Tak tak tak tak
Suara langkah kaki Harmoni berjalan begitu cepat ke arah ruangan rapat kantornya karena ulah Dewa, membuat dirinya terlambat datang dan ini baru kali pertama Harmoni terlambat.
"Ini semua gara-gara pria gila itu! sudah tau aku ada rapat, tapi masih saja ...."
Harmoni tak lagi melanjutkan ocehannya karena penyatuan bibirnya dan Dewa terngiang dalam ingatannya kala gadis itu kembali mengingat kejadian tadi.
Kini tubuh Harmoni sudah berada di depan pintu ruangan rapat.
Gadis itu tak segera masuk, Harmoni masih sibuk merapikan rambut dan bajunya yang mungkin berantakan karena ulah Dewa.
Belum juga ia selesai membenarkan kerah bajunya, angin entah dari mana datangnya menerpa bagian kulit wajahnya.
Harmoni langsung menoleh ke arah samping kanannya dan ternyata sudah berdiri seorang pria tampan bermata biru dengan setelan kemeja berwarna abu.
"Untuk apa kau kemari? bukankah aku sudah mengatakan, jangan ikut ke dalam, aku bisa menyelesaikan semua tanpa bantuanmu," tolak Harmoni yang ingik didampingi oleh Dewa.
"Ini sudah pesan Mona dan bukankan kita sudah dalam status pacaran," ingatkan Dewa pada Harmoni mengenai status baru mereka saat ini.
"Semu, ingat itu, hanya status semu karena kau sudah tiga kali mengambil ciuman dariku dan ini hanya sebagai bukti pertanggung jawabanmu terhadap kecerobohanmu yang kekanakan itu," cerocos Harmoni langsung masuk ke dalam ruangan rapat karena ia tak ingin terlalu lama berada di luar, apalagi bersama Dewa.
Bukankah pergi, Dewa dengan langkah tegapnya mengekori Harmoni yang sudah melenggang menuju ruang rapat perusahaan HCK Corp. tersebut.
Harmoni yang sudah masuk ke dalam merasa tak enak hati pada Jason yang ternyata sudah menunggu dirinya lebih dulu, seharusnya dirinya yang menunggu Jason bukan malah sebaliknya.
"Maaf, Tuan Jason! saya datang terlambat karena ada urusan penting yang harus saya selesaikan terlebih dahulu," bual Harmoni membuat Dewa yang masih melangkah menuju kursi tepat di sebelah Harmoni duduk, dibuat tersenyum oleh ucapan Harmoni yang terdengar menggelitik di telinganya.
"Tak apa-apa, Nona Momo!"
Arah tatapan mata Jason dan asistennya tertuju pada Dewa yang baru pertama ia lihat.
"Ini siapa?" tanya Jason pada Harmoni yang merasa penasaran dengan keberadaan Dewa.
"Ini ...."
"Saya pengganti sementara Nona Mona karena beliau masih dalam keadaan kurang sehat jadi, saya hari ini yang bertugas menggantikannya untuk sementara waktu," jelas Dewa pada kedua tamu penting Harmoni.
"Oh, jadi, Anda ini sekretaris dadakan Nona Harmoni?" tebak Jason yang ditanggapi anggukan kecil oleh Dewa.
Sementara Harmoni hanya bisa tersenyum kecil menatap ke arah Jason dan raut wajah gadis itu merasa tak enak hati pada Dewa yang notabennya seorang pemilik beberapa universitas ternama di kota-kota besar.
"Apa kita bisa mulai sekarang, Nona Momo?" tanya Jason membuat Dewa merasa ada yang cukup mengganjal telinganya kala Jason memanggil Harmoni dengan sebutan Momo.
Harmoni dan Jason sudah membuat buku desain resort yang akan mereka bangun bersama di sebuah tempat pariwisata namun, belum juga kedua membahas mengenai resort tersebut, suara Dewa lebih dulu terdengar.
"Tunggu sebentar! Momo? siapa dia?" tanya Dewa pura-pura tak tahu, padahal sebenarnya hati pria itu sudah terbakar saat ini.
Jason hanya tersenyum renyah ke arah Dewa.
"Itu nama panggilan khusus saya untuk Nona Harmoni dan lagipula, kita hanya berempat saja dan semuanya orang dalam, bukankah tak apa memanggil nama khusus seperti itu?" tanya Jason pada semuanya.
Harmoni hanya diam tak merespon, sementara asisten pribadi Jason pasti memberikan lampu hijau pada Bosnya.
Untuk Dewa, pria itu tersenyum simpul ke arah Jason.
"Apa Anda menyukai Nona Harmoni? sampai ada panggilan khusus seperti itu," celetuk Dewa membuat Jason hanya tersenyum gurih tanpa ada rasa canggung sedikitpun di hadapan Dewa.
"Anda orang berpendidikan, jika Anda tak memiliki intelektual baik, Anda tak mungkin diterima di sini dan semua yang Anda pikirkan itu benar, Momo pasti juga tahu akan hal itu, iya, 'kan, Momo?" tanya Jason pada Harmoni.
Gadis yang menjadi topik pembicaraan hangat di meja rapat pagi ini tersenyum kikuk di hadapan Jason dan Dewa yang sejak mereka berdua tengah memperebutkannya.
"Apa tak lebih baik kita langsung melakukan rapat saja karena sebentar lagi, saya masih ada urusan penting lainnya," jelas Harmoni memotong perdebatan keduanya yang sama sekali tak masuk dalam jalur rapat pagi ini.
Dewa hanya tersenyum kecil mendengar penuturan Harmoni.
"Kau benar! urusan penting itu adalah memberikan hukuman padamu yang sudah berani bergurau dengan Jason!" ujar Dewa dalam hati.
"Baiklah, mari kita mulai sekarang," sambut Jason yang langsung membuka buku desain dari beberapa perusahaan yang merekomendasikan rancangan mereka.
Dewa masih diam memperhatikan tiap gerak-gerik yang dilakukan oleh Jason dan semua pantauan Dewa sudah sangat mematikan, jika pria itu memang benar-benar suka pada Harmoni.
"Percuma saja kau suka padanya, dia sudah menjadi milikku, meskipun hanya dalam kata semu saja namun, bagian dari diriku sudah ada padanya dan aku yakin, akan tetap seperti itu," pikir Dewa dalam diamnya sembari memainkannya bolpoin yang mulai berputar di mainkan oleh jari-jari Dewa yang nampak sudah sangat lihai memutar alat tulis tersebut.
Harmoni masih fokus dengan gambar yang dibawa oleh Jason.
Tanpa di duga, Jason berpindah tempat, tepat di sebelah Harmoni dan pria itu langsung berhadapan dengan Dewa yang berada di seberangnya.
"Bagaimanapun, jika desain ini saja, bukankah sangat cocok, jika dibangun di pinggir pantai dan pasti akan banyak diminati oleh para pengunjung wisata tempat itu," usul Jason semakin mendekatkan dirinya pada Harmoni.
Dewa hanya diam memperhatikan setiap gerakan yang dilakukan oleh Jason.
Dewa enggan untuk menggunakan kekuatannya untuk memberikan pelajaran pada Jason karena menurutnya hal itu tak penting, lebih baik memperhatikan saja, sampai laki-laki itu lelah dengan sendirinya melakukan hal tersebut untuk menarik perhatian Harmoni.
"Ini sepertinya memang cocok dan jangan lupa, semua perlengkapan harus tersedia, tak ada yang boleh terlewatkan," tambah Harmoni dalam diskusi pagi ini dengan Jason.
Dewa masih terus memperhatikan apa yang dilakukan oleh keduanya selama proses pembahasan resort yang akan di bangun dalam kurun waktu dekat ini.
"Bagaimana, jika kita hari ini melakukan survei ke tempat secara langsung, agar kau bisa lebih mudah membayangkan apa saja tambahan dalam proses pembangunannya," usul Jason dan Harmoni langsung mengangukkan kepalanya.
"Sekalian saja kita liburan," celetuk Harmoni yang sependapat dengan Jason.
Beda lagi dengan Dewa dan asisten pribadi Jason yang hanya sebagai pendengar dan pengikut saja, kemanain bos mereka mengajaknya, mereka akan ikut, kecuali Dewa yang saat ini tengah menyamar sebagai sekretaris dadakan Harmoni.
Jason melihat ke arah jam tangannya dan waktu menunjukkan pukul 8 pagi dan ini masih sangat pagi untuk berpisah dengan dambaan hatinya yaitu, Harmoni.
"Apa kita berangkat sekarang saja? bukankah rapat kita hari ini hanya untuk membahas pembangunan resort ini?" tunjuk Jason pada gambar yang menjadi referensi untuk pembangunan resort mereka berdua.
"Tentu saja boleh, bukankah batas berakhirnya rapat ini sampai jam 10 pagi," jelas Harmoni pada Jason.
Jason yang mendapatkan lampu hijau dari Harmoni, tak menyia-nyiakan kesempatan tersebut.
Pria tampan yang menjadi saingan Dewa itu langsung berdiri dari kursi rapat.
"Mari kita berangkat dan jangan lupa, bawa kamera untuk mengambil gambarmu," ingatkan Jason pada Harmoni.
"Baiklah!"
Gadis itu benar-benar melakukan apa yang diperintahkan oleh Jason, sementara pria itu sudah kembali ke tempatnya lebih dulu bersama asistennya.
Ceklek
Suara pintu ruangan rapat itu tertutup dan hal itu menandakan, jika Jason sudah enyah dari ruangan rapat dan kali ini, hanya tinggal Harmoni dan Dewa.
"Kau sepertinya senang sekali?" tanya Dewa yang entah mengapa merasa tak senang dengan kedekatan Harmoni dan Jason.
"Tentu saja, aku sebentar lagi akan pergi ke pantai untuk melihat ombak yang bermain di pantai setiap harinya tanpa henti, bahkan setiap detik, mereka selalu menyapa pasir di tepi pantai.
Dewa hanya menggelengkan kepalanya.
Pria itu merasa Harmoni begitu konyol sampai bisa merasa sesenang itu hanya karena ia sebentar lagi akan pergi ke pantai.
Setelah Harmoni membawa tas jinjingnya, akhirnya gadis itu langsung berdiri dari kursi kebesarannya berjalan ke arah pintu untuk menyusul Jason yang pastinya sudah berada di tempat parkir bersama asisten pribadinya.
Sementara Dewa masih diam memperhatikan Harmoni yang sudah hilang dibalik pintu masuk ruangan rapat tersebut.
"Seperti anak kecil saja," gumam Dewa segera berdiri dari kursinya dan menyusul Harmoni.
Gadis itu sudah berada di halaman parkir kantornya, Harmoni hendak masuk ke dalam mobilnya namun, suara Dewa lagi-lagi mendominasi.
"Naik mobilku saja!" pinta Dewa pada Harmoni.
"Tidak perlu, anak buahku sudah mengantarkan mobilku, agar aku bisa mengemudi sendiri, aku tak ingin merepotkanmu," tolak Harmoni atas ajakan Dewa.
Senyum pria itu kembali terukir manis diiringi langkah kaki yang begitu jantan menuju ke arah Harmoni yang masih menatap ke arahnya dengan tatapan bingung.
"Untuk apa kau masih kemari? lebih baik kau jalan lebih dulu saja," pinta Harmoni pada Dewa.
Saat jarak Harmoni dah Dewa sudah sangat dekat, pria itu menghentikan langkah kakinya tetap di hadapan Harmoni.
"Jangan menolak, bukankah kita sudah ...."
Harmoni memutar bola matanya malas. Ia hampir lupa, jika dirinya dan Dewa sudah memiliki sebuah ikatan meskipun hanya sebatas semu saja, lebih baik seperti itu, karena hal tersebut sebagai bentuk tanggung jawab Dewa terhadap dirinya karena sudah berani mengambil ciuman orang tanpa izin dari pemiliknya.
"Baiklah Tuan Dewa yang terhormat, saya akan ikut dengan Anda! apakah Anda puas?" tanya Harmoni tersenyum sinis pada Dewa.
"Tentu saja puas, apalagi, jika kau tak berlagak dekat dengan pria itu," celetuk Dewa membuat Harmoni menatapnya penuh tanya.
"Siapa yang kau maksud? Jason?" tanya Harmoni pada Dewa.
"Tentu saja! siapa lagi, jika bukan dia," sahut Dewa membuat Harmoni menutup mulutnya rapat-rapat karena ia ingin sekali tertawa namun, ia tahan.
"Apa aku cemburu padanya?" tanya Harmoni balik menggoda Dewa.
"Jika ia, kenapa?" tanya Dewa membuat raut wajah Harmoni langsung datar yang awalnya ceria karena ia ingin bergurau dengan Dewa namun, saat pria itu menjawab "Ya" semuanya langsung berubah drastis.
"Sungguh?" tanya Harmoni memastikan.
Tanpa basa-basi, Dewa langsung menatap tangan gadis itu menuju ke arah mobilnya dan membuka pintu mobil miliknya.
Dengan sendirinya, Harmoni masuk ke dalam masih dengan keadaan hati yang penasaran, bimbang namun, rasa ingin tahu gadis itu sangat tinggi.
Dewa juga ikut masuk ke dalam mobilnya dan dengan cepat, pria tersebut langsung menghidupkan mesin mobilnya.
"Kita langsung ke pantai, 'kan?" tanya Dewa pada Harmoni.
"I-iya!"
Dewa hanya tersenyum kecil karena ia tahu, jika Harmoni saat ini pasti tengah memikirkan ucapannya tadi.
"Kau adalah kekasihku, jika sudah berduaan seperti ini, maka jangan buat aku merasa cemburu pada pria lain, termasuk Jason itu," jelas Dewa pada Harmoni.
"Bukankah hubungan kita hanya sebatas kekasih semu saja? kenapa kau sampai ...."
Dewa langsung menepikan mobilnya dan menatap ke arah Harmoni.
"Apa kau ingin ciuman yang aku lakukan hanya sebatas semu semata? tanpa memikirkan perasaanmu?" tanya Dewa balik bertanya pada Harmoni.
"Bukan begitu, maksudku, hubungan kita ini masih belum jelas, dan lagipula, kau juga masih belum tahu sudah memiliki kandidat seorang permaisuri atau tidak di sana jadi, aku juga bebas melakukan apa saja dengan dalam artian hal yang positif dengan teman priaku," jelas Harmoni yang tak mau terlalu terikat dengan perjanjiannya dan Dewa.
"Jadi kau berpikir, aku yang berniat bertanggung jawab padamu hanya sebuah bualan semata? aku tulus memberikan gelas padamu sebagai kekasihku karena aku sudah mengambil tiga ciuman darimu dan aku ingin bertanggung jawab, agar tak ada pria lain lagi yang melakukan hal itu, kecuali kau sudah menemukan jodohmu, aku akan mengalah," jelas Dewa pada Harmoni.
"Tapi ...."
Tak ada tapi-tapian dalam kampusku, kau masih dalam status kekasih dari Dewa Abraham dan kau masih dalam pengawasanku jadi, jangan banyak membangkang karena semua iblis yang saat ini berada di sekelilingmu masih belum mau menyentuhmu karena aura yang ada dalam diriku juga terpancar padamu jadi, kau harus berada lebih dekat denganku, sampai para iblis itu enyah dengan sendirinya, tapi sepertinya itu sulit karena misi utama mereka adalah membunuhmu dan memberikan tubuhmu pada raja mereka, agar kristal yang ada pada dirimu bisa diambil dan kekuatan mereka semakin dahsyat, tentunya planet kami akan ada pada titik kegelapan abadi karena kristal itu sudah jatuh ke tangan orang yang salah," jelas Dewa pada Harmoni.
Harmoni lupa dengan keberadaan para iblis itu, sampai ia tak memperdulikan Dewa yang sebenarnya ingin melindunginya, menjadikan dirinya sebagai kekasih semu saja.
"Maafkan aku," sesal Harmoni pada Dewa dengan suara merasa bersalah pada pria yang kini berada di samping, lebih tepatnya berada di kursi kemudi untuk mengemudikan kendaraan roda empatnya.
Dewa tersenyum sembari mengurungmu lembut puncak kepala Harmoni yang masih menunduk karena merasa menyesal telah menuduh Dewa seenaknya, padahal pria itu ingin melindunginya.
"Jangan pernah ragukan aku karena aku tak akan pernah menjerumuskan dirimu, aku akan melindungimu," jelas Dewa mendekatkan wajahnya pada wajah Harmoni dan ....
Cup
Kecupan pada pelipis Harmoni sudah mendarat dengan benar di landasan yang sangat tepat.
"Jangan memikirkan hal yang tidak-tidak, kau harus fokus dengan pekerjaanmu karena aku selalu berada di sampingmu," jelas Dewa mulai melajukan mobilnya.
Harmoni menatap ke arah Dewa dengan tatapan kagum.
"Apa sebenarnya yang ada pada diri pria ini? kenapa semua perkataan yang dia ucapkan, pasti bisa menenangkan hati dan pikiranku?" tanya Harmoni pada dirinya sendiri dengan arah tatapan masih tertuju pada Dewa yang sibuk mengemudi kendaraan roda empatnya.
Mungkin rasa nyaman itu yang membuat Harmoni tak ingin Dewa meninggalkan dirinya baik detik ini ataupun seterusnya.