bc

My Lecturer Is My Husband?

book_age16+
31.9K
FOLLOW
204.3K
READ
goodgirl
drama
comedy
bxg
campus
Writing Academy
spiritual
lecturer
wife
husband
like
intro-logo
Blurb

"Loh Bapak ngapain di sini?"

"Mau jemput istri saya."

"Lah istri Bapak siapa? Dimana?"

"Kamu."

~

Aisya Humaira Sanjaya yang biasa dipanggil Aisya, seorang mahasiswi berparas cantik nan Solehah, begitulah penilaian teman-temannya. Ia sangat terkejut ketika tahu bahwa lelaki yang menjabat tangan ayahnya seraya mengucap ijab qobul adalah dosennya sendiri.

Ahmad Alvian Dharmawan yang biasa dipanggil Alvian, seorang dosen tampan namun memiliki sifat dingin dan kaku. Ia diam-diam memiliki rasa pada salah satu mahasiswi didikannya.

chap-preview
Free preview
Satu | MLMH?
"Loh Bapak ngapain di sini?" "Mau jemput istri saya." "Lah istri Bapak siapa? Dimana?" "Kamu." Aisya Humaira Sanjaya yang biasa dipanggil Aisya, seorang mahasiswi berparas cantik nan Solehah, begitulah penilaian teman-temannya. Ia sangat terkejut ketika tahu bahwa lelaki yang menjabat tangan ayahnya seraya mengucap ijab qobul adalah dosennya sendiri. Ahmad Alvian Dharmawan yang biasa dipanggil Alvian, seorang dosen tampan namun memiliki sifat dingin dan kaku. Ia diam-diam memiliki rasa pada salah satu mahasiswi didikannya. *** Menjadi anak perantauan memang sulit, apalagi bagi seorang wanita yang jarang sekali keluar rumah jika tidak berkepentingan. Sulit rasanya hidup di lingkungan orang lain. Tapi ada sebuah pepatah mengatakan "Tuntutlah Ilmu Sampai ke Negeri Cina", sebegitu pentingnya ilmu sampai-sampai negara yang jauh pun harus kita gapai demi mendapatkan ilmu. Aisya seorang gadis asal Lampung, ia kuliah di salah satu universitas di Yogyakarta. Ia adalah seorang anak dari keluarga sederhana, namun semangat untuk menuntut ilmunya tidak pernah luntur. Saat pertama kali ia tinggal di sana memang sedikit risih karena bahasa yang sering digunakan pedagang dan pembeli adalah bahasa Jawa halus. Huft ... sebenarnya dia asli suku Jawa, namun karena sudah terbiasa tinggal di Lampung yang notabenenya ngomong kayak ngajak berantem, membuat ia harus beradaptasi dengan lingkungan barunya. Seiring berjalannya waktu ia mulai terbiasa dengan lingkungan tempat tinggal barunya, ia mulai bersosialisasi dengan mengikuti kelompok pengajian di daerah ia tinggal maupun di kampusnya. Bahkan ia tak jarang juga mengikuti teman barunya mengikuti kajian yang diselenggarakan di sekitar Yogyakarta. *** Seorang gadis berusia sekitar 20 tahun duduk bersila di bawah pohon sambil menatap layar laptop. Bunyi kendaraan yang lalu-lalang tak ia hiraukan. Ia tidak mau menyia-nyiakan waktu walau hanya sekedar mengobrol dengan teman-temannya. Yah, duduk di bawah pohon sambil mengerjakan tugas sangat nyaman rasanya. Sebanyak apapun tugas yang diberikan dosen tanpa terasa selesai begitu saja. Sebenarnya ia sedang menunggu salah satu temannya yang memang mendapat kelas berbeda dengannya. Mereka sudah janjian untuk makan bersama di cafe, karena malas memasak, begitulah kata anak kost. "Assalamualaikum" "Waalaikumussalam warohmatullahi wabarokatuh, udah selesai? Mau langsung pergi atau nungguin napas dulu?" "Emang apaan napas ditungguin? Udah langsung aja yuk!" Kedua sahabat itupun berjalan menuju area parkir motor, memakai helm dan langsung melesat ke tempat tujuan. "Mau cafe mana?" "Apa??" "Mau ke cafe mana??" "Oh di cafe Dharmawan sebelum lampu merah itu loh." *** Seorang lelaki yang kira-kira berusia 25 tahun duduk di salah satu ruangan yang memang disediakannya untuk bekerja. Ia duduk santai di sofa seraya membaca koran yang ia pegang. Bosan rasanya hanya duduk seperti ini, pekerjaannya sudah ia selesaikan dengan cepat sedari tadi, jadi ia hanya duduk untuk menikmati istirahatnya sebelum hari esok datang. Hingga sebuah pesan masuk membuyarkan acara membacanya. . To: Pak Ahmad Alvian Dharmawan Seperti yang tadi kita bicarakan, Bapak bisa mulai mengajar besok. Untuk jadwal menyusul. . Hahh akhirnya ada kerjaan juga, bosan hanya duduk seperti ini. Batin pria tersebut. Tok Tok "Masuk!" "Maaf pak ini kopinya." "Iya" Huhh tetap dingin, sabar ya sabarr. Emang punya bos dingin bin cuek mah gini, rasanya pengen gue cuil-cuil, untung ganteng. Ucap pelayan wanita itu dalam hati ketika menerima respon dingin dari Alvian. "Ngapain masih di situ? Keluar!" Ya Allah kejam banget punya bos satu ini, udah dibikinin kopi bukannya terimakasih kek, eh malah diusir. Batin pelayan itu kembali. *** "Lo mau mesen apa?" "Apa aja deh, tapi jangan yang mahal-mahal." "Ya udah pilih aja sendiri." Sambil menyerahkan daftar menu kepada temannya. "Hehe, mahal semua." "Aelah elo mah gitu, udah gue yang bayar kok. Santai aja, pilih apa aja yang Lo mau. Mumpung lagi baik ini." "Gak usah, aku bisa beli sendiri kok, aku mau pesen lemon tea sama nasi goreng aja deh." "Gak ada penolakan, kali ini gue yang traktir lo. Mbak! Mbak!" Panggilnya kepada salah satu karyawan. "Iya mbak, ada yang bisa saya bantu?" "Saya pesen ayam penyet nasi goreng 2 sama lemon tea 2." "Atas nama siapa mbak?" "Almaira Nurfadilah" "Baik, tunggu sebentar ya mbak." "Kok ada ayam penyetnya sih?" "Anggap aja buat lauk." Keduanya mulai melakukan aktivitasnya masing-masing, Aisya melanjutkan tugas yang ia kerjakan tadi dan Dila mengotak-atik handphonenya. Ya, kedua perempuan itu adalah Aisya dan sahabatnya Dila. Mereka bertemu ketika Aisya dihadang oleh laki-laki yang diketahui adalah preman, Aisya yang takut hanya menangis sambil berdoa, dan akhirnya ada seorang perempuan datang menyelamatkannya yang tak lain dan tak bukan adalah orang yang sudah ia anggap sebagai sahabatnya sendiri, Dila. Dila adalah seorang perempuan barhijab, namun memiliki sisi laki-lakinya. Terbukti dari kegiatan yang ia lakukan, ia mengikuti silat dan panjat tebing, kedua aktivitas yang sering ia lakukan itu sudah menjadi hobinya. Maka tak heran jika ia pandai berkelahi, termasuk dengan preman yang ingin mencelakakan Aisya dulu. Tak lama pesanan pun datang ... "Terimakasih ya mbak." Ucap Aisya ramah. Mereka menghentikan sejenak aktivitasnya tadi, dan mulai melahap makanan tanpa ada sepatah kata pun yang keluar dari bibir mereka. Aisya tidak menyukai berbicara ketika makan dan sebagai sahabat Dila sudah mengetahui itu. Hingga keduanya sudah selesai melahap habis makanannya itu. "Sya?" "Iya?" "Sya??" "Iya, kenapa sih?" Jawab Aisya tanpa melihat asal suara tersebut karena masih fokus dengan laptop di depannya. "Sya gue mau tanya nih. Sebenernya Lo ngapain sih dari tadi liatin laptop mulu?" Kesal Dila karena sedari tadi Aisya hanya melihat laptop tanpa membuka suara pun kecuali ketika mereka memesan makanan tadi. "Ini aku lagi ada tugas besok harus dikumpul, makanya aku kerjain sekarang biar nanti malam bisa istirahat." Jawabnya jujur. "Ya udah deh, cepet selesain. Gue mau curhat sama Lo." "Iya, bentar lagi juga selesai kok." "Eh Rina Nose! Abang gue ada di dalam gak?!" Teriak seorang lelaki kepada salah satu karyawannya hingga membuat semua pengunjung menengok ke sumber suara. "Maaf pak, Bapak jangan teriak-teriak begitu, nanti Pak Al bisa marah loh. Itu ada di dalem." Jawab Rina. "Oke thanks." "Bang disuruh mama pulang tuh, udah berapa hari Lo gak pulang-pulang?" Tanya seorang lelaki yang baru saja masuk tanpa mengucapkan salam. "Waalaikumussalam warohmatullahi wabarokatuh." Duh kesindir gue, emang gini punya Abang dingin bin cuek tapi selalu peduli dengan kesalahan sekecil apapun. Batin lelaki tersebut. "Hehehe assalamualaikum bang. Maaf tadi buru-buru masuk, karena mama udah ngoceh dari tadi di rumah minta Abang buat pulang. Ngapain sih bang gak pulang?" "Banyak kerjaan, lagian mama kalau gue pulang tanyanya musti istri terus." Jawabnya datar. "Makanya bang Al cepet nikah dong, itu mama udah makin tua." "Belum ada calon, Lo aja nikah duluan." Tetap datar sambil menyeruput kopinya. "Eh bang gue lagi kuliah, kagak mau! Apa kata temen-temen gue kalau gue nikah pas kuliah? Bisa-bisa mereka mikir yang aneh-aneh nanti. Jangan-jangan Abang gak laku ya makanya belum nikah? Makanya bang jadi orang tuh jangan datar mukanya, kaku gitu siapa yang mau coba." "Berisik Lo! Pulang sana!" Busyet dah punya Abang begini lama-lama bikin gue darah tinggi, adik dateng bukannya ditanyain udah makan belum? Dari mana tadi? Mau Abang pijetin gak? Ini enggak malah diusir. Dasar es freezer! Umpat adiknya dalam hati. "Ye, gue pulang, dasar punya Abang gak peka-peka. Pokoknya nanti kalau mama marah Abang yang tanggung sendiri. Assalamualaikum!" Pamitnya. "Waalaikumussalam warohmatullahi wabarokatuh." *** "Sya, gue dijodohin ama orang tua gue. Gimana dong?" Tanya Dila ketika Aisya sudah menyelesaikan tugasnya dan memasukkan laptop ke dalam tasnya kembali. "Aku sih gak bisa ngasih jawaban terima enggak nya, kan kamu yang dijodohin." "Ih Lo mah, gue bilang ke elo karena mau nyari solusi." "Dengerin aku ngomong dulu. Gini ya, orang tua pasti menginginkan yang terbaik buat anaknya, enggak ada orang tua yang pengen ngeliat anaknya susah. Untuk pertama-tama sih kamu tanya dulu alasan orang tua kamu jodohin kamu." "Udah, jawabannya pengen gue berubah lebih baik dan gak kayak cowok gitu." "Nah itu tau, terus yang kedua, calon kamu itu gimana orangnya?" "Emmm gak tau, setau gue dia anak pimpinan pondok pesantren Al-Hidayah. Dia juga abis pulang dari Kairo." "Sekarang kamu udah sedikit tau tentang dia nih, kan biasanya orang menilai seseorang dari keluarganya juga, jadi kalau keluarganya baik Insyallah anak-anaknya juga baik. Menurut aku sih dia termasuk orang-orang dari keluarga yang baik, bahkan keluarganya pun orang yang dihormati kan?" "Iya, tapi gue takut. Kayaknya dia terlalu sempurna buat gue. Mana mau dia sama gue." "Jodoh gak kemana Dil, semua manusia itu sama gak ada yang sempurna. Gini aja ini saranku yang terakhir, kamu salat istikharah, kamu minta petunjuk sama Allah benarkah ini yang terbaik buat kamu atau tidak. Insyaallah kamu akan mendapat jawabannya setelah itu." "Iya deh, nanti gue coba. Tapi gue gak suka sama dia, ya memang belum pernah ketemu sih, tapi kan gue belum kenal sama dia." "Pernah dengar kata-kata 'cinta datang karena terbiasa' kan? Nah itu maksudnya, kalau kamu udah terbiasa sama dia begitupun sebaliknya, pasti kalian tanpa terasa mulai saling mencintai." "Aduh iya deh, gue ke toilet dulu ya Sya. Udah kebelet dari tadi nih." "Wkwk ya udah sana!" Aisya sedang memainkan handphonenya, ia merasa kehausan dan ternyata minumnya sudah habis, maka ia berinisiatif untuk mengambil air putih yang memang sudah disediakan di sana. Pandangannya tetap tidak lepas dari handphone yang ada di genggamannya, mungkin terlalu asik sehingga membuat ia tidak tahu bahwa ada seseorang yang sedang berjalan di belakangnya. Ia menabrak orang tersebut, hampir saja Aisya terjatuh jika lelaki itu tidak memegang lengannya. Sadar bahwa lelaki itu memegang lengannya, Aisya membulatkan mata dan memaksa melepaskan tangannya. "Mas jangan pegang-pegang dong, gak sopan! Bukan mahram tau!" Ucap Aisya kesal karena seenak jidatnya lelaki itu memegang lengannya. "Eh Lo seharusnya berterimakasih bukannya malah nyalahin! Kalau gue gak pegang tangan Lo, Lo bakalan jatuh dan malu." Ujar lelaki itu datar. Iya juga ya? Eh tapi kan- "Tapi masnya tetep gak sopan!" "Terserah Lo mau ngomong apa, gue gak peduli." Ucap lelaki tersebut meninggalkan Aisya yang masih kesal dengan tingkahnya. Dasar mas-mas nyebelin, gak tau apa kalau gak boleh seorang pria memegang wanita yang belum halal baginya? "Sya udah kan? Yuk pulang, capek nih." "Eh iya."

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

MOVE ON

read
95.0K
bc

Hate You But Miss You

read
1.5M
bc

Turun Ranjang

read
578.8K
bc

Istri Kecil Guru Killer

read
156.4K
bc

Skylove (Indonesia)

read
109.2K
bc

The Perfect You (Indonesia)

read
289.7K
bc

The Ensnared by Love

read
103.8K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook