bc

Encounters

book_age16+
141
FOLLOW
593
READ
arranged marriage
sensitive
boss
drama
comedy
sweet
humorous
childhood crush
slice of life
addiction
like
intro-logo
Blurb

Disaat Sandra merasa sudah sangat nyaman dengan kekasihnya Dika yang walaupun orang bilang toxic, tiba-tiba saja ia dijodohkan dengan orang lain. Bagaimana mungkin ia bisa menerima itu terlebih si pria itu adalah Farel yang merupakan dalang pembulian yang ia rasakan ketika SMA yang membuatnya sangat ingin melupakan memori masa sekolahnya? Jika ia harus memilih satu orang yang paling ia benci selama hidupnya, tentu itu adalah Farel.

chap-preview
Free preview
1. Wedding Reception
"Saaaaan, yuk buruan!" Teriak seorang wanita berumur lima puluhan dari halaman rumah dengan keras sebelum masuk ke dalam mobil. "Duh ini si Sandra ngapain sih lama banget?" lanjut lelaki yang ada di dalam mobil tepatnya di bangku kemudi. "Emang anaknya kebiasaan banget suka lambat." "Ih apaan sih mam ribut banget, ini juga orang udah siap," akhirnya seorang wanita berusia dua puluhan dengan rambut pendek menggunakan gaun bernuansa cokelat muda datang sambil menenteng sepatu yang belum dipakainya. "Udah siap apanya? Itu sepatunya juga belum dipakai," omel mama melihat anak gadisnya sekaligus bungsu dalam keluarga mereka. "Ini dipakai di dalam mobil, ayuk lah buruan," Sandra langsung menerobos masuk ke dalam mobil mendahului mamanya yang hanya bisa geleng kepala kemudian ikut masuk ke dalam mobil yaitu di bangku depan. "Lagian mama papa kenapa sih pada buru-buru banget? Acara kondangan mah kagak ada istilah datang telat asal masih di hari yang sama," ujar Sandra dari bangku belakang mulai memasang sepatunya dan menyelesaikan make up nya. "Ya kan ga enak kalau sebentar doang kita disana, mereka masih bagian keluarga kita. Saudara jauh gitu." jelas mama pada Sandra. "Sejak awal aku udah bilang ga niat buat ikut padahal, malah tetep dipaksa." nada suara Sandra masih menampakkan kalau ia memang masih tidak niat untuk ikut ke acara resepsi pernikahan yang bahkan ia tidak tahu jelas siapa yang menikah. "Kamu di rumah lagi ga ngapa-ngapain, lebih baik kamu ikut sekalian ketemu keluarga kita yang lain. Lagian mas nya kamu juga ga bisa ikut." "Coba aja Mas Gilang yang di rumah, kalau dia bilang ga mau pasti mama dan papa bakal biarin aja ga maksa." "Soalnya mas kamu kalau nolak jelas alasannya, lah kamu kan enggak," itu adalah jawaban papa yang santai mengendarai mobil menembus jalanan. "Iyain deh, kan Mas Gilang emang spesial." jawab Sandra cuek sambil menyenderkan tubuhnya ke kursi lalu memainkan handphonenya. "Yah, padahal harusnya bisa jalan sama Dika," Sandra bicara sendiri dengan nada kecewa sambil terus sibuk dengan handphonenya. "Kamu masih sama Dika?" mama langsung menoleh ke belakang dengan wajah kaget. "Ya iyalah, kenapa engga?" "Kan mama udah bilang kalau kamu jangan jalan lagi sama dia." "Kenapa sih? Orang udah nyaman, dia kan juga ga pernah aneh-aneh." "Dika itu nggak baik anaknya." "Alah, pasti mama nggak suka cuma karena dia nggak sekaya keluarga kita ya?" "Bukan gitu, mama nggak pernah ya permasalahin kaya atau enggak nya orang. Tapi Dika itu memang mama nggak suka sama sikapnya. Lihat aja deh waktu dia ke rumah, dia cuma peduli sama kamu, nggak mau tuh ngobrol sama yang lain." entah sudah ke berapa kalinya mama coba menyadarkan sang putri mengenai hubungannya yang tidak mereka restui selaku orang tua. "Yaiyalah, soalnya dia tahu kalau orang rumah ga ada yang suka sama dia. Ngapain coba deketin orang yang jelas-jelas nggak suka sama dia." Sandra terus mempunyai jawaban untuk membela sang kekasih. "Udah lah ma, Sandra ini emang keras kepala banget ga bisa dibilangin. Bahkan ga cuma kita, tapi yang lain pun yang udah kenal duluan sama Dika juga bilang kalau dia bukan laki-laki yang baik." papa yang sejak tadi hanya menyimak akhirnya angkat bicara agar sang isteri tidak buang-buang tenaga coba bicara dengan Sandra. "Orang cuma bisa ngomong, padahal kan yang kenal banget sama Dika itu aku, aku juga yang ngejalanin hubungan, dan aku ngerasa baik-baik aja tuh, ga ada yang salah." "Yaudahlah terserah kamu, capek kita ngomong sama kamu." * Akhirnya kini Sandra dan kedua orang tuanya sudah sampai di tempat acara resepsi pernikahan yang bisa dikatakan ramai. Ia duduk sendirian sambil meminum minuman miliknya sedangkan kedua orang tuanya entah berada dimana. "Sumpah deh, mendingan jalan sama Dika dibanding disini. Mana harus nyapa para tante, om, ponakan segala macam yang aku nggak ingat mereka siapa pula." omel Sandra yang dibuat semakin tidak betah karena ditinggal sendirian seperti anak hilang. Dengan tatapan tak bersemangat Sandra memperhatikan sekitar, hingga tatapan nya berhenti pada satu orang yang membuatnya kaget bukan main, bahkan napasnya langsung terasa tercekat melihat sosok yang ada di antara keramaian tengah asik mengobrol sambil tertawa. "Siall, bukankah itu si brengseek? Kenapa aku bisa bertemu lagi dengannya setelah sekian lama? Kenapa dia disini!?" Sandra menatap tidak percaya sampai tanpa sengaja pria yang tengah Sandra perhatikan itu juga melihat ke arahnya yang membuatnya langsung panik bukan main. Bahkan tanpa pikir panjang, Sandra langsung berdiri dan kabur ke kamar mandi. Sesampainya di kamar mandi, Sandra sudah berjalan mondar mandir sambil menggigiti kuku ibu jarinya terlihat panik. "Okey, tenang Sandra tenang, kenapa aku harus takut dan cemas? Tidak, dia tidak akan melakukan apapun padaku kan? Dia tidak melihatku bukan? Dia tidak mengenaliku bukan?" Sandra menghentikan langkah kakinya untuk bolak-balik dan kini berdiri di depan cermin menunjuk dan memperhatikan dirinya secara seksama, "tenang Sandra, dia tidak melihatmu." Setelah merasa lebih baik dan tenang, Sandra memutuskan untuk kembali ke acara karena baru saja mamanya menelpon menanyai keberadaannya dan menyuruhnya segera kembali untuk menemui mereka. "Mama sama papa dimana sih?" Sandra yang sudah kembali masuk ke dalam keramaian terus coba mencari keberadaan orang tuanya. "Nah itu mereka," dengan langkah agak berlari Sandra mendatangi orang tuanya yang sedang mengobrol dengan seseorang. "Ah, akhirnya kamu kesini, kenalin San, ini Bu Dira, temannya mama sama papa." mama langsung menyuruh Sandra untuk berkenalan dengan seorang wanita yang tadi mengobrol dengannya. Walau masih bingung, Sandra langsung menyapa dengan senyuman lalu bersalaman dengan sopan, bagaimanapun Sandra adalah orang yang diajarkan untuk hormat pada orang lain terutama orang tua. "Sandra, tante," Sandra memperkenalkan dirinya setelah bersalaman. Bu Dira tersenyum memperhatikan Sandra, "cantik ya." Mendengar pujian itu Sandra tersenyum malu, "makasih tante, tante juga cantik." "Sandra nya udah kesini, anaknya Bu Dira mana nih?" tanya mama Sandra pada Bu Dira. "Eh iya bentar, tadi dia lagi ngobrol sama temannya. Tapi mungkin aja Sandra udah kenal." Sandra yang mendengar itu mengerutkan dahinya sambil melirik mamanya dengan tatapan penuh tanda tanya. "Jadi Bu Dira ini punya anak San, kayaknya sih dulu pernah satu sekolah sama kamu waktu SMA. Tadi kita sempat ngobrol tentang kalian," jelas sang mama sambil tersenyum. "Siapa??" "Namanya Farel, Farel Nanda Kaili, apa kamu tahu?" itu adalah jawaban Bu Dira yang sepertinya berharap sekali kalau Sandra mengenal anaknya. Mata Sandra langsung membelalak kaget hingga tergagap, "Fff.., fa Farel??" Bu Dira mengangguk dan tiba-tiba perhatiannya teralih ke arah lain, "nah itu dia. Farel kesini bentar!" ia memanggil sang anak yang memang sudah akan mendekat. "Kenalin Rel, ini ada Bu Sania dan Pak Indra." Bu Dira langsung mengenalkan orang tua Sandra pada anak laki-lakinya itu. Lelaki bernama Farel itu langsung tersenyum ramah dan bergerak cepat menyalami mereka. "Kalau sama Pak Indra aku udah pernah ketemu kok, Ma. Benar kan, Pak?" ujar Farel melihat ke arah papanya Sandra. Papa Sandra mengangguk sambil menepuk pelan lengan Farel, "ya kita pernah bertemu di suatu pertemuan bisnis. Saya masih ingat sekali ada seorang pebisnis muda dan tampan yang begitu cerdas." Farel terkekeh sambil geleng kepala, "pujian yang sangat berlebihan rasanya, Pak Indra." "Nah Rel, ini anaknya Pak Indra, namanya Sandra." Bu Dira lanjut memperkenalkan Sandra yang sejak tadi hanya diam dan perlahan mulai mundur bersembunyi dibalik mamanya. "Ouh begitu? Perkenalkan, Farel," Farel dengan cepat bergerak mendekat dan menjulurkan tangannya untuk bersalaman dengan Sandra sambil terus tersenyum. Dengan ragu secara mau tak mau Sandra balas menyambut jabat tangan Farel, "Sandra." "Tampaknya sudah lama sekali sampai kalian lupa satu sama lain. Tidak masalah, kalian bisa berkenalan kembali." ujar Pak Indra melihat sang anak dan Farel secara bergantian. "Kamu nggak ingat Rel kalau kamu udah pernah ketemu sama Sandra sebelumnya? Bukankah kalian pernah satu sekolah?" tanya Bu Dira pada putranya itu. Farel mengangkat alisnya, "benarkah? Ah mungkin sudah pernah kenal tapi lupa, tidak apa. Kami akan berteman kembali." lanjut Farel menjawab dengan enteng. *** "Oh iya Sandra, kamu nggak inget sama Farel sama sekali?" tanya Pak Indra pada Sandra saat sedang makan malam bersama. "Farel anak Bu Dira yang ketemu di kondangan tadi?" tanya Sandra melihat ke arah papanya itu. "Iya, kalian angkatan yang sama waktu SMA kan?" Sandra mengangguk kecil, "ingat kok." "Itu dia emang ganteng dari waktu zaman sekolah?" itu adalah pertanyaan sang mama yang penasaran. "Tau deh, lupa." "Tadi bilang inget, sekarang lupa, aneh banget." sela Gilang yang merupakan kakak laki-laki dari Sandra. "Ck, ga inget, intinya emang iya dulu pernah satu sekolah, tapi ga ingat apa-apa lagi," Sandra menjawab ogah-ogahan seolah malah membahas perihal Farel. "Mama nya Farel itu teman deket mama kamu, nah dulu mendiang papanya Farel juga sempat kenal sama papa." papa kembali bicara menjelaskan dengan tenang. "Oh." hanya itu respon dari Sandra yang memang tidak peduli. "Semenjak papanya meninggal Farel yang lanjut jalanin bisnis papanya yang sempat mengalami guncangan kan, Pa?" mama mulai membahas lebih jauh perihal Farel. Papa mengangguk, "bisa dibilang berani anaknya, walau masih muda dia nekat turun langsung karena ga mau apa yang sudah papanya bangun hancur di tangan orang lain. Waktu Pak Ardi meninggal langsung banyak tuh yang berusaha ngambil keuntungan pribadi dari perusahaan itu karena belum ada dari pihak dari Pak Ardi yang bisa urus. Salut banget sama Farel." "Oh, jadi Farel maksud mama dan papa itu anak nya Pak Ardi Kaili?" Gilang yang sejak tadi menyimak mulai paham. "Iya Lang, kan anaknya sepantaran Sandra." Papa membenarkan. "Bagus deh perusahaannya ada yang nyelamatin, sayang banget Pak Ardi udah ngerintisnya susah payah." "Bu Dira juga bilang gitu, dia bersyukur banget dengan adanya Farel, semua bisa membaik lagi. Bener-bener waktu mendadak Pak Ardi meninggal keluarganya jadi kayak langsung luntang-lantung ga tau mau gimana." lanjut mama selaku teman dekat dari mamanya Farel. "Emang Pak Ardi meninggal karena apa sih?" Gilang bertanya sambil juga coba mengingat. "Itu loh kecelakaan. Tapi katanya itu emang sengaja ada yang mau celakain. Tapi ya gitu deh, sampai sekarang belum jelas." papa menjawab dengan wajah miris. "Kasihan banget, tapi syukurnya mereka punya Farel." "Nah kita udah cerita banyak sama Bu Dira, dan kita sepakat buat jodohin Sandra sama Farel." Sandra yang sejak tadi sama sekali tidak menunjukkan ketertarikan dalam pembahasan Farel langsung tersedak hingga terbatuk-batuk mendengar penuturan terakhir mamanya. "APAA!?" Sandra langsung menunjukkan reaksi tak terima. "Yap, papa sama mama sepakat buat jodohin kamu sama Farel." "Lah!? Apa-apaan sih mendadak pakai acara jodoh-jodohan segala!? Nggak!! Aku nggak mau, apalagi sama Farel!" "Kenapa? Kenapa kamu nggak mau?" "Ya enggak lah, Ma. Mama tahu sendiri kan aku udah punya pacar. Ngapain sih seenaknya malah jodohin aku sama orang kagak jelas begitu!?" "Lebih ga jelas pacar kamu si Dika," timpal Gilang santai. "Eh lo jangan ikut-ikut ya!" "Sandra! Yang sopan ngomong sama mas kamu." mama memperingatkan dengan mata membelalak marah. "Ya aku nggak terima sama keputusan ini. Apaan sih kalian suka banget ngatur-ngatur aku?" Sandra terus menjawab karena memang ia tidak bisa terima saja semua keputusan ini. "Ya karena kamu kalau nggak diatur makin ngawur hidupnya. Pasangan itu hal yang paling krusial apalagi untuk seorang wanita. Kita nggak mau hidup kamu jadi kacau karena milih pasangan secara sembarangan." mama terus menjelaskan atau lebih tepatnya menekankan pada Sandra. "Siapa yang sembarangan? Cuma aku yang tahu mana yang bikin aku nyaman dan bahagia, mana yang enggak. Please jangan sok tahu banget tentang kehidupan aku." "Kalau gitu yaudah hidup aja sendiri sama." itu adalah jawaban papa yang langsung membuat semua yang berada di meja makan terdiam. Tentu saja yang paling terkejut adalah Sandra yang merupakan subjek tujuan ucapan sang kepala keluarga. "Lah kok papa jadi tega begini sih?" "Kamu bilang tega? Kamu kelihatan paling ga peduli sama hidup kamu Sandra. Kurang peduli apalagi kita sama kamu?" "Tapi pa..." "Kita udah turutin semua kemauan kamu, sekolah dimana aja yang kamu mau kita ikutin. Ga mau join perusahaan yaudah silahkan, mau bikin bisnis ini gagal coba lagi itu gagal, mau coba lagi, dikasih lagi izinnya, modalnya, jalannya segala macam, selalu kita ikutin kemauan kamu walaupun kamu nggak mau denger dan nurutin saran kita. Kita cuma larang kamu perihal Dika, terus kamu udah bilang kita ngatur semuanya? Coba deh kamu pikir, siapa disini yang keterlaluan?" lanjut papa lagi panjang lebar yang berhasil membuat semua yang disana makin menutup rapat mulutnya karena kalai papa sudah bicara panjang lebar seperti ini artinya dia sudah jenuh. Sandra diam-diam menarik napas dalam, "oke, aku minta maaf tentang semuanya. Kalau masalah perihal kegagalan sebelumnya, aku udah berusaha kok, ya aku hanya sering sial aja. Tapi untuk perihal pasangan, aku bener-bener nggak bisa untuk terkesan nggak ngelawan, aku udah nyaman banget sama Dika, bahkan papa tahu kan kalau aku udah lama banget sama Dika yang artinya aku emang cocok sama dia." Sandra terus berusaha memperjuangkan prinsipnya. "Dan apa kamu tahu juga apa penyebab kamu selalu sial dan gagal selama ini? Itu juga karena laki-laki itu. Pasangan adalah salah satu kunci penting dalam berhasil atau enggaknya hidup seseorang. Apa kamu belum cukup dewasa untuk memahami itu?" Sandra mengepalkan tangannya dengan kuat dibawah meja sejak tadi karena masih belum bisa terima, "enggak, aku tetap nggak mau pisah sama Dika, apalagi harus sama Farel. Aku nggak mau!" "Nggak harus sama Farel, tapi kita harap kamu coba aja dulu sama Farel. Kamu harus coba buat buka mata kalau di dunia ini nggak cuma ada Dika," ini adalah ucapan mama yang coba untuk memberikan pemahaman pada putri bungsunya itu. "Dah lah capek, nggak bakalan ada juga yang mau dengerin aku." Sandra memutuskan untuk berdiri dan hendak pergi dari meja makan. "Sandra, nggak sopan pergi gitu aja, kita belum selesai," mama coba menahan. "Terserah kamu, mending kamu pikirin baik-baik. Kali ini papa mau tegas sama kamu, kalau kamu nggak mau coba deket sama Farel dan jauhi Dika, papa bakal tarik semua fasilitas yang selama ini kamu pakai termasuk tentang bantuan papa untuk usaha yang baru kamu bangun sekarang itu." papa akhirnya memberikan kesimpulan akhir yang mengejutkan. "Hah!? Lah kok gitu sih??" Sandra membelalak tak terima. "Buat apa papa selalu nolongin anak yang nggak mau dengerin orang tuanya dan juga ga peduli sama hidupnya sendiri? Dan ingat, ucapan papa ini bukan hanya gertakan semata, papa serius kali ini." "Sumpah papa jahat banget!" *** Sandra masuk ke dalam sambil membanting pintu kamarnya kesal, pembicaraan di meja makan malam ini benar-benar menghancurkan moodnya dan membuatnya marah dan kesal bukan main. "Farel brengseek! Kenapa sih dia datang lagi di hidupku!? Hidup aku udah tenang dan bahagia, kenapa sih hobi banget ganggu kehidupan orang lain?" omel Sandra kesal sambil kini berjalan mondar mandir tidak tenang. "Gimana kalau ucapan papa emang benar? Gimana kalau papa emang ambil semua yang sekarang aku nikmatin? Bisnisku kan baru aja jalan lagi, kalau papa beneran narik semua yang aku punya, semuanya jadi kacau lagi dong?" Sandra kini mulai terpikirkan ucapan papanya. Seumur-umur baru kali ini sang papa bicara dan mengancam demikian. Dengan cepat wanita berambut pendek sebahu itu menggeleng menenangkan diri, "nggak mungkin, nggak mungkin papa berani ngelakuin itu. Pasti papa cuma gertak doang." Sandra kini bergerak duduk di sudut ranjang sambil mengambil ponselnya dan menelpon nomor teratas, ia menempelkan ponsel miliknya di telinga kiri menunggu jawaban. "Halo sayang?" Sandra bersuara saat panggilan itu akhirnya diangkat setelah beberapa saat menunggu. "Ya sayang, kenapa?" terdengar jawaban dari seorang laki-laki dari seberang. "Lagi dimana?" "Lagi nongkrong nih di bar, kenapa memang?" "Ih? Kamu ke bar? Bareng siapa?" Sandra langsung mengerutkan dahinya. "Baru juga datang sama anak-anak yang lain, mau ngobrol doang. Memangnya kenapa?" "Baru nyampe banget? Aku lagi kesel nih." adu Sandra sambil menghela napas lelah. "Kenapa? Yaudah, kamu maunya ngapain?" "Mau keluar rumah intinya, ajakin aku kemana gitu." "Hm, okey, aku langsung jemput aja deh." "Nggak papa kan? Kamu soalnya baru nyampe bilangnya tadi." "Ga masalah lah, apa sih yang lebih penting dari kamu?" "Aku kesana ya? Kamu siap-siap, eh nggak siap-siap pun ga papa kok, udah cantik juga apa adanya." Sandra langsung tersenyum mendengar ucapan Dika, sang kekasih, "okey, kamu hati-hati." "Kira-kira dua puluh menit aku nyampai ya, aku langsung jalan soalnya." "Oke sayang, hati-hati di jalan." *** "Rel, jadi gimana menurut kamu?" tanya mama pada Farel saat malam ini mereka duduk berdua di depan televisi setelah makan malam bersama yang lain, tapi sekarang hanya mereka berdua yang ada di depan televisi yang menyala. Farel diam sejenak karena baru saja mamanya membahas perihal perjodohan dirinya dengan Sandra, gadis yang tadi baru ia temui di sebuah acara resepsi pernikahan. "Kamu nggak ingat Sandra?" tanya mama pada Farel karena sulungnya itu tak kunjung menjawab. Pria itu menggeleng, "aku rasanya tidak asing dengan namanya, tapi aku tidak begitu ingat." "Itu sudah lumayan lama sejak terakhir kali kalian SMA, dan mungkin kamu juga tidak begitu ingat karena kejadian beberapa waktu lalu. Tapi intinya mama dan mendiang papa kamu udah deket kok sama keluarganya Sandra. Sedikit banyaknya orang tua Sandra juga paham banget sama keadaan keluarga kita, dari dulu kita udah sering saling bantu. Sandra pun baik anaknya, walaupun papa mamanya bilang sedikit ceroboh, karena itu mereka mau sekali menjodohkannya dengan kamu." mama kembali menambahkan penjelasan agar Farel yakin. "Mama seyakin itu dengan Sandra?" tanya Farel sebelum ia mengambil keputusan. "Tidak apa kalau kamu tidak ingin karena mama ga mau maksa kamu. Tapi selama ini mama ngelihat kamu terlalu sibuk kerja dan tidak begitu memperhatikan tentang kehidupan pribadi." Farel menarik napas dalam, hingga akhirnya mengangguk, "baiklah kalau mama emang yakin dan setahuku Pak Indra orangnya juga sangat baik, aku akan coba jalani perjodohan ini. Lagian sekarang aku juga sedang tidak dekat dengan siapa-siapa." Mama langsung tersenyum mendengar jawaban si sulung, "syukurlah, mama yakin Sandra anaknya juga baik, kalau secara fisik mah nggak perlu diraguin, kamu tadi lihat sendiri kan kalau Sandra itu orangnya cantik?" "Tapi, apa Sandra juga sudah tahu perihal ini?" "Malam ini orang tuanya juga bakal kasih tahu Sandra, semoga aja dia juga mau ya Rel, jalanin perjodohan ini. Mama akan seneng banget kalau seandainya memang bisa besanan dengan Pak Indra dan Bu Sania." Farel tersenyum kecil melihat rona senang serta bersemangat dari wajah mamanya itu, "Sandra itu punya kakak laki-laki kan, Ma? Rasanya aku pernah dengar tentang anak laki-lakinya Pak Indra." "Iya, namanya Gilang. Sekarang dia ikut mengurus di perusahaan keluarga Pak Indra, bukan?" "Ya, aku pernah melihatnya di sebuah pertemuan bisnis. Lalu Sandra, apa dia juga sedang di perusahaan keluarganya." Mama menggeleng, "Bu Sania bilang kalau Sandra tidak mau bergabung dan ingin berbisnis sendiri ya walaupun masih sangat belum stabil." Farel yang menyimak hanya bisa mengangguk, "oh begitu ternyata." "Nanti mama kabarin Pak Indra sama Bu Sania kalau kamu mau terima ya, Rel." "Iya, Ma." ****************************************** YUK YUK GABUNG YANG SUKA MASALAH PERJODOHAN YANG PROBLEM NYA GA TERLALU KOMPLEKS!!

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

Terpaksa Menikahi Tuan Muda Lumpuh

read
34.7K
bc

Tentang Cinta Kita

read
155.4K
bc

B̶u̶k̶a̶n̶ Pacar Pura-Pura

read
129.0K
bc

HEART CHOICE

read
41.6K
bc

Istri Tidak Dianggap

read
19.3K
bc

My Secret Roommate

read
116.1K
bc

My husband (Ex) bad boy (BAHASA INDONESIA)

read
247.8K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook