1

1097 Words
"Alex! Abang pergi jemputin mama, ingat lo di rumah sendiri!" teriak Bang Nugie dari lantai bawah. "Ya, Bang!" balasku, balik teriak seperti anak perempuan Tarzan. "Ingat jangan buka pintu untuk sembarangan orang, musim penculik anak-anak berkeliaran!" "Aku bukan anak paud, Bang! pencuik sudah gak doyan!" Bang Nugie memang agak nyebelin, gak pernah mau mengakuin kalau adiknya sudah gede. Masalah sepele itu juga yang sering membuat mereka ribut di rumah. "Jangan lupa kasih makan si Bocil!" Bang Nugie teriak lagi. Bocil itu kucing peliharaannya Bang Nugie tapi lebih banyak adiknya yang disuruh ngurusin. Alex harus membuang kotoranya setiap pagi dan memberi makan tiga kali sehari. Itu pun Alex juga masih kena omel kalau kebanyakan posri makannya. Setelah hampir satu jam gulang-guling di atas kasur akhirnya Alex mau turun juga dari tempat tidurnya. Alex pergi cuci muka, gosok, gigi, tanpa mandi dulu karena harus langsung buru-buru turun, dia ingat harus memberi makan kucing kesayangannya Bang Nugie. Kucing pesek berpipi gembul itu langsung berputar-putar di kaki Alex yang baru turun dari anak tangga. "Sabar, aku saja belum sarapan!" Alex mulai mengomel sambil membuka kaleng makanan kucing yang kebetulan juga sedang susah dibuka. "Aduh, kebanyakan!" Tapi sudah terlajur tumpah, Bang Nugie memang gak bakalan lihat, jadi Alex abaikan karena paling nanti sore abangnya baru pulang. "Ingat harus cukup sampai makan siang!" Alex menjentikkan jari untuk mengingatkan kucing pesek yang sudah mulai belekan karena sudah satu minggu belum mandi. Setelah melihat kucing Bang Nugie makan, ternyata perut Alex juga jadi keroncongan ikuta lapar. Alex cepat-cepat pergi ke dapur untuk mencari makanan dan ternyata nihil. Tempat nasi kering dan isi kulkas kosong tingal seikat sayur bayam sementara Alex tidak bisa masak. "Nah, kan! kucing saja disiapin makanan enak, masak adiknya yang cantik malah ditelantarkan." Sudah satu minggu Alex tinggal berdua sama Bang Nugie karena mamanya sedang di rumah nenek mereka yang lagi sakit. Papa Alex sudah meninggal sejak Alex masih berumur lima tahun, selama ini mereka cuma tinggal bertiga. Dulu mama Alex jualan makanan dan sekarang Bang Nugie yang menjadi tulang punggung keluarga dengan mengubah warteg mereka menjadi bengkel motor. Bang Nugie pilih buka bengkel motor karena dulu juga cuma sekolah sampai lulus STM, hobinya mengotak atik mesin motor dan mengelap spion. Sudah lima tahun ini Bang Nugie mengelola benkel motornya sendiri, penghasilanya cukup untuk kebutuhan keluarga mereka meski paspasan. Karena penghasilanya pas-pasan konon katanya Bang Nugie juga takut untuk menikah meski sekarang umurnya sudah kepala tiga. Padahal Bang Nugie ganteng banyak yang mau tapi takut belum bisa memenuhi kebutuhan anak istri. Alex kembali naik ke kamarnya untuk mencari HP-nya sambil terus ngomel-ngomel karena tidak tahu harus makan apa. "Bang aku makan apa?" Alex menelpon abangnya. "Abang lupa nanti Abang pesanin makanan." "Siapa yang bayar?" Alex sudah mulai kritis kalau sudah urusan duit. "Pakai uangmu dulu." "Aku gak punya uang, Bang." "Pakai uang simpananmu dulu yang di celengan, Abang sudah di jalan, tadi benar-benar lupa." "Masak mau sarapan aja aku disuruh buka uang celengan!" "Paling cuma dua puluh ribu." Dua puluh ribu sedang sangat berarti buat Alex yang lagi mengumpulkan uang untuk membeli hadiah ulang tahun buat Jefry. Jefry adalah cowoknya Alex, mereka sudah resmi jadian sejak kelas tiga SMP. Satu bulan lagi Jefry ulang tahun yang ke delapan belas, tapi uang Alex hasil ngumpulin sisa uang saku masih kurang untuk membelikan jam tangan cowoknya. Alex sudah niat banget harus beliin jam tangan karena Jefry anaknya juga super telat kalau dikasih tugas buat antar jemput ke mana-mana. Masalahnya uang Alex masih tidak cukup jika untuk membeli jam tangan. Uang ratusan ribu rasanya juga berat untuk anak SMA yang cuma mengandalkan sisa uang saku paspasan. Karena untuk membayar sarapan yang dipesan Bang Nugie uang Alex jadi berkurang lagi masuk perut. Sepertinya Alex memang harus mendengarkan saran Mira untuk mencari pekerjaan. Kemarin Mira sudah menawarkan pekerjaan guru les menulis dan berhitung untuk anak lima tahun tetangga Mira yang mau masuk SD. Tapi Alex tidak mau karena tahu ibunya cerewet, suaminya saja sering diomelin sampai suaranya melengking di halaman. Bisa gagar otak kalau Alex kerja ngajari anaknya yang juga hiperaktif suka nginjak-injak pot bungan tetangga. Setelah makan dan mandi, Alex buru-buru mencarai info lowongan pekerjaan di grup media sosial. Alex coba mencari lowongan guru les untuk anak-anak atau mungkin kurir. Alex punya sepedah dia bisa kalau cuma menjadi kurir jarak dekat. Pokoknya pekerjaan apa saja yang bisa dikerjakan sambil sekolah karena Alex juga baru kelas dua SMU. Alex baru membuka barisa postingan dari anggota grup di market place tapi langsung nyengir begitu melihat rata-rata postingan menyertakan usia minimal dan maksimal. Sampai kemudian Alex melihat judul postingan 'DICARI PENGASUH KUCING'. Baru kali ini Alex mendengar ada orang mencari pengasuh kucing. Alex segera membaca postingan singkat tersebut sampai habis. [Dibutuhkan pengasuh kucing yang bisa datang ke rumah setiap pagi dan sore untuk memberi makan seekor kucing. Saya sangat sibuk dan sering tidak ada di rumah. Diutamankan yang juga memiliki peliharaan kucing, jadi tahu tentang kucing dan kebiasaannya. Usia bebas, asal jangan di bawah umur. Bagi yang berminat silahkan hubungi nomor berikut] Sebuah kontak telepon ikut disertakan di baris terakhir postingan tersebut. Alex pikir mengurus kucing bukan pekerjaan sulit dan orang akan percaya jika dia mengaku berumur sembilan belas tahun. Alex melihat postingannya masih sepi, tidak ada komentar. Mungkin tidak ada yang berminat jadi pengurus kucing karena mungkin orang juga langsung berpikir jika pengasuh kucing paling gajinya tidak seberapa, tidak akan ada orang dewasa yang mau menerima pekerjaan seperti itu. Tapi uang yang Alex butuhkan sebenarnya juga tidak seberapa, gaji dari mengurus kucing juga sudah cukup untuk mebeli jam tangan. Buru-buru Alex menyimpan nomor telepon tersebut dan langsung mengetik pesan. [Saya tertarik dengan pekerjaan pengasuh kucing yang Anda tawarkan di grup market place] Ternyata pesan Alex juga langsung dibalas. [Apa Anda juga memelihara kucing di rumah?] [Ya] [Bisa kirim foto kucingmu sebagai bukti?] Alex langsung mengirim foto Bang Nugie dan kucingnya karena kebetulan foto tersebut yang sudah ada di galeri. [Apa kau bisa datang jam tujuh pagi dan empat sore untuk memberi makan kucing?] [Di mana alamatnya?] Sebuah alamat rumah di kawasan elite lengkap dengan nomornya di kirim ke kotak pesan Alex. [Tidak jauh dari rumahku, aku bisa] Alex langsung bersemangat sampai lupa menanyakan berapa gajinya. Kebetulan dia masuk sekolah agak siang dan pulang jam tiga sore masih sempat, Alex juga bisa ke sana dengan bersepedah karena tidak jauh. [Gajinya tiga juta sebulan, akan kuberi bonus jika kerjamu bagus] 'Wah!' Alex terkejut ada pengasuh kucing digaji tiga juta sebulan cuma untuk memberi makan dua kali sehari. [Ya, kapan aku bisa mulai bekerja?] [Besok] [Siap!] Alex menyertai pesanya dengan emoji hormat bendera. [Siapa namamu?] [Alex] [Haris] [Terima kasih Pak. Haris]

Great novels start here

Download by scanning the QR code to get countless free stories and daily updated books

Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD