manis berwibawa. Buah dari hadiah menyenangkan yang ia terima. Rei dan Safani beradu pandang dalam keheningan yang menegangkan. Perhatian Safani berhasil dikuasai oleh Rei, keinginan tahuan Safani menjadi lebih besar dari tadi. "Kuharap Bapak juga tidak lupa dengan pesan-pesan yang saya kirim," ucap Rei. Ucapan yang menyiratkan dengan jelas kalau ada sesuatu di antara mereka. Safani mengernyit bingung, ucapan Rei jelas mengejutkannya. Bukankah mereka baru saja bertemu, dan ia juga merasa tidak pernah mendapat pesan apapun. "Pesan apa ya?" Rei

