Tamu di Kamar Presidential Suite
Tyas yang setaunya sedang shift malam hari ini tiba-tiba terbangun di kasur empuk di sebuah kamar yang menyerupai kamar hotel presidential suite tempatnya bekerja, tapi bedanya ini bukan hotel hanya sebuah kamar di sebuah rumah.
Tyas terbangun dari tidur panjangnya mulai menggerak-gerakkan kedua matanya, rasa sedikit pusing di kepalanya membuat Tyas belum bisa berfikir dengan jernih, namun setelah beberapa saat Tyas mulai menyadari jika ini bukan di hotel tempatnya bekerja tapi di tempat lain.
"Ahhh kepalaku berat sekali...ini dimana?" kata Tyas sambil memijat keningnya.
Tyas pun bergegas untuk bangkit dari tempat tidur, dia melihat telepon genggamnya berada di atas nakas di samping tempat tidur, dia pun segera meraih telpon genggamnya tapi kemudian dia menyadari jika ada kertas dengan tulisan besar di sana.
Buka foto dan video yang ku kirim, Devan kekasihmu!
Melihat tulisan tersebut, akhirnya Tyas mulai menyadari di mana dia berada sekarang kemungkinan besar merupakan tempat Devan, dia yakin dia dibawah secara paksa walaupun dia tidak tau bagaimana caranya kenapa dia tiba-tiba berada di kamar dan rumah yang tidak dikenalnya.
Dia baru mengenal Devan sekitar seminggu yang lalu, dia merupakan salah satu tamu hotel tempatnya bekerja yang menginap di salah satu kamar presidential suite. Ketika dia meminta layanan kamar untuk dibawakan sarapan pagi di kamarnya, Tyaslah yang mengantarkannya.
Flashback seminggu sebelumnya.
"Selamat pagi pak!" sapa Tyas dengan senyum ramah.
"Selamat pagi!" Balas Devan depan dengan senyum yang sangat menawan.
"Terimakasih, sudah mengantarkan sarapan untukku sayang!" kata Devan lagi yang mulai menampakkan gelagat aneh, jari tangan kanannya memegang dagunya dan menatap Tyas dari ujung kaki sampai ujung rambut.
"Sama-sama pak!" kata Tyas yang mulai merasa tidak nyaman dengan tatapan Devan yang tak berkedip dan begitu tajam. Tyas berusaha secepat mungkin menyelesaikan tugasnya agar bisa cepat-cepat keluar dari kamar hotel tempat pria itu menginap.
"Kalau tidak ada lagi, saya permisi pak, selamat menikmati sarapannya!"
"Aku masih butuh banyak bantuan, sini duduk!" kata Devan sambil menepuk sofa dengan tangannya.
"Maaf pak saya masih banyak pekerjaan lain!"
"Ayolah sayang, menemaniku di sini juga adalah tugasmu, aku akan bicara dengan atasanmu agar mengizinkanmu lebih lama di kamar ini atau seharian juga tidak masalah!"
"Maaf pak saya tidak bisa!"
Tyas menyadari jika pria tersebut bukan hanya kaya karena bisa menginap di kamar yang paling mahal, bahkan wajah pria itu sangat tampan dia yakin para wanita gampang diperdayanya mungkin karena itu dia berani dan tanpa basah basi memandang Tyas begitu intens terkesan menyamakan badan Tyas dengan produk jualan yang bisa ditatap demikian dan belum lagi ajakan yang tidak masuk akal.
"Kenapa tidak bisa sayang, tenang saja aku jamin seratus persen kamu tidak akan dipecat hanya karena menemaniku disini cantik!"
"Maaf pak saya permisi dulu!"
Baru akan meninggalkan kamar hotel tangannya di tarik oleh Devan yang membuatnya hampir terjatuh dalam pelukan Devan yang masih duduk di salah satu sofa besar dan empuk, tapi dengan cekatan Tyas mempertahankan keseimbangan tubuhnya dan membalikan posisi, entah bagaimana caranya dia melakukannya dengan sangat lincah justru tangannya sekarang mencengkram kerah baju Devan.
"Bapak mau apa?"
"Eh santai dong, aku hanya ingin kamu lebih lama disini, aku cuman mau kenalan dan berbicara dari hati ke hati!"
"Bapak jangan bersikap tidak sopan begini main narik-narik saja tangan orang lain tanpa izin!"
"Jadi kamu mau aku izin dulu baiklah, kamu harus tau aku sangat suka gadis yang suka melawan, bisakah kamu lebih lama berada di sini aku hanya ingin melihat perlawananmu!"
"Bapak jangan bicara hal yang tidak masuk di akal begitu, ini namanya pelecehan pak!"
"Bukan pelecehan cantik ini namanya cinta pada pandangan pertama, banyak kok di drama-drama dan novel, kalau di dunia nyata itu aku dan kamu!"
"Bapak salah orang jika menganggap saya w************n!"
"Cantik aku tidak berpikir demikian, justru kamu sangat berharga di mataku dan jangan panggil aku bapak dong, panggil sayang saja, dan sepertinya kamu betah banget yah memegangku, kamu tau aku suka permainan yang agak kasar dari perempuan, aduh cantik kamu sudah membuatku mabuk kepayang!"
Tyas sekarang menyadari jika pria tersebut bukan hanya aneh bisa jadi dia adalah psikopat. Tanpa pikir panjang Tyas segera melepaskan tangannya dari kerah baju pria tersebut dan mengambil langkah untuk segera keluar dari kamar hotel tanpa mempedulikan perkataan pria yang mengerikan itu menurut Tyas.
Dengan langkah setengah berlari dia keluar dari kamar tersebut dan menutup pintu kamar dengan agak kasar. Tyas mengakui ketampanan pria itu jauh di atas rata-rata bahkan setara dengan aktor film tapi aura dari pria tersebut sangat tidak nyaman untuknya, Tyas tak berhenti merinding memikirkan kejadian yang dialaminya tersebut, Tyas yakin pria itu berusia masih sekitar dua puluh lima tahun, yang dia tidak habis pikir usia semuda itu tapi mempunyai aura om om genit.
"Aduh sialan gadis itu sudah buat aku sakit kepala pagi-pagi begini, cantik sih tapi sok jual mahal, awas saja kamu cantik akan kubuat kamu tidak mau lepas dariku walaupun hanya sehari!"
"Masa iyya aku harus mandi lagi tadi sudah mandi!!!" kata Devan lagi yang emosi karena tidak berhasil menenangkan dirinya sepertinya dia butuh mengguyur badannya dengan air dingin untuk menurunkan hawa panas badannya yang tersulut pikiran jorok hanya karena tatapan perlawanan dari Tyas.
Setelah mandi Devan segera menghubungi seseorang untuk mencari tau tentang wanita yang mengantarkan sarapan untuknya di kamar. Tidak lama kemudian sebuah pesan masuk.
"Jadi nama kamu Tyas Pratiwi! nama yang cantik seperti orangnya, Tyas aku akan melakukan apapun agar kamu bisa menjadi milikku, aku yakin tidak sampai seminggu kamu akan senang hati berlari ke dalam pelukanku!" kata Devan yang lagi-lagi berbicara sendiri dengan satu alisnya yang terangkat dan senyum di salah satu bibirnya.
Devan bergegas untuk siap-siap check out karena dia masih banyak urusan hari ini, tiba-tiba suara kamar diketuk.
"Masuk." Kata Devan di balik pintu mempersilahkan masuk orang yang telah mengetuk pintu kamarnya.
"Nama kamu Wulan kan? oke Wulan ini buat kamu!" kata Devan sambil menyerahkan amplop coklat.
"Iyya pak!" Kata Wulan sambil menerima amplop yang diberikan Devan.
"Saya mau kamu memberikan banyak informasi tentang Tyas padaku!"
"Tapi pak... apa bapak akan mencelakai Tyas!"
"Aduh mba Wulan liat wajahku apa tampangku seperti kriminal, saya hanya ingin mengenal Tyas lebih jauh tidak usah khawatir!" Wanita berusia tiga puluh tahun itupun berusaha memberanikan diri menatap wajah Devan, dan memang wajahnya mirip malaikat tidak mungkin dia seorang kriminal.
"Gimana yakin kan saya buka orang jahat?"
"Iyya pak! tapi informasi apa yang bapak ingin tahu?"
"Untuk pertama saya ingin nomor telepon dan jadwal kerja Tyas!"
"Baik pak!" wanita bernama Wulan itu pun mengambil pulpen dan mencatat apa yang Devan minta.
"Ini pak semua telah saya tulis termasuk jadwal kerja Tyas!"
"Ok kamu boleh pergi dan ingat ini rahasia jangan sampai kamu bocorkan pada Tyas, kalau tidak mau dapat masalah, saya akan hubungi lagi jika membutuhkan anda lagi!"
"Baik pak!" Wulan pun dengan langkah cepat meninggalkan kamar Devan.
Devan tampak sibuk mengotak atik laptopnya dan pada akhirnya melalui nomor telepon Tyas dia bisa mengetahui posisi Tyas dan juga seluruh pesan yang masuk di nomor telepon Tyas tersebut.
"Aww cantik ternyata banyak juga pria yang mengirimkan pesan kepadamu, tapi sepertinya kamu tidak menanggapi mereka, tapi pasti akan berbeda dengan aku nantinya...!"