Bab 1: Eksperimen yang Mengubah Segalanya
Laras menatap layar komputer di depannya, matanya lelah namun penuh tekad. Ruangan laboratorium yang kecil itu dipenuhi oleh suara mesin pendingin yang berdengung dan cahaya neon yang redup. Di tengah meja, sebuah alat berbentuk kotak kecil dengan kabel-kabel yang menjulur ke segala arah berdiri dengan tenang. Itu adalah hasil kerja kerasnya selama berbulan-bulan—sebuah alat eksperimental yang dirancang untuk memanipulasi waktu.
“Ini harus berhasil,” gumamnya pada diri sendiri, sambil menekan tombol terakhir pada keyboard. Layar komputer menyala, menampilkan serangkaian data dan grafik yang rumit. Laras menarik napas dalam-dalam, mencoba menenangkan detak jantungnya yang berdegup kencang.
Dia tahu risikonya. Eksperimen ini belum pernah diuji sebelumnya, dan konsekuensinya bisa tidak terduga. Tapi rasa ingin tahunya mengalahkan rasa takut. Dia harus tahu apakah teorinya benar—apakah manusia benar-benar bisa memanipulasi waktu.
“Tiga… dua… satu…” Laras menghitung mundur, jarinya melayang di atas tombol enter. Saat dia menekannya, ruangan itu tiba-tiba menjadi sunyi. Mesin pendingin berhenti berdengung, dan cahaya neon padam. Laras merasakan getaran aneh di udara, seperti energi yang tidak terlihat mengelilinginya.
Kemudian, semuanya berubah.
Laras merasa seperti terjatuh ke dalam lorong yang gelap dan tak berujung. Dia tidak bisa bergerak, tidak bisa berteriak. Rasanya seperti dia ditarik ke suatu tempat yang jauh, melampaui ruang dan waktu. Tiba-tiba, dia merasakan sentakan keras, dan dia terbangun di tempat yang sama sekali asing.
Dia berdiri di tengah kota yang ramai, tetapi sesuatu terasa aneh. Langit berwarna kemerahan, dan bangunan-bangunan di sekitarnya terlihat lebih modern, namun sekaligus lebih rusak. Orang-orang di sekitarnya mengenakan pakaian yang aneh, dan wajah-wajah mereka terlihat kosong, seperti mereka tidak benar-benar hidup.
“Di mana aku?” Laras bergumam, mencoba memahami situasinya. Dia merasakan ketakutan yang mendalam, tetapi juga rasa penasaran yang tak terbendung. Dia tahu eksperimennya telah membawanya ke suatu tempat yang jauh dari dunia yang dia kenal.
Tiba-tiba, seseorang muncul di depannya. Seorang pria tinggi dengan rambut hitam yang acak-acakan dan mata yang tajam. Dia mengenakan jaket kulit hitam dan terlihat seperti seseorang yang telah melalui banyak hal.
“Kamu tidak seharusnya berada di sini,” kata pria itu dengan suara yang dalam dan serius.
Laras menatapnya, bingung. “Siapa kamu? Di mana aku?”
Pria itu menghela napas. “Namaku Arka. Dan kamu, Laras, telah memasuki garis waktu yang salah.”
Laras terkejut. “Bagaimana kamu tahu namaku?”
Arka tersenyum tipis. “Karena di dunia ini, kamu tidak pernah ada.”
Kata-kata itu seperti pukulan bagi Laras. Dia merasa pusing, mencoba mencerna apa yang baru saja dia dengar. “Apa maksudmu? Apa yang terjadi?”
Arka melangkah mendekat, matanya penuh dengan intensitas. “Kamu telah melakukan sesuatu yang seharusnya tidak bisa dilakukan. Kamu telah memecahkan batas waktu, dan sekarang, kita harus memperbaikinya sebelum semuanya hancur.”
Laras merasakan ketakutan yang semakin dalam, tetapi juga tekad yang membara. Dia tahu dia harus menemukan jawaban, tidak peduli seberapa berbahayanya. “Apa yang harus kita lakukan?”
Arka menatapnya dengan serius. “Kita harus melakukan perjalanan melintasi waktu, memperbaiki kerusakan yang kamu buat. Tapi ini tidak akan mudah. Ada banyak rintangan, dan kita mungkin tidak akan selamat.”
Laras mengangguk, meskipun hatinya berdebar kencang. Dia tahu dia tidak punya pilihan lain. “Aku siap.”
Arka tersenyum, kali ini dengan sedikit kehangatan. “Baiklah, Laras. Mari kita mulai.”
Dan dengan itu, perjalanan mereka dimulai—sebuah petualangan melintasi waktu yang akan mengubah hidup mereka selamanya.
---
**Perjalanan Melintasi Waktu**
Laras mengikuti Arka melalui jalanan kota yang asing. Langit kemerahan memberikan nuansa suram, dan udara terasa berat, seolah-olah dunia ini sedang menahan napas. Dia mencoba menyerap segala sesuatu di sekitarnya—bangunan-bangunan tinggi yang retak, orang-orang yang berjalan dengan tatapan kosong, dan suasana yang terasa begitu jauh dari dunia yang dia kenal.
“Di mana kita?” tanya Laras, suaranya bergetar.
“Ini adalah salah satu garis waktu alternatif,” jawab Arka dengan suara datar. “Dunia di mana keputusan yang berbeda dibuat, dan hasilnya… tidak selalu baik.”
Laras merenungkan kata-katanya. “Jadi, ini adalah dunia yang seharusnya tidak ada?”
Arka mengangguk. “Tepat. Dan karena eksperimenmu, kamu telah membuka pintu ke dunia ini. Jika kita tidak memperbaikinya, kerusakan akan menyebar ke garis waktu lainnya.”
Mereka berhenti di depan sebuah bangunan tua yang terlihat seperti bekas pusat penelitian. Pintunya terkunci rapat, tetapi Arka mengeluarkan alat kecil dari saku jaketnya dan membukanya dengan mudah.
“Kita perlu menemukan sesuatu di sini,” kata Arka sambil melangkah masuk.
Laras mengikutinya, matanya menyesuaikan diri dengan kegelapan di dalam bangunan. Ruangan itu dipenuhi dengan peralatan tua dan dokumen-dokumen yang berserakan. Dia merasa seperti sedang memasuki reruntuhan masa depan yang suram.
“Apa yang kita cari?” tanya Laras.
“Informasi,” jawab Arka singkat. “Tentang bagaimana dunia ini menjadi seperti ini. Jika kita bisa memahami apa yang terjadi, kita mungkin bisa menemukan cara untuk memperbaikinya.”
Laras mulai membuka-buka dokumen yang berserakan. Kebanyakan dari mereka berisi catatan tentang eksperimen yang gagal, perang yang menghancurkan, dan keputusan-keputusan yang mengubah segalanya. Dia merasa semakin sedih membaca betapa dunia ini telah hancur karena kesalahan manusia.
“Arka,” panggil Laras tiba-tiba. “Apa yang terjadi pada keluargamu di dunia ini?”
Arka berhenti sejenak, wajahnya terlihat tegang. “Di dunia ini, keluargaku… tidak ada. Mereka hilang dalam perang yang terjadi bertahun-tahun yang lalu.”
Laras merasa hatinya tersentuh. “Aku… aku minta maaf.”
Arka mengangguk, tetapi tidak mengatakan apa-apa. Dia melanjutkan pencariannya, seolah-olah ingin menghindari topik itu.
Setelah beberapa saat, Laras menemukan sebuah dokumen yang menarik perhatiannya. “Arka, lihat ini.”
Arka mendekat dan membaca dokumen itu. Matanya melebar. “Ini adalah catatan tentang eksperimen yang sama seperti yang kamu lakukan. Tapi di sini, mereka gagal total dan menyebabkan bencana.”
Laras merasa ngeri. “Jadi, ini bisa terjadi pada dunia asalku?”
Arka mengangguk. “Ya. Itulah mengapa kita harus memperbaikinya secepat mungkin.”
Tiba-tiba, suara langkah kaki terdengar dari luar. Arka segera menutup dokumen dan menarik Laras ke sudut ruangan yang gelap.
“Diam,” bisiknya.
Beberapa orang memasuki ruangan, mengenakan seragam hitam dengan simbol aneh di d**a mereka. Mereka berbicara dengan suara rendah, dan Laras bisa merasakan ketegangan di udara.
“Kita harus menemukan mereka,” kata salah satu dari mereka. “Mereka tidak boleh mengganggu garis waktu ini.”
Laras menahan napas, hatinya berdebar kencang. Arka memegang tangannya dengan erat, memberikan sedikit kenyamanan di tengah ketakutan.
Setelah beberapa saat yang terasa seperti selamanya, orang-orang itu pergi. Arka dan Laras keluar dari persembunyian mereka.
“Siapa mereka?” tanya Laras.
“Mereka adalah Penjaga Waktu,” jawab Arka. “Mereka bertugas menjaga keseimbangan garis waktu. Tapi di dunia ini, mereka telah menjadi korup. Mereka tidak ingin kita memperbaiki apa pun.”
Laras merasa semakin bingung. “Jadi, kita harus melawan mereka juga?”
Arka mengangguk. “Ya. Tapi pertama-tama, kita perlu menemukan cara untuk kembali ke garis waktu asalmu. Dari sana, kita bisa mulai memperbaiki kerusakan.”
Laras menghela napas. “Ini jauh lebih rumit daripada yang aku kira.”
Arka tersenyum kecil. “Selamat datang di dunia perjalanan waktu.”
Mereka keluar dari bangunan itu, langit kemerahan masih menyala di atas mereka. Laras merasa seperti dia telah memasuki dunia yang sama sekali baru, penuh dengan bahaya dan misteri. Tapi dia tahu dia tidak bisa mundur sekarang. Dia harus memperbaiki apa yang telah dia rusak, tidak peduli seberapa sulitnya.
“Apa rencananya sekarang?” tanya Laras.
Arka menatapnya dengan tekad. “Kita harus menemukan Portal Waktu. Itu adalah satu-satunya cara untuk kembali ke garis waktu asalmu.”
Laras mengangguk, meskipun hatinya masih dipenuhi ketakutan. “Baiklah. Aku percaya padamu.”
Arka tersenyum, kali ini dengan sedikit kehangatan. “Mari kita mulai.”
Dan dengan itu, mereka melanjutkan perjalanan mereka, melangkah menuju ketidakpastian dengan harapan bisa memperbaiki apa yang telah rusak.
---
**Menemukan Portal Waktu**
Laras dan Arka berjalan melalui jalanan kota yang sepi, langit kemerahan masih menyala di atas mereka. Suasana kota itu terasa semakin menyeramkan, seolah-olah setiap sudutnya menyimpan bahaya yang tidak terlihat. Laras mencoba untuk tetap tenang, tetapi hatinya berdebar kencang. Dia tidak pernah membayangkan bahwa eksperimennya akan membawanya ke situasi seperti ini.
“Di mana kita bisa menemukan Portal Waktu?” tanya Laras, memecahkan keheningan.
“Di pusat kota,” jawab Arka. “Tapi kita harus berhati-hati. Penjaga Waktu pasti sudah menunggu kita di sana.”
Laras mengangguk, mencerna informasi itu. Dia merasa seperti sedang berada dalam mimpi buruk, tetapi dia tahu ini nyata. Dia harus tetap fokus.
Setelah berjalan beberapa lama, mereka tiba di sebuah plaza besar. Di tengah plaza, terdapat struktur aneh yang terbuat dari logam mengkilap, dengan simbol-simbol asing yang terukir di sekelilingnya. Itu adalah Portal Waktu.
“Itu dia,” kata Arka, suaranya rendah. “Tapi kita tidak bisa langsung mendekat. Penjaga Waktu pasti sudah menunggu.”
Laras melihat sekeliling plaza. Beberapa orang dengan seragam hitam berdiri di sekitar portal, matanya waspada. Dia merasa ngeri. “Apa yang harus kita lakukan?”
Arka memikirkan sejenak. “Kita perlu mengalihkan perhatian mereka. Ada cara untuk memicu alarm di gedung sebelah. Itu bisa membuat mereka sibuk sebentar.”
Laras mengangguk. “Aku bisa melakukannya. Katakan saja caranya.”
Arka menjelaskan dengan cepat, dan Laras segera mengerti. Dia mengambil napas dalam-dalam dan berjalan menuju gedung yang dimaksud, mencoba untuk tidak menarik perhatian. Begitu dia sampai di dekat gedung, dia menemukan panel kontrol yang dimaksud oleh Arka. Dengan hati-hati, dia menekan beberapa tombol, dan tiba-tiba alarm berbunyi keras.
Suara itu memecah keheningan plaza, dan para Penjaga Waktu segera bergegas menuju sumber suara. Laras merasa lega, tetapi dia tahu dia harus cepat. Dia berlari kembali ke tempat Arka menunggu.
“Bagus,” kata Arka. “Sekarang, ayo.”
Mereka berdua berlari menuju Portal Waktu. Begitu mereka mendekat, Arka mengeluarkan alat kecil dari sakunya dan mulai menyesuaikan pengaturan pada portal. Laras merasa tegang, matanya terus memindai sekeliling untuk memastikan tidak ada yang mendekat.
“Apa yang kamu lakukan?” tanya Laras.
“Mengatur koordinat untuk kembali ke garis waktu asalmu,” jawab Arka sambil terus bekerja. “Ini harus tepat, atau kita bisa terlempar ke tempat yang salah.”
Laras mengangguk, mencoba untuk tetap tenang. Dia merasa seperti waktu berjalan lebih lambat, setiap detik terasa seperti selamanya.
Tiba-tiba, suara langkah kaki terdengar dari belakang mereka. Laras menoleh dan melihat beberapa Penjaga Waktu mendekat, wajah mereka marah.
“Arka, cepat!” seru Laras.
“Hampir selesai,” jawab Arka, tangannya masih sibuk dengan alatnya.
Penjaga Waktu semakin mendekat, dan Laras merasa panik. Dia tidak tahu apa yang harus dilakukan. Tiba-tiba, Arka mengangkat kepalanya.
“Selesai!” katanya. “Ayo!”
Mereka berdua melompat ke dalam portal tepat saat Penjaga Waktu hampir mencapai mereka. Laras merasa sensasi aneh lagi, seperti dia ditarik ke dalam lorong yang gelap dan tak berujung. Dia menutup matanya, mencoba untuk tidak panik.
Ketika dia membuka matanya lagi, dia berdiri di tempat yang sama sekali berbeda. Langit biru cerah di atasnya, dan udara terasa segar. Dia mengenali tempat ini—ini adalah laboratoriumnya.
“Kita berhasil,” kata Arka, tersenyum lega.
Laras merasa lega yang luar biasa. “Kita kembali.”
Tapi sebelum mereka bisa merayakan, suara alarm berbunyi lagi. Laras menoleh dan melihat layar komputer di depannya menyala, menampilkan pesan peringatan.
“Apa itu?” tanya Laras.
Arka melihat layar itu, wajahnya tegang. “Ini peringatan. Garis waktu masih tidak stabil. Jika kita tidak segera memperbaikinya, kerusakan akan menyebar.”
Laras merasa ketakutan kembali. “Apa yang harus kita lakukan?”
Arka menatapnya dengan serius. “Kita harus melakukan perjalanan lagi. Ke garis waktu lainnya. Kita harus memperbaiki setiap kerusakan sebelum semuanya hancur.”
Laras mengangguk, meskipun hatinya berat. Dia tahu ini tidak akan mudah, tetapi dia juga tahu dia tidak punya pilihan lain. “Aku siap.”
Arka tersenyum kecil. “Baiklah. Mari kita mulai.”
Dan dengan itu, mereka bersiap untuk perjalanan berikutnya—menghadapi lebih banyak bahaya dan misteri, dengan harapan bisa memperbaiki apa yang telah rusak.