Bab 1

1094 Words
Seorang laki-laki bertubuh tinggi tegap dan perempuan bertubuh molek tengah bergumul dengan panasnya diatas ranjang. Sang perempuan yang berada diatas terlihat begitu lihai menggerakkan tubuh bawahnya sehingga sang laki-laki dibawahnya mengerang nikmat. Ia pun semakin cepat bergerak dan ia pun mengerang penuh nikmat tatkala mencapai puncaknya. Tubuh moleknya pun lemas terjatuh diatas sang laki-laki. Sang laki-laki yang melihat perempuannya sudah klimaks itu langsung membalikkan keadaan menjadi ia yang memegang kendali. Ia pun memompa dengan cepat hingga tubuhnya menegang dan rasa nikmat menjalar disekujur tubuhnya. Ia pun ambruk disamping sang perempuan dengan nafas terengah-engah. "Ah kamu nikmat sekali sayang." "Iyadong Bang, ah yaa kapan kamu mau ceraikan Istri bulukmu itu Bang?" tanya sang perempuan sambil menutupi badannya dengan selimut. "Sabar kamu, aku tak tega meninggalkan anak-anak." "Alah bilang aja kamu ga bisa ninggalin Istri bulukmu itukan Bang." "Enggak Ningsih, aku juga sudah muak dengannya. Aku hanya sedang mencari alasan supaya bisa bercerai dengannya, tapi karna kesalahan dia jadi supaya dia yang nampak buruk dimata orang bukan aku." Ucap sang laki-laki dengan seringai dimulutnya. Rupanya ia sedang memikirkan hal buruk pada istrinya yang setia menunggu dirumah. "Iyakah Bang? Kalo gitu kita jebak saja Istrimu Bang." Usul perempuan bernama Ningsih tadi. "Jebak?" "Iyaa, kita atur seakan-akan dia selingkuh." "Tapi dengan siapa?" tanya Nusi "Adalah nanti aku carikan laki-laki yang bisa diajak kerjasama Bang. Gimana?" Nusi pun tampak berpikir. "Hmm boleh juga, tapi cukup kita jebak mereka saja jangan sampai laki-laki suruhanmu itu ngapa-ngapain Tini yaa." "Iyaa iyaaa Bang emang kenapa sih kalo diapa-apain? Bukannya malah lebih bagus?" "Yaa pokoknya jangan melebihi batas, meskipun aku sudah muak dengannya tapi aku tak sampai hati berbuat terlalu jahat padanya." "Iya iyaa udah sih kamu tenang aja Bang biar aku yang urus. Yang penting kamu bisa segera menalak Istri kamu itu!" ucap Ningsih seraya kembali merangsang lelaki disampingnya itu. "Sshhhh kau membuatnya berdiri lagi sayanggg..." Dan merekapun kembali merajut kenikmatan yang berbalur dosa. Sedangkan ditempat lain, seorang perempuan berpenampilan lusuh sibuk mengerjakan pekerjaan rumah. Hidupnya hanya diisi dengan mengabdi pada suami dan anak-anaknya. Tanpa ia tau apa yang sebenarnya dilakukan suaminya diluar sana. Yang ia tau suaminya setia dan selalu memperhatikan anak-anak mereka. Dengan telaten dan tulus ia rawat ketiga anaknya. Setiap pagi ia selalu bangun pagi-pagi sekali untuk memasak, mencuci piring dan mencuci baju. Baru setelah itu ia bangunkan anak-anak nya yang akan berangkat ke sekolah. Seringkali ditinggal kerja luar kota sang suami membuatnya terbiasa tinggal dengan anak-anaknya saja dirumah. Pagi ini setelah melepas kedua anaknya berangkat sekolah ia pun merapikan tanaman-tanaman hias didepan rumahnya. Lalu salah seorang tetangganya yang terkenal julid lewat didepan rumahnya. Tetangga yang bernama Bu Sulis itu pun menyapa Tini yang tengah menyiram tanaman. "Eh Bu Tini, pagi-pagi udah nyiram tanaman ajaaa," sapa Bu Sulis "Iya, Bu kerjaan didalam sudah selesai dan mumpung Ikhsan belum bangun jadi saya tinggal nyiram tanaman dulu," jawab Tini "Rumah sepi yaa, suaminya luar kota lagi Bu?" tanya Bu Sulis sambil menengok ke dalam rumah Tini yang nampak sepi. "Iya, Bu Bang Nusi kan emang kerjaannya sopir jadi sering luar kota." "Eh Buu... hati-hati loh suami kalo sering luar kota ntar kepincut sama yang dijalan," "Ah Bu Sulis berlebihan InsyaaAllah Bang Nusi suami saya itu setia bu nggak akan aneh-aneh diluar," jawab Tini seraya menggelengkan kepala mendengar ucapan Bu Sulis. "Eh Bu, saya nggak berlebihan, itu emang bener. Nih ya, yang suaminya tiap hari dirumah aja masih bisa selingkuh apalagi macam Nusi yang sering keluar kota. Idiihh godaan dijalan pasti banyak banget. Bu Tini harus hati-hati jagain suaminya," "Iya, Bu InsyaaAllah suami saya imannya kuat dan tahan dari godaan yang ia jumpai dijalan." "Iya deh iyaa semoga aja deh yaa, ntar kalo beneran selingkuh baru tau dah tuh trus nangis-nangis." ucap Bu Sulis seraya meninggalkan rumah Tini Sepeninggal Bu Sulis Tini pun mengelus d**a sambil berpikir apa yang diucapkan Bu Sulis tadi. Bahkan sebenarnya ia pun sering memikirkan hal itu namun selama menikah suaminya tak pernah buat yang aneh-aneh. Setiap kali pekerjaan selesai sang suamipun selalu langsung pulang ke rumah. Sehingga ia selalu percaya pada suaminya itu. Semoga Bang Nusi selalu bisa menjaga hati dan dirinya diluar sana, doanya dalam hati. Ia pun melanjutkan pekerjaannya yang sempat terhenti karna tetangga julidnya tadi. Ia sapu daun-daun kering yang berserakan lalu membuangnya. Dan ketika akan mengembalikan sapu pada tempatnya ia mendengar anak bungsunya terbangun dan menangis. Ia pun gegas menghampiri anak laki-lakinya tersebut. "Eh anak Ibu udah bangun yaa sayang yaaa," Ia gendong anak laki-laki bertubuh gembul itu, terlihat sangat menggemaskan. "Aaaaa mikk...mikk..." ocehnya "Mau mimik? Iyaa yuk Ibu ambilkan." sahutnya seraya membawa anaknya ke dapur. Ia tuangkan air ke dalam gelas lalu ia berikan pada anaknya. Glek..glekk..gleekkk. "Seger yaa dek yaa," "Iaaa gell Bukkk" (Iyaa seger Buk) "Mandi yaa habis ini. Ibu siapin dulu air hangatnya Ikhsan duduk anteng disini dulu sambil main ini yah." Ia berikan mainan berbentuk gajah yang sudah hampir pudar warnanya. Bocah kecil itupun nurut dan asik dengan mainannya. Tini pun segera merebus air untuk mandi anaknya. Anak bungsunya ini mengidap radang paru sehingga setiap mandi harus menggunakan air hangat. Ketika akan menyalakan kran ia pun teringat jika air kran daritadi pagi tidak bisa digunakan. Ia pun bergegas mengambil air di sumur belakang rumah. Setelah mengambil air gegas ia nyalakan kompor dan merebusnya. Ia kemudian kembali ke belakang untuk mengisi ember yang akan digunakan anaknya untuk mandi. Setelah nya ia menghampiri sang anak yang tengah asik bermain sambil berceloteh riang. Ia pun tersenyum melihat anaknya. "Adek main apa?" "Ni ajah," "Ohh main gajah ya?" "E'em..." "Yuk bajunya dilepas dulu yaa nak." Sang anak pun manggut-manggut. Lalu Tini lepas baju yang melekat di badan sang anak. "Adek disini dulu Ibu mau nuang air panas dulu yaa." Kembali sang anak hanya manggut-manggut mendengar perintah ibunya. Setelah memastikan sang anak duduk dengan nyaman Tini pun gegas menuang air panas ke dalam ember yang berisi air dingin. Ia celupkan tangan ke dalam air guna mengetes air supaya tidak kepanasan. Setelah nya ia kembali masuk ke dalam rumah untuk mengambil sang anak. "Horee andi...andii..." Tini pun tertawa melihat anaknya yang sangat antusias diajak mandi. Ia pun menurunkan sang anak didalam ember dan mulai memandikan nya. Saat sedang memandikan anaknya tiba-tiba terdengar suara orang menggebrak pintu dengan sangat keras. Tini dan sang anak pun terperanjat kaget, terlebih ketika ia mendengar suara sang suami yang berteriak memanggil-manggil namanya. Dalam hati pun Tini bertanya-tanya kenapa suaminya tiba-tiba pulang dalam keadaan marah, sedangkan baru beberapa jam yang lalu sang suami menelpon dalam keadaan baik-baik saja. Tini pun bergegas menyelesaikan memandikan anaknya lalu membalut tubuh Bocah itu dengan handuk agar tidak kedinginan. Kemudian iapun segera masuk kedalam rumah.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD