Telepon Penting

1132 Words
Kamis pagi yang mendung memang lebih nikmat tarik selimut lalu kembali tidur, atau jika susah untuk memejamkan mata, main handphone lalu buka media sosial liat gosip di akun lambe taruh memang paling nikmat apalagi kalau baca komentar jadi gatel ingin komen juga.  Tapi entah kena angin apa, pagi ini gue beranjak dari kasur langsung buka laptop cari aplikasi pencari kerja. Walau gue belum lulus, setidaknya gue harus punya kerjaan biar nggak malu-maluin banget jadi orang. Siapa tau ketika gue lulus nanti langsung dinaikan ke jabatan yang oke karena sudah terlihat cara kerja gue yang bagus dan tepat untuk perusahaan. Gue akan semaksimal mungkin memberikan yang terbaik untuk perusahaan. Semoga saja ada yang mau menerima gue meski belum punya pengalaman. Pagi ini gue fokus dan semangat mencari kerjaan yang cocok untuk gue dan seperti diawal tadi gue bilang kecuali pajak, gue submit CV ke perusahaan yang buka lowongan sebagai Admin. Dari bawah dulu kalau mau sukses! Karena semua butuh proses. Nggak terasa sudah dua jam nggak berhenti cari pekerjaan. Gue rebahan sebentar sambil membuka w******p yang belum gue buka dari dua jam yang lalu. Notif grup perpajakan yang paling ramai. Gue buka dan ... “GILA APA NIH DOSEN, NGASIH TUGAS DI GRUP?” "Ck! Bikin gue badmood aja! Mana ada banyak nih tugasnya." Gue tutup laptop gue dengan kesal, dan sekarang tambah badmood karena harus siap-siap ke kampus. Memang mata kuliah Perpajakan hanya terjadwal di hari Rabu saja. Gue ke kampus cuma ingin mengurus skripsi, moga saja bisa cepat selesai deh. Kalau bukan karena skripsi, mungkin siang ini gue kembali melanjutkan mimpi yang terpotong semalam, tapi sekarang kehidupan gue harus fokus pada masa depan, gue harus semangat melangkahkan kaki masuk ke ruang Prodi. Lagi-lagi kehidupan gue diuji semester ini. Gue tuh merasa hidup lagi didekati sial. Seakan-akan gue nggak mampu buat mencapai keberuntungan. "Bu, ini seriusan dosen pembimbing saya dia? Nggak bisa diganti, Bu?" Bu Dian menggeleng kepala sambil merapihkan berkas-berkas yang berserakan di meja. "Siapa saja sama toh?" "Bu, maaf, nanti kalau saya nggak lulus gimana, Bu? Soalnya saya sama pembimbing saya tuh suka beda pendapat. Boleh ya, Bu, kalau saya pindah pembimbingnya." curhat bin ngemis sama Bu Dian, berharap bisa diubah lagi. Masa hidup gue nggak jauh dari dia mulu sih. "Makanya yang rajin toh." "Tapi, Bu—" "Sudah … sama aja semua dosen." Gue menghela napas pasrah. Ya sudah, memang udah nasib gue seperti ini. Dengan lesu gue keluar dari ruang prodi. Perlahan dengan langkah yang berat gue masuk ke ruang dosen yang kebetulan hanya ada dia saja di sana lagi sibuk mencoret kertas yang nggak bisa gue lihat isi kertasnya. "Permisi, Pak." Dia melirik lalu mengusap wajahnya. "Kamu lagi … Kamu lagi ..." Ya, gue juga kali, Pak … Bapak lagi bapak lagi .... Dia meraih segelas air putih dan meminumnya. Setelah meletakkan gelasnya, dia melirik gue lagi yang masih tegang berdiri di depan pintu. "Kenapa?" "Maaf Pak Jiem, mohon bantuannya buat bimbing skripsi saya." Pak Jiemi meletakkan pulpennya lalu menatap gue. Baru kali ini gue memberanikan diri berdiri dengan jarak dekat sama dia. Terlihat jelas manik mata berwarna cokelat dan wajahnya yang bersih dengan potongan rambut mirip model ala-ala korea. Kalau badannya gue udah tau lah ya … meski duduk masih terlihat tegap. Tapi demi apapun gue jadi gugup. Sorot matanya itu seperti meremehkan gue dan seperti bicara lewat matanya, "Sampai kapan pun kamu nggak akan lulus Ayana." "Judul skripsi kamu apa?" Pertanyaannya buat gue tersadar dari lamunan. "Analisis pelaksanaan kewajiban pajak PPh pasal 23, Pak." "Sudah ada datanya?" Gue mengangguk mengiyakan. Data yang diberikan Tante gue dari kantornya jadi gue nggak perlu repot-repot buat magang. "Coba saya lihat." Gue merogoh tas dan memberikan datanya ke Pak Jiemi. "Cuma tiga bulan saja?" "Iya, Pak." Pak Jiemi mengangguk-angguk dan masih sibuk melihat data, "Oke, cocok buat kamu." "Maksudnya, Pak?" "Yang penting kamu perbaiki nilai semester ini dan jangan lupa kerjakan tugas yang saya berikan di grup. Paham?" Gue mengangguk bingung memahami kalimat dia barusan. Karena gue tipe-tipe orang yang suka mikir maksud dibalik ucapan yang nggak gue pahami. Dan yang gue pikirkan itu malah hal-hal negatif. Jangan-jangan maksudnya dia, judul itu cocok buat orang yang bego kayak gue? "Ayana!" "Eh … ngg … iya, Pak." "Jangan keseringan bengong kamu. Haduh." "Maaf, Pak." "Ya sudah, saya kasih dua hari untuk menyelesaikan bab satu sampai tiga." Gue melotot serius. "Ini seriusan, Pak? Dua hari sebentar banget lho, Pak." "Ya. Makanya harus dikerjakan sekarang ya. Bab satu sampai bab tiga mudah." "Tapi, Pak.." "Kamu mau nggak lulus?" "I-iya, Pak." Gue pasrah dan izin permisi keluar sambil menahan teriak yang luar biasa. Benar-benar nih Pak Jiemi!! Gue aja belum liat contoh skripsi bab satu sampai tiga udah dikasih dead line. Arrgghh!! Oke. Gue harus berjuang karena ini kesempatan terakhir. Sekarang gue harus ke perpustakaan buat kerjakan bab satu sampai tiga. Setelah gue mengeluarkan laptop di perpus, hape gue bergetar mencantumkan nomor telepon yang nggak gue kenal. "Hallo, selamat siang," sapa perempuan di seberang sana setelah gue menekan tombol hijau. Gue bingung. Perasaan gue nggak punya hutang kok suaranya kayak tagihan yang belum dibayar. "Iya, selamat siang." "Apa benar ini dengan Ibu Ayana Titania Zaynah?" "Iya, benar. Maaf dengan siapa ya?" "Saya Nandita dari PT. Nongu Rent. Saya sudah menerima CV Ibu dan mohon meluangkan waktu besok hari Jum'at jam delapan pagi untuk wawancara." Gue terdiam sejenak. Ini penipuan bukan sih. Baru kirim CV tadi pagi langsung di telepon. "Oh, iya, Bu Nandita. Bisa," jawab gue masih ragu. "Oke, Bu, tolong dicatat alamat kantor kami." "Sebentar, Bu, saya siapkan alat tulisnya." Gue langsung mengambil pulpen dan kertas. "Alamatnya di mana, Bu?" "Kawasan Mahameru Cikarang Kav 22. Bertemu dengan Pak Deon." Gue langsung catat biar nggak lupa. "Besok ditunggu kedatangannya ya, Bu. Selamat siang." Suara telepon itu terputus. Gue buru-buru cari di google buat tahu perusahaan itu penipuan atau nggak. Ternyata mereka memiliki website resmi, konon katanya jika perusahaan memiliki website resmi berarti bukan penipuan. Gue bahagia dong karena ini interview gue yang pertama. Setelah gue baca info mengenai perusahaan ini, ternyata memiliki banyak cabang salah satunya di Cikarang dengan alamat yang sama persis di telepon tadi. Jadi, hari ini gue menunda pulang malam untuk persiapan interview besok. Gue harus menyiapkan baju formal setelan kemeja putih dan rok hitam. Iya nggak sih harus hitam putih? Bodo ah, yang penting sopan. Gue kembali ke laptop. Menyalakan layar laptop dan mencari referensi skripsi yang judulnya mirip sama skripsi gue. Namun tidak berapa lama handphone gue bergetar lagi. Notif dari Pak Jiemi di grup w******p Perpajakan. Segera gue buka isi chatnya.   Tugas yang saya beri tadi pagi, saya tunggu jawabannya lewat Video Call dan akan saya tanya salah satu pertanyaan saja. Persiapkan diri kalian karena saya tidak akan beritahu kapan waktunya.   Jangan tanya terkejutnya apa gue baca isi chatnya itu! Sumpah! Ini dosen maunya apasih!  
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD