2

4069 Words
Pagi itu suasana salah satu sekolah di Kota Bandung sangat ramai tidak seperti biasanya. Hari ini sekolah tengah mengadakan pentas seni yang biasa dilaksanakan setiap tiga bulan sekali. Biasanya acara ini akan diselenggarakan oleh pihak ketua OSIS untuk menunjukkan bakat setiap murid, baik dari bidang akademis maupun non akademis. Biasanya pula para peserta ekstrakulikuler akan memanfaatkan hal seperti ini untuk ajang menarik anggota baru lagi, karena acara ini biasanya banyak diisi oleh seluruh ekstrakulikuler sekolah. Murid-murid sangat antusias menyambut acara ini. Selain karena bisa menunjukkan keahlian mereka, yang lebih sangat di sukai para murid adalah bebas nya mereka dari mata pelajaran khusus untuk hari ini. Semua murid bahkan termasuk kelas tiga yang akan menghadapi ujian pun di beri waktu untuk beristirahat sejenak dari latihan soal ujian yang membuat mereka stres. Walau memang tidak diijinkan untuk pulang apalagi kabur dari sekolah tapi setidaknya mereka bisa bebas di sekolah dalam waktu seharian tanpa harus berperang dengan materi pelajaran. "Kyky pliss gua mohon bantuin kita dong. Ayolah, lu kan anggota ini juga masa nggak mau bantu kita. Bareng gua." Mohon Raka ketua dari ekstrakulikuler band sekolah. Dan Nakyta termasuk salah satu anggota dari band sekolah itu. Kali ini ekskul itu akan menampilkan beberapa lagu untuk menjadi pengisi acara namun karena ini dadakan dan tidak ada yang bisa mengisi bagian vokal untuk band tersebut. Orang yang biasa menjadi bagian vokal itu tidak masuk hari ini karena sakit dan sekarang Raka meminta Nakyta untuk menjadi vokalis. Nakyta memang vokalis juga hanya saja ia sudah vakum semenjak naik kelas tiga karena ingin fokus terlebih untuk menghadapi ujian agar lulus sekolah. "Ma- " "Kyky gawat!!" Belum selesai Nakyta berbicara teriakan seseorang menggema di dalam ruangan kelas Nakyta yang cukup lumayan ramai, langkah kaki yang dengan tergesa membuat Nakyta dan Raka menatap orang itu bingung. "Kenapa?" tanya Nakyta "Gini Ky, yang jadi MC acara ini nggak bisa hadir nah guru-guru nunjuk lu buat jadi MC sama si Manggala anak kelas sebelah." Jelas Shella salah satu teman sekelas Nakyta dengan nafas yang tidak beraturan seperti habis berlari. "Loh nggak bisa dong, Nakyta 'kan mau ngisi acara buat ntar, dia kan mau bawain band kita." Sela Raka tidak terima. "Mana gua tau, orang tadi gua cuman di suruh nyampein pesen itu aja dari Bu Siska." "Ya pokonya kagak bisa . Nakyta mau ngisi acara trus kita juga mau latihan dulu." "Ya udah nggak usah sewot gitu juga. Gua cuma ngasih tau Nakyta aja kenapa lu yang sewot?" "Siapa yang sewot?" "Lu yang sewot kayak cewe lagi PMS." "Em - " "Stop! Cukup berantemnya." Lerai Nakyta menghentikan aksi kedua orang yang sedang bertengkar itu. "Emang kelas tiga boleh ngisi acara? Kamu juga kelas tiga Raka, kenapa ikut acara juga?" Kini Nakyta menatap Raka. "Sebenernya nggak boleh, cuman nggak ada yang mau jadi vokalis. Tadi anak-anak minta gua buat jadi vokalis, nah katanya mereka mau dua orang vokalis biar couple gitu 'kan mau duet. Karena Caca yang mau jadi partner gua nggak masuk jadi gua minta lu yang gantiin. Ayolah Ky," Jelas Raka dan masih memohon agar Kyky membantunya. "Mau bawa berapa lagu?" tanya Nakyta "Tiga atau empat mungkin bisa lebih soalnya lu tau gimana anak-anak sekolah kalau udah lu yang nyanyi pasti minta nambah lagu." Nakyta hanya mengangguk mendengar penjelasan dari Raka karena memang murid-murid pasti akan meminta Nakyta menambahkan lagu kalau sudah di suruh menjadi pengisi acara. Nakyta terdiam berpikir. "Oke kalau gitu Ky - " "Trus MC gimana?" Kini Shella yang memotong ucapan Nakyta hingga membuat Raka melotot dan di balas dengan melotot juga hingga membuat Nakyta menghembuskan nafas sambil menggelengkan kepala. Tidak menyangka dengan kelakuan dua orang yang berada dihadapannya, padahal mereka adalah teman dari SD sampai sekarang SMA tapi tidak pernah akur jika bertemu, begitulah yang Nakyta tau tentang mereka berdua. "Gini … jadi ntar sambil jadi MC Kyky juga mau nyanyi. Jadwal nya juga nggak akan bentrok. Kita nggak usah latihan aja tapi kamu suruh aja anak-anak latihan pake nada yang biasa Kyky ambil. Gimana?" Solusi Nakyta hingga membuat mereka berdua diam lalu mengangguk pertanda setuju. "Oke kalau gitu, ntar gua kasih tau anak-anak. Gua cabut dulu ya," ucap Raka lalu pergi keluar dengan menarik ikat rambut Shella yang tengah di kucir satu itu. "Raka banci !!" Teriak Shella histeris sedangkan Raka hanya tertawa sambil berlari kabur. Sambil menggerutu Shella merapikan rambut panjangnya yang sudah tidak terikat lagi, "udah jangan cemberut aja. Mending anter Kyky aja ke ruang guru, mau siap-siap jadi MC." ujar Nakyta namun dengan menahan tawa. "Awas aja ya Raka kalau ketemu. Gua benci." Shella masih dengan gerutuannya namun langkahnya ikut berjalan bersama Nakyta disampingnya. "Jangan terlalu benci nanti bisa jadi cinta. 'Kan beda tipis." "Ihh, Kyky ko gitu." Nakyta hanya tertawa mendengarnya sedangkan Shella cemberut sambil menghentakkan kaki meninggalkan Nakyta. Beginilah Nakyta, selalu membantu orang yang berada sekitarnya dan tanpa ia sadari jika hal itu membuat orang-orang yang berada disekitarnya itu mengagumi sikapnya. Nakyta yang easygoing dan berteman tanpa memandang apapun membuat semua orang selalu tak segan untuk berdekatan dengannya. Nakyta terkenal disekolahnya walau ia tidak pernah merasa seperti itu. Wajahnya yang selalu mengumbar senyum pada semua orang yang setiap berpapasan dengannya dan sikap ramah nya terhadap orang yang bahkan tidak ia kenal. Beginilah sosok Nakyta diluar dan ia juga dijadikan sebagai most wanted girl disekolahnya. Bukan hanya karena kecantikannya, tapi karena sikapnya yang selalu membuat semua orang akan merasa nyaman bersamanya, bahkan mungkin ada beberapa yang salah paham akan ketulusan Nakyta. Tak banyak dari mereka terutama kaum pria, menyangka kebaikan Nakyta itu sebagai pertanda bahwa Nakyta memiliki perasaan lebih, hingga membuat Nakyta selalu terjebak dengan orang-orang yang menