Hello, Pak Teacher!

Plak!! Sebuah tamparan melayang di pucuk kepala seorang pria bernama Hasan Ardiansyah. Sebagai wujud kekesalan seorang pria bernama Bayu Aji Santoso. Sahabatnya sendiri. "Kamu kalau ngomong bisa difilter dikit nggak, sih, San? Gila aja aku diminta nikahin keponakanmu yang bandel itu?" Bayu memutar bola matanya malas. Setelah ia menghadiahkan sebuah pukulan di pucuk kepala Hasan. Permintaan Hasan yang meminta Bayu untuk menikahi keponakannya, memang bisa disebut sebagai permintaan yang tidak masuk akal. Menurut cerita Hasan, keponakannya itu sering keluar masuk ruang kedisiplinan mahasiswa, karena sering melanggar kode etik di kampus. Dan kini, tiba-tiba saja Hasan meminta Bayu untuk menikahi keponakannya tersebut. Agar bisa mengubah kepribadian Raya Syesil Ardiansyah, keponakannya, menjadi lebih baik. Sekaligus mengobati luka di hati Bayu yang ditinggal menikah oleh kekasihnya Maira. Yang tidak lain adalah teman dekat mereka sendiri. Bukan hanya itu, Hasan menawarkan akan menganggap lunas segala hutang piutang diantara mereka berdua "Aku lelah, Bay. Hampir setiap minggu aku datang ke kampus dan menemui dosennya. Lama-lama aku tu capek dan jenuh. Ingin rasanya aku melemparnya ke Malaysia, agar dia sampai dan tinggal di rumah ayahnya saja." Hasan menghela nafas berat. Tatapannya kosong lurus ke depan mengingat sang kakak yang telah tiada. Kakak yang tidak lain adalah ibunya Raya, yang kerap disapa Yaya di rumah. Dan disapa Rei, ketika di kampus Ketika ibunya Raya meninggal dunia, ada wasiat yang harus dipenuhi. Rudi Ardiansyah, ayahnya Raya, diminta untuk menikahi Anita, sahabat ibunya. Sebagai wujud kedekatan persahabatan mereka. Awalnya sang ayah menolak, tapi Anita yang baik dan mereka pun sudah lama saling mengenal, membuatnya luluh dan mereka pun menikah. Perusahaan Rudi yang sedang menjalin kerja sama dengan sebuah perusahaan di Malaysia, tentu saja membuatnya harus menetap di sana untuk sementara waktu. Terpaksa Anita pun ikut, tapi tidak bagi Raya. Ia enggan ikut dan memilih tinggal bersama Hasan. Alasan lain Raya menolak untuk ikut ke Malaysia adalah, ia enggan pindah ke Malaysia karena tidak ingin jauh dari makam sang ibu. Dan gadis berusia dua puluh tahun itu takut memiliki Ibu tiri yang selalu dianggap kejam oleh semua orang. Alhasil. Hasan sebagai om, harus menjaga Raya di Indonesia. Serta menanggung segala kebutuhan dan kenakalan keponakannya itu. Dan kini Hasan lelah. Jenuh. Mumet. Serta ingin menyerah dan mengusulkan kepada ayahnya Raya untuk menikahkannya dengan Bayu. Sahabatnya sendiri. Yang merupakan seorang asisten dosen di sebuah perguruan tinggi ternama di Jakarta, ternyata kampus yang sama tempat Raya menuntut ilmu selama ini Mendengar profesi Bayu sebagai asisten dosen, ayahnya Raya mulai menyetujui. Dan untuk memuluskan rencananya, Hasan juga mengatakan akan pergi ke Kalimantan. Ada urusan perusahaan yang tidak bisa ditinggalkan. Membuat ayahnya Raya semakin kelimpungan dan makin setuju dengan usulan tersebut. Tidak tanggung-tanggung. Ayahnya Raya akan pulang dalam Minggu ini untuk menikahkannya dengan Bayu. Sedangkan Hasan belum membicarakan apapun kepada sahabatnya itu. Dan baru saja ia menyampaikan niatnya tersebut, Bayu sudah menghadiahkan sebuah pukulan di kepalanya. Apalagi kalau Bayu mendengar ayahnya Raya sudah setuju dan meminta mereka menikah dalam minggu ini? Bisa-bisa kepala Hasan sedikit bergeser dari tempatnya. "Lelah bukan berarti kamu nikahin dia, San. Kamu pikir pernikahan itu buat main-main atau buat les kepribadian? Pernikahan itu sakral, San!" Bayu menegaskan. "Aku tahu itu, Bay. Justru itu aku ingin menikahkan Yaya sama kamu. kamu itu orang baik dan penyabar. Pintar serta tegas juga. Aku yakin kamu bisa mengubah Yaya, dan menjadikannya istri yang Solehah. Untuk cinta … aku yakin cinta bisa datang dengan sendirinya." Hasan menyandarkan punggungnya pada kursi besi, yang diberi cat warna hijau muda tersebut. Kursi yang terletak di sudut sebuah cafe, tempat anak muda menghabiskan waktu untuk berbincang. "Lagipula, aku tidak pernah mengatakan ini pernikahan palsu." Hasan menyipitkan matanya. Bayu menggelengkan kepalanya. "Aku tetap tidak bisa. Menikah tanpa cinta bukan perkara yang mudah." "Tapi, cuman kamu harapanku, Bay." "Aku tidak bisa, San. "Ya, sudah. Aku akan minta tolong sama Gio saja. Aku yakin dia mau," ucap Hasan lesu. Tatapannya kepada Bayu berubah sendu dan penuh keputusasaan. Bayu menghela nafas berat. Mendengar nama Gio meluncur dari mulut Hasan. Membuat hatinya bimbang dan kembali menimbang keputusannya. Gio yang merupakan anak pengusaha nikel, yang memiliki harta berlimpah. Membuatnya dengan mudah bergonta ganti pasangan. Serta berpetualang dari wanita satu ke wanita yang lainnya. Tentu saja tidak cocok untuk Raya yang nakal, karena kurang kasih sayang. Karena setahu Bayu, keponakan sahabatnya itu berubah saat ibunya meninggal dunia. Dan semakin parah saat ayahnya menikah lagi. "Ya, ya, baiklah. Aku akan menikah dengannya," tutur Bayu. Menyerah dengan tatapan dan sindiran Hasan. Lagipula, budi baik Hasan dan hutangnya yang masih menumpuk, membuat Bayu tidak akan menemukan alasan untuk menolak. "Yes! Begitu dong …! Weekend ini kalian menikah!" ucap Jonathan, dengan kedua mata yang berbinar. "A-apa?" pekik Bayu. Nyaris saja jantungnya menggelinding keluar dari tenggorokannya. Weekend ini? Itu artinya lima hari lagi. Dasar Hasan!