bc

Selingkuh dengan Desi

book_age18+
1.1K
FOLLOW
8.0K
READ
like
intro-logo
Blurb

Ahmad Arkana begitu mencintai Rihana (Riris). Lalu suatu hari, Riris membawa masuk Desi ke kehidupan mereka. Niat hati membantu Desi, ternyata berujung sebuah petaka.

Desi yang selalu mengalami KDRT terpesona pada sosok Arkana yang baik. Apa yang akan dilakukan Riris setelah mengetahui sahabat dan suaminya bermain di belakangnya?

chap-preview
Free preview
Bab 1: Selingkuh
??? Pernikahan adalah sebuah komitmen bersama. Berjanji untuk saling melindungi satu sama lain. Aku mencintai Rihana setulus hatiku, itulah alasan kami sampai memilih bersatu dalam ikatan pernikahan. Setahun menikah dengan Rihana kami dikaruniai putra tampan bernama Uqassya. Aku pikir rumah tangga kami akan baik-baik saja. Kami adalah keluarga kecil bahagia. Aku percaya kami tidak akan saling menyakiti. Rihana menjaga ketulusan cintanya sampai akhir. Namun, di tengah jalan aku berbelok ke arah lain, meninggalkan Rihana dan putra kami. Aku terpesona akan sosok Desi yang tinggal di tengah-tengah kami. "Jadi apa maumu, Arkan?" Zain, saudara lelaki-ku bertanya, memulai pembicaraan dalam pertemuan keluarga sore ini. Aku melirik Rihana. Tatapan sedihnya membuat aku tidak berdaya, aku telah menyakiti istriku sendiri. "Aku mau mempertahankan rumah tangga-ku dengan Riris." Istriku bernama lengkap Rihana Safitri. Semua orang memanggilnya Riris. Namanya memang indah seperti rupanya yang sangat memesona. Kulit putih cerah, rambut hitam lurus, dan bibir tipis nan manis. "Hebat sekali kau, Arkan. Kau sudah melukai hati Riris dan kamu bilang mau mempertahankan hubungan rumah tangga kalian?" Salah satu iparku menyela. Aku tahu aku salah, aku hanya ingin kesempatan kedua. Aku mau membahagiakan istri dan anakku. Apakah itu salah? "Aku akan memperbaiki kesalahanku," sahutku. Aku menoleh ke arah Desi, sahabat istriku sekaligus wanita simpananku. Sialan, Ya aku memang lelaki macam itu. Aku mengikuti fantasi cintaku, berkencan dengan pembantu di rumahku. Pada awalnya aku sudah peringatkan Rihana agar tidak mempekerjakan sahabatnya di rumah kami. Karena aku seorang lelaki, jika berdekatan dengan perempuan lain tentu aku punya insting memangsa yang kuat. Aku sudah berusaha menekan diriku agar tidak tergoda akan pesona Desi. Namun, apa daya, aku kalah. Keinginanku memiliki dua pendamping begitu besar. "Arkan sudah mengatakan keinginannya. Bagaimana dengan kamu, Ris? Apa kamu bersedia memberikan suamimu kesempatan?" Abi, ayahku bertanya kepada menantunya. Aku tidak mau berpisah dari Rihana jadi aku menimpali, "Kamu mau 'kan beri Mas kesempatan, Dek? Mas janji tidak akan ulangi kesalahan ini lagi." Aku tatap Rihana dengan pandangan memohon. Saudara perempuan Rihana memutar bola matanya waktu aku bicara begitu. "Kamu bisa memutuskan pilihanmu secara bebas, Ris. Kamu yang jalani hidupmu maka kamu yang putuskan." Zain menunjukkan dukungan pada istriku. Aku takut Rihana memutuskan kami berpisah. Selama ini Rihana tidak pernah melakukan hal macam-macam. Hanya aku yang terlalu banyak mau. Istriku tidak menolak sekali pun kalau aku minta begituan, dia juga istri hemat, dan setiap kali aku perintahkan sesuatu maka dia selalu laksanakan. "Aku akan dengar keinginan Desi. Kalau Desi menginginkan Mas Arkan maka aku akan mundur," kata Rihana. Aku membulatkan mata, bagaimana kalau Desi menginginkan perpisahan antara aku dan Rihana? Aku belum siap berpisah dari Rihana. "Kamu tidak mungkin menyakiti Riris 'kan, Des. Jangan putuskan sesuatu yang menyakiti sahabatmu sendiri," tegasku ke Desi. "Jangan memberikan tekanan pada Desi, Arkan. Biarkan mereka bedua memutuskan apa yang mereka mau. Berhentilah mengintimidasi," ujar Zain. Aku diam. Kata-kata kakakku memang benar. Aku tidak semestinya memberikan tekanan kepada dua wanita itu. Aku menatap serius ke arah Desi. Aku membaca perasaan sedu di dalam matanya. Aku sadar sudah menyakiti dua wanita di saat bersamaan. Aku menunduk beberapa detik berikutnya. Aku belum siap dengar kemauan dari Desi. "Aku akan jauhi Mas Arkan asalkan aku masih diizinkan bekerja di rumahnya. Aku butuh kerja supaya anakku bisa hidup dengan layak." Desi memang punya anak setahun lebih tua dari putraku, Uqassya. Rihana mempekerjakan Desi karena kasihan pada wanita itu. Suami Desi pecandu alkohol, terpaksa Desi menjauhi suaminya dengan jadi ART di rumah kami. Rihana dan aku memberikan banyak