Bab 62

1063 Words
Mobil milik Dewa sudah berada di tempat parkir kawasan wisata yang mana tempat tersebut akan menjadi tempat Harmoni dan Jason untuk bekerjasama membangun sebuah resort mewah untuk para pengunjung yang datang. Dewa dan Harmoni turun dari mobil berwarna hitam pekat tersebut dengan arah tatapan mata tertuju pada panorama alam yang disajikan oleh sang pencipta sedemikian rupa cantiknya, hingga Harmoni tanpa sadar tersenyum melihat keindahan alam yang Tuhan ciptakan untuk dinikmati oleh para umatnya. Dewa menoleh ke arah mobil yang terparkir tepat di sebelah mobilnya, yang tak lain adalah mobil Jason. Pria yang saat ini tengah mengejar Harmoni itu berjalan ke arah CEO cantik tersebut, setelah ia keluar dari dalam mobilnya. "Bagaimana menurutmu? apa tempat ini sangat bagus?" tanya Jason pada Harmoni. "Bukan hanya bagus, tapi memiliki peluang yang sangat besar, tinggal poles sedikit saja pada bagian lainnya, semuanya pasti akan berubah dan tentunya akan menarik minat para wisatawan yang datang, bahkan bukan hanya sekedar berlibur, melainkan melakukan sesi foto prewedding atau bahkan, mereka akan melakukan bulan madu di pulau ini karena suasana di sini pada pagi hari saja sangat manis, apalagi saat malam, saat lampu pijar di sekitar kawasan ini hidup sebagai cahaya penerang," jelas Harmoni sembari terus memperhatikan setiap sudut pantai tersebut. "Kau benar, berarti pilihanku untuk membangun resort di sini tak salah, 'kan?" tanya Jason dan Harmoni tersenyum mengangukkan kepalanya mengiyakan. Dewa yang sedari tadi hanya menjadi pendengar, saat ini tak ingin banyak bicara karena menurutnya, cukup Harmoni tahu saja batasan antara Jason dan dirinya. "Ayo kita berkeliling!" ajak Jason pada Harmoni dengan telapak tangan Jason yang tak sengaja meraih pergelangan tangan gadis cantik tersebut. Dewa melihat semua itu dan ia tak bereaksi apapun karena Dewa sudah menyerahkan semua keputusan pada Harmoni, antara gadis itu mau menerimanya atau tidak. Arah tatapan mata Harmoni bertujuan pada pergelangan tangannya yang di genggam oleh Jason. "Apa yang dia lakukan? ini, 'kan tempat umum, tak baik, jika dilihat oleh banyak orang, apalagi oleh Dewa. Saat otak Harmoni mengingat nama itu, gadis tersebut langsung menoleh ke arah Dewa dan pria bermata safir tersebut hanya membalasnya dengan sebuah senyuman kecil yang ia anggap sebagai teguran untuk harmoni karena Dewa sadar, jika gadis itu saat ini sudah mulai sadar akan kesalahannya sendiri. Harmoni langsung menarik tangannya yang di genggam oleh Jason. "Maaf! tak enak dilihat orang lain, apalagi kita bukan orang biasa, bagaimana, jika ada orang yang mengenali kita dan mereka berpikir macam-macam tentang kita berdua," tolak Harmoni secara halus dan respon Dewa sungguh diluar dugaannya. Pria itu tanpa rasa sungkan mengerlingkan matanya secara diam-diam ke arah Harmoni saat Jason dan asistennya tak memperhatikan ke arah Dewa dan hal tersebut merupakan peluang besar bagi Dewa untuk menggoda Harmoni. Mata Harmoni melotot bukan main, kala pria itu bertingkah cukup genit akhir-akhir ini. "Apa yang dilakukan oleh pria itu? apa dia benar-benar sudah salah makan? kenapa di tempat umum begini masih saja bersikap genit," gerutu Harmoni dalam hatinya. Harmoni langsung melirik ke arah Jason dan asistennya dan beruntungnya mereka tengah tak menatap ke arah Dewa, keduanya masih sibuk melihat ke arah Harmoni. "Seharusnya aku yang minta maaf karena sudah bersikap lancang padamu," sesal Jason yang merasa dirinya sudah melewati batas karena bukan dengan cara ini ia ingin mendapatkan hati Harmoni, melainkan dengan cara yang pelan tapi pasti jadi, dirinya kali ini dan seterusnya harus bisa menahan diri untuk melakukan kontak fisik dengan Harmoni. "Apa kita bisa berkeliling sekarang? aku tak akan melakukannya kontak fisik denganmu, jika kau tak menginginkannya atau merasa risih," jelas Jason pada Harmoni. "Ayo," sambut Harmoni namun, sebelum keduanya benar-benar pergi, Harmoni melihat ke arah Dewa. "Ikut denganku," ajak Harmoni yang tak ingin Dewa salah paham padanya, jika hanya dirinya dan Jason yang pergi berduaan saja, tanpa ada siapapun yang menemani mereka berdua. "Untuk apa?" celetuk Jason pada Harmoni dengan nada suara tak suka, seakan keberadaan Dewa menjadi sebuah hama bagi pria itu untuk melakukan proses pendekatan dengan Harmoni. "Dia asistenku saat ini dan dia wajib adavdi sampingku sampai selesai," jelas Harmoni pada Jason. "Kau juga ikut," ajak Harmoni pada asisten Jason yang sedari tadi hanya menjadi pendengar sejati selama proses perdebatan antara Jason dan Harmoni berlangsung. "Lebih baik tidak ...." "Jika kau tak mau, kerjasama kita ... batal," ancam Harmoni membuat perempuan yang cukup cantik itu langsung mengangukkan kepalanya mengiyakan ajakan Harmoni padanya. "Ayo jalan," pandu Harmoni yang berjalan lebih dulu di depan, sementara wajah Jason sudah tak karuan murungnya karena hari ini ia tak berhasil jalan berduaan dengan Harmoni karena kedua asisten masing-masing yang ikut ke tempat paling diminati oleh para pengunjung pantai ini. Karena merasa tak nyaman dengan alas kaki yang digunakan olehnya, Harmoni langsung melepaskan hak tinggi yang ia gunakan, kemudian gadis itu membawa sandal tersebut sampai kedua mata Harmoni diracuni oleh keindahan ombak yang mulai memperlihatkan kecantikannya. "Pasti sangat enak sekali, jika kaki ini terkena ombak," gumam Harmoni dan Dewa yang peka akan hal itu, segera berjongkok di hadapan Harmoni sembari berkata, " Naik ke punggungku dan kau akan merasakan apa yang saat ini sedang kau inginkan," pinta Dewa pada gadis cantik tersebut. "Tapi aku berat," tolak Harmoni yang masih merasa sungkan pada Dewa. "Jangan terlalu memikirkan berat badanmu, ingat! tubuhmu itu kerempeng jadi, tak akan berat, jika aku harus mengangkat tubuhmu dua kali lipat dari berat badanmu yang sekarang ini," goda Dewa membuat Harmoni langsung memukul punggung Dewa dan tanpa basa-basi, gadis itu langsung naik ke punggung Dewa dengan gerakan cukup kasar karena ia ingin memberikan pelajaran pada Dewa atas ucapan pria bermata biru itu. "Aduh, pelan-pelan! apa kau pikir aku ini kuda?" kesal Dewa yang langsung berdiri untuk melakukan tugasnya, yaitu membawa Harmoni ke arah tepi pantai untuk melihat dan merasakan ombak yang datang menyapa pantai. "Kau memang kuda, kuda liar yang harus aku jinakkan, agar tak banyak bertingkah," celetuk Harmoni. Tanpa menunggu perintah dari Harmoni, Dewa sudah melangkahkan kakinya ke arah tepi pantai bersama dengan Harmoni yang masih membawa alas kakinya menuju ke arah pantai. Jason merasa dirinya dikucilkan oleh Harmoni dan Dewa, sampai pria itu bertanya-tanya pada dirinya sendiri, apa istimewanya seorang asisten pengganti? "Cari tahu siapa dia," pinta Jason pada asistennya. "Baik, Tuan!" Asisten pribadi Jason tak tahu, jika orang yang akan ia selidiki adalah pemilik dari beberapa universitas ternama di berbagai kota besar dan dia adalah, Dewa Abraham. Pria yang terkenal dingin, wajah datar, dan tanpa ampun, jika sudah berhubungan dengan keadilan karena semua manusia ada jaminan keadilan dalam hidupnya, jika mereka memang tak memiliki kesalahan.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD