Hannan langsung membawa Lila pulang ke apartemen. Ia bahkan meninggalkan Dito begitu saja. Sahabatnya itu pun marah-marah di parkiran, melontarkan berbagai jenis vmpatan karena merasa ditinggal. Begitu sampai di apartemen, Hannan menatap Lila dengan mata yang menyala. “Bukannya tadi pagi kamu bilang ingin berdamai, Lila? Tapi kenapa siangnya malah kamu ulangi lagi? Katanya mau berhenti, tapi kenapa masih mendatangi tempat menjijikkan itu?” bentaknya dengan wajah merah padam. “Om, kamu salah paham. Aku ke sana karena ada urusan penting. Aku nggak ada niatan untuk kerja di sana lagi,” jelas Lila cepat. Hannan menggebrak meja kecil di dekat sofa. “Urusan penting apa yang harus diselesaikan di tempat kayak gitu Lila? Dan kenapa kamu datang bersama laki-laki asing? Siapa dia sebenarnya? Apa