perhatian kepada Desi sampai wanita itu mulai menyukai aku. Awalnya aku berusaha meyakinkan Desi agar dia mengubur cintanya. Namun lama-kelamaan justru aku yang tergila-gila sama Desi yang jelas-jelas masih punya suami sah. Beruntungnya aku bahwa suami Desi belum tahu kejadian ini. Jika pun lelaki itu tahu, dia tentu tak peduli. Aku sudah bayar uang agar dia jauhi Desi. "Sudah buat masalah, masih saja cari keuntungan. Kamu itu hanya w*************a, Desi. Lebih baik mati saja sana. Bikin malu negara," gertak iparku. "Aku yang rayu Desi. Mengapa kalian malah menyalahkan Desi? Aku yang mulai permasalahan ini." Aku mengaku. Iparku tidak membalas perkataanku namun matanya sinis melihatku. Dia berbisik pada istriku. Aku curiga dia sedang meminta Rihana memutuskan pisah. Jadi aku kembali berujar, "Ingat saat kita pacaran dulu, Dek. Kamu janji tidak akan meninggalkanku kalau pun aku berbuat salah." "Cukup, Arkan!" Abi membentak. Aku melihat Rihana meneteskan sebutir air mata. Aku ikut terluka menyaksikan dia menangis. Mengapa dia harus merasakan sakitnya dikhianati olehku? Aku memejamkan mata, pasrah akan keputusan Rihana. "Apa yang akan kamu putuskan, Ris?" Rihana mengatur napasnya. Dia berkata, "Aku akan beri Mas Arkan kesempatan." Aku terkejut akan keputusannya namun di saat yang sama aku merasa gembira. Pihak keluarga kami membuat surat perjanjian yang menyatakan aku tidak akan berselingkuh dengan Desi lagi. Jika aku ketahuan melakukan itu maka aku dan Rihana akan pisah. Kakakku Zain memberikan pekerjaan kepada Desi di kantornya sebagai OB. Aku lega akan keputusan istriku. Aku bersungguh-sungguh ingin memulai hubungan rumah tangga kami dari awal. Aku mau membahagiakan Rihana seperti saat pertama kali kami menikah. Setelah pertemuan keluarga, aku diam-diam belikan Rihana hadiah berupa kalung emas seharga satu juta rupiah. Kebetulan aku baru gajian, dan aku mau memberikan hadiah ke Rihana. "Mas punya hadiah buat kamu, Dek," seruku waktu pulang dari kantor. Rihana masih fokus memakaikan baju putraku, Uqassya. "Memangnya hadiah apa, Mas?" Aku memeluk tubuh Rihana dari belakang. Wajah Rihana datar, dia tidak menunjukkan perasaan bahagia sama sekali. Aku tunjukkan kalung emas padanya. Dia hanya tersenyum sebentar melihat kalung itu lalu dalam sedetik, dia diam seakan memikirkan sesuatu. "Kenapa, Dek? Enggak suka sama kalungnya?" Aku berusaha memahami reaksi Rihana. Setelah pertemuan keluarga itu, istriku banyak merenung dan aku berpikir kalau dia masih membayangkan pengkhianatan yang aku lakukan kepadanya. "Kalungnya bagus, Mas. Nanti aku pakai ya, Mas." Rihana berujar datar. Sikap riangnya yang dulu hilang. Biasanya Rihana akan melompat saat mendapatkan kejutan. Kini dia semakin menghemat bicaranya. Aku berusaha memaklumi karena aku yakin tidak mudah baginya menerima kenyataan bahwa aku dulu pernah bermain serong dengan sahabatnya. "Kalau ada masalah. Tolong bilang ke Mas ya, Dek. Jangan pendam sendiri," tuturku. Rihana mengangguk, lalu tersenyum paksa. Senyuman itu tak seindah senyum yang sering dia tampilkan padaku. Ada luka dalam senyum itu dan aku tahu bahwa akulah penyebab dari luka itu. Aku masuk kamar mandi. Aku mencuci muka sebelum istirahat. Ketika aku keluar dari kamar mandi. Rihana sedang menatap pemandangan di luar jendela. "Uqassya sudah bobo ya, Dek?" tanyaku. Rihana tidak menyahut. Aku mendekatinya, melihat apa yang sedang dia lihat. Tidak ada yang menarik di luar jendela. Rihana menatap kosong pemandangan luar itu. "Riris," panggilku. "Kamu lagi mikirin apa?" Rihana tersentak, dia tertawa saat melihat aku. Aku membalas tawanya yang tidak lucu. Rihana bertingkah seakan dia baik-baik saja. "Enggak apa-apa, Mas. Riris cuma enggak sabar nunggu Mas keluar dari kamar mandi." Aku tidak tahu apakah Rihana jujur. Namun aku mau dia tahu kalau aku mencintainya. Aku memegang wajah istriku. Lalu aku berbisik, "Semua akan baik-baik saja." Aku menempelkan bibirku di atas bibirnya untuk sekadar mengingatkan kalau rumah tangga kami baik-baik saja. Instagram : Sastrabisu

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

CEO Mesum itu Suamiku

read
5.1M
bc

Married with Single Daddy

read
6.0M
bc

Selingkuh Ini Cinta

read
65.7K
bc

KILLING ME PERFECTLY ( INDONESIA )

read
80.9K
bc

Air Mata Maharani

read
1.4M
bc

YUNA

read
3.0M
bc

Destiny And Love

read
1.5M

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook