Bab 39

2033 Words
Tepat saat jam pulang kerja, Mona berkunjung ke sebuah toko bunga karena hari ini adalah hari yang sangat spesial baginya, hari ulang tahun sang ibu yang merupakan satu-satunya anggota keluarga yang ia miliki karena sang ayah sudah meninggal saat ia baru saja lulus kuliah dan beruntungnya ia bertemu dengan Harmoni setelah ia lulus dari perguruan tinggi di kotanya. Kling kling kling Suara lonceng pintu toko bunga tersebut berbunyi, Mona yang masih fokus melihat-lihat bunga mana yang cocok untuk ia berikan kepada sang ibu, akhirnya gadis dengan rambut pendek sebahu itu menoleh ke arah pintu masuk toko dan seorang pria berkacamata tengah melenggang ke arah jejeran bunga-bunga yang begitu cantik dan berwarna-warni. "Itu, 'kan asisten pribadi, Tuan Dewa?" tanya Mona dalam hati sembari tangannya menyentuh bagian kelopak bunga yang berada tepat di hadapannya namun, arah tatapan gadis itu masih tertuju pada Hicob. Hicob langsung mencari bunga mana saja yang akan ia beli untuk seseorang yang spesial pastinya karena orang itu sangat berarti baginya. "Sepertinya warna ini sangat cocok untuknya," gumam Hicob yang dapat di dengar oleh telinga Mona. Mawar putih yang menjadi pilihan Hicob karena orang yang akan menerima bunga itu, orang yang sangat suci baginya jadi, warna bunga mawar putih itu sangat cocok untuk orang tersebut. Sebelum Hicob benar-benar menjatuhkan pilihannya pada bunga berwarna putih tersebut, ia masih ingin melihat lebih banyak lagi jenis bunga lainnya yang mungkin masih ada yang lebih cocok lagi. Saat arah tatapan mata Hicob berkeliling di sekitar sudut toko itu, ia tak sengaja menangkap bayangan seorang gadis yang pastinya sangat ia kenal. "Mona!" Karena arah tatapan mata Hicob yang mengarah pada dirinya, akhirnya gadis itu mengalihkan tatapan matanya ke arah bunga-bunga yang berada di depannya dengan berpura-pura memilih. "Hei!" Hicob sengaja menepuk punggung Mona hanya untuk sekedar menyapa gadis berambut pendek tersebut. Mona menoleh ke arah Hicob. "Ah, ternyata dirimu," sapa balik Mona. Hicob hanya tersenyum sembari membenarkan kacamatanya. "Sedang apa kau di sini?" tanya Hicob yang sudah pasti akan jawaban yang akan diberikan oleh Mona, yaitu sedang membeli bunga pastinya, tapi pria itu ingin menanyakan hal tersebut. "Membeli bunga, kau sendiri membeli bunga untuk siapa?" tanya Mona yang sangat penasaran. Mona tak habis pikir, ia awalnya menyangka, jika Hicob pria single, ternyata pria itu sudah memiliki kekasih, buktinya Hicob membeli bunga mawar berwarna putih yang menandakan sebuah kesucian. "Untuk seseorang," sahut Hicob begitu terdengar ambigu di telinga Mona. Mona hanya tersenyum kecil sembari berasumsi, jika seseorang yang dimaksud oleh Hicob adalah kekasihnya dan hal itu sangat memperkuat perkiraan Mona. "Kau sendiri membeli bunga untuk siapa?" tanya Hicob pada Mona. "Untuk ibuku," sahut Mona sejujurnya. "Apa kau sudah menemukannya?" tanya Hicob kembali dan Mona hanya menggelengkan kepalanya pertanda, jika gadis itu masih belum menemukan bunga yang pas untuk ia berikan pada sang ibu dan Mona juga nampak cukup kebingungan. "Mau aku bantu?" tanya Hicob menawarkan dirinya. Mona melihat ke arah pria berkacamata tersebut dengan tatapan penuh tanda tanya. "Apa tak merepotkanmu?" tanya Mona yang merasa tak enak hati pada Hicob karena pria itu juga pasti sedang buru-buru untuk memberikan bunga putih tersebut pada kekasihnya. "Aku merasa senang bisa membantumu, setidaknya ini awal dari pertemanan kita," jelas Hicob pada Mona dan gadis itu hanya menatap Hicob dengan tatapan sedikit canggung. "Kemarilah!" pinta Hicob mengajak Mona agar ikut dengannya. Mona melakukan apa yang diperintahkan oleh Hicob dan kini gadis itu sudah berada tepat di belakang Hicob. Asisten pribadi Dewa itu, menuju ke arah bunga mawar berwarna hijau. Hicob mengambil setangkai bunga mawar hijau tersebut dan memberikannya kepada Mona. "Berikan ini pada ibumu karena bunga ini melambangkan sebuah kehidupan baru yang lebih baik," jelas Hicob pada Mona. Mona menatap ke arah Hicob dan pria itu mengangukkan kepala mengisyaratkan, agar gadis itu menerima bunga mawar hijau tersebut. Wajah Mona masih diselimuti oleh raut rasa tak yakin namun, melihat senyum yang ditampilkan oleh Hicob, membuat gadis itu menaikkan sedikit demi sedikit tangannya untuk menggapai tangkai bunga mawar berwarna hijau tersebut. Wangi yang keluar dari bunga mawar hijau itu seketika langsung menyeruak masuk ke dalam indera penciuman Mona saat setangkai bunga yang tadi direkomendasikan oleh Hicob berada dekat dengannya. "Wangi," gumam Mona dalam hatinya sembari menutup kedua matanya, menikmati sensasi menenangkan dari bunga tersebut. "Wangi, bukan?" tanya Hicob membuat lamunan Mona langsung berantakan. Gadis itu menatap ke arah Hicob. "Aku pilih ini saja," tutur Mona pada Hicob dan pria itu mengerlingkan sebelah mata kanannya pada Mona sembari mengangkat jempolnya. Deg deg deg Rasanya jantung Mona ingin lepas dari tempatnya karena baru pertama kali ia mendapatkan perlakuan semanis ini dari seorang pria. Wajah Mona langsung memerah karena ulah Hicob dan pria itu hanya tersenyum polos melihat rona merah pada kedua pipi Mona. Gadis itu langsung bergegas ke arah pelayan toko bunga tersebut karena ia tak ingin wajahnya semakin merah seperti udang rebus. "Dia sudah memiliki kekasih, jangan memikirkan hal-hal yang tidak-tidak, Mona!" rapal Mona dalam hatinya. "Butuh berapa tangkai, Kak?" tanya pelayan perempuan dengan baju berwarna merah tersebut. "55 tangkai saja," sahut Mona pada pelayan itu. "Baik!" Pelayan perempuan itu segera pergi dari hadapan Mona dan asisten pribadi Harmoni tersebut, berjalan ke arah kursi tunggu yang terbuat dari kayu jati dan di sekitar kursi tersebut terdapat banyak macam bunga dan jenisnya. Mona melihat ke arah bunga-bunga kecil yang sangat menggemaskan itu namun, saat ia sangat fokus dengan keindahannya, tiba-tiba seseorang duduk tanpa permisi di sampingnya. Kebetulan kursi yang di tempati Mona cukup panjang dan muat 3 orang sekaligus. Arah tatapan gadis itu tertuju pada orang tersebut yang tak lain adalah Hicob. "Sudah meminta pelayan untuk merangkainya?" tanya Hicob dan Mona hanya mengangguk. Mona melihat setangkai bunga mawar putih di tangan Hicob dan pria itu tahu, jika gadis yang berada di hadapannya saat ini tengah bertanya-tanya mengenai bunga yang hanya setangkai di tangannya. "Bunga ini untuk seseorang dan aku hanya butuh satu saja untuk aku berikan padanya," jelas Hicob pada Mona, agar rasa penasaran gadis sirna. "Pasti dia sangat berarti bagimu," tebak Mona dan Hicob tersenyum sembari mengangukkan kepalanya. "Satu saja sudah sangat cukup mengungkapkan, jika rasa sayangku padanya sangat tulus melebihi banyak tangkai yang ku berikan," jelas Hicob kembali. Nyut nyut Rasanya ada yang mencubit bagian hati Mona namun, gadis itu tak mau memikirkannya karena ia tak mau menjadi perusak hubungan seseorang. "Sudah selesai, Kak!" tutur pelayan perempuan tadi. Mona menerima dengan senang hati rangkaian bunga mawar hijau yang diberikan oleh pelayan itu padanya. "Terima kasih!" Mona beranjak dari tempat duduknya ingin membayar rangkaian bunga yang sudah ia pesan pada kasir namun, Hicob lagi-lagi kembali ikut melakukan gerakan Mona. "Kau mau bayar juga?" tanya Mona pada Hicob. "Ya," sahut pria itu sangat singkat, bahkan, jika dihitung, tak sampai dua detik. "Cuek sekali, mentang-mentang akan bertemu dengan kekasihnya," gerutu Mona dalam hati. Mona tanpa ingin memikirkan hal lainnya, ia segera menuju arah kasir untuk membayar. "Berapa total semuanya, Mbak?" tanya Mona pada petugas kasir tersebut. "410 ribu, Kak!" ujar petugas kasir tersebut. Mona segera mengambil uang tunai dari dalam tasnya dan memberikan uang sebesar 450 ribu kepada kasir tersebut. "Kembaliannya ambil saja," ujar Mona langsung berjalan meninggalkan tempat tersebut namun, suara Hicob mengentikan langkah kaki Mona. "Apa kau masih akan mampir ke suatu tempat lebih dulu?" tanya Hicob menjeda langkah kaki Mona. Gadis itu berbalik menatap ke arah Hicob. "Kenapa? apa kau ingin menumpang padaku?" tanya Mona yang memang berniat menjauh dari Hicob karena ia tak ingin terlalu dekat dengan pria itu. "Jika boleh," canda Hicob membuat Mona menatapnya dengan tatapan curiga. Setelah selesai membayar setangkai bunganya, Hicob langsung berjalan ke arah Mona dengan langkah yang sangat gagah. "Ada apa lagi?" tanya Mona. "Sebaiknya kau membelikan kue untuk ibumu," saran Hicob pada Mona dan gadis itu mulai menyipitkan kedua matanya. "Memang itu yang akan aku lakukan," tutur Mona. "Kebetulan sekali, aku juga akan ke toko kue, bagaimana, jika kita berangkat bersama ke tempat itu," saran Hicob tersenyum manis pada Mona dan asisten pribadi Harmoni itu hanya menatapnya datar. "Apa-apaan pria ini? sudah memiliki kekasih tapi masih saja seperti kucing kekurangan ikan, masih berburu mangsa baru," kesal Mona yang tak suka pada sikap Hicob yang sudah memiliki kekasih, tapi masih saja ingin dekat dengan perempuan lain. Karena tak ada sahutan dari mulut Mona, akhirnya Hicob menarik paksa tangan Mona menuju arah keluar toko bunga tersebut. "Eh, apa yang kau lakukan?" tanya Mona cukup kesal dengan sikap Hicob. "Kau terlalu lama, aku tak suka, jika harus menunggu berlama-lama," jelas Hicob yang sudah berada di depan mobil milik Mona. Gadis itu melihat ke arah sekeliling parkiran toko bunga tersebut dan tak ada mobil lain lagi selain mobil miliknya. "Kau sungguh tak membawa mobil?" tanya Mona yang masih belum percaya, jika pria itu tak membawa mobil. "Silahkan cek sendiri, jika kau tak percaya," pasrah Hicob yang memang lebih dulu sudah melenyapkan mobilnya karena ia haru ini ingin lebih dekat dengan Mona. Entah mengapa, gadis itu sedikit menarik perhatiannya. Mona segera masuk ke dalam mobilnya dan Hicob tahu, jika ia diizinkan untuk menumpang pada gadis itu. Mona membuka kaca mobilnya. "Kau yang menyetir, anggap saja sebagai ongkos kau sudah menumpang naik mobilku," jelas Mona yang masih memangku bunganya. "Siap, Bos!" Hicob dengan senyum tampannya berjalan penuh semangat ke arah kursi kemudi mobil Mona dan tanpa disadari oleh Hicob, Mona tersenyum kecil kala ia melihat raut wajah Hicob yang begitu antusias untuk menjadi sopir dadakannya. Mobil milik Mona saat ini sudah terparkir di depan sebuah toko kue yang cukup terkenal karena pengunjung toko itu cukup banyak. "Kau tau darimana tempat ini?" tanya Mona pada Hicob. "Dari sini," jelas Hicob menunjukkan layar ponselnya dan pria itu ternyata tengah mencari tempat untuk membeli kue ulang tahun yang terbaik di kota itu. "Apa kau sebegitu antusias?" tanya Mona. "Tentu saja! hari ini hari ulang tahun ibumu jadi, aku sangat antusias," jelas Hicob tersenyum manis pada Mona. Mona hanya membalas senyuman itu dengan sedikit menarik kedua sudut bibirnya. "Bukan hanya itu alasanmu membawaku, 'kan? kau juga sekalian ingin membeli kue untuk orang yang spesial dalam hidupmu, 'kan?" tebak Mona yang sebenarnya lebih ke arah sindiran menurut Mona. Hicob tersenyum kecil. "Kau tahu saja," tutur pria itu semakin membuat senyum Mona pahit bukan main. "Dasar pria kucing garong!" umpat Mona dalam hati yang merasa dongkol pada sifat Hicob. Hicob langsung turun dari dalam mobil Mona dan si empunya mobil juga melakukan hal yang sama seperti yang dilakukan oleh Hicob. Para pengunjung satu persatu mulai keluar dari toko tersebut dengan membawa kotak di tangan mereka. Hicob langsung berjalan ke arah pintu masuk toko tersebut dan Mona lagi-lagi mengekori asisten pribadi Dewa tersebut tanpa ingin mendahului. Setelah sampai di dalam, Hicob dan Mona menuju ke arah pelayan yang memang sudah siap di etalase, di mana berbagai jenis roti sudah terpajang namun, roti-roti itu masih belum dihias. "Ada yang bisa saya bantu, Kak?" tanya pelayan perempuan dengan topi berwarna merah mudanya, tak lupa, apron yang dikenakannya juga berwarna senada dengan topi yang digunakan. "Kami ingin memesan kue tart untuk acara ulang tahun," jelas Hicob pada pelayan perempuan tersebut. "Untuk siapa, jika boleh tahu?" tanya pelayan perempuan itu. "Untuk seorang ibu dan anak berusia 10 tahun," jelas Hicob membuat mata Mona langsung mengarah pada asisten pribadi Dewa. "Anak kecil? apa aku tak salah dengar?" tanya Mona yang masih penasaran akan kebenaran yang ia dengar. Pelayan tersebut memberikan beberapa katalog desain untuk kue yang akan di pesan oleh dua orang di hadapannya. "Ini contoh dari desain kue tart, silahkan dipilih," pinta pelayan perempuan itu. Mona melihat katalog khusus untuk seorang ibu, sementara Hicob melihat desain untuk anak berusia 10 tahun. "Saya pilih desain kuda poni saja," pinta Hicob pada pelayan tadi. "Anda ingin yang mana, Kak?" tanya pelayan itu. "Yang paling sederhana, tapi berkesan," pinta Mona dan pelayan perempuan itu mengangguk mengerti. "Kalian berdua bisa menunggu di kursi sebelah sana, sementara saya akan membuat kue yang kalian pesan," tutur pelayan perempuan tersebut dan keduanya segera menuju ke arah kursi yang ditunjukkan oleh pelayan tadi. Mona dan Hicob duduk bersebrangan dengan mata yang tak saling pandang. Arah tatapan mata keduanya sibuk melihat desain kue pesanan orang lain yang sudah jadi dan pemiliknya hanya tinggal menjemputnya saja. Tanpa sengaja, dua lensa mata Hicob dan Mona saling bertemu dan menatap cukup lama satu sama lain. "Apa tadi aku tak salah dengar? atau memang telingaku yang bermasalah?" tanya Mona masih belum percaya dengan indera pendengarannya sendiri.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD