Dua Jam Sebelum Serangan — Jaring Terpasang Di ruang bawah tanah, lampu temaram menggantung seperti mata yang mengintai. Alvaro berdiri di depan pasukannya; wajahnya dingin, suaranya pendek seperti potongan besi. “Dengar baik-baik,” katanya. “Kalian tahu tugas masing-masing. Infiltrasi, gangguan, penutupan jalur. Satu echo hidup—ambil satu, bawakan padaku. Jangan main heroik. Kita bukan ingin perang; kita ingin pesan.” Rex mengangguk. “Gelombang satu jalan pukul sebelas. Gelombang dua, push. Gelombang tiga, containment.” Seorang pemuda di barisan menelan ludah. “Bos — kalau mereka bawa lebih banyak orang?” Alvaro menatap tajam. “Kalau mereka bawa lebih banyak, maka kita remas sampai napas terakhir. Jangan sia-siakan waktu buat ragu.” Perintah singkat, lalu langkah sepatu berat mening

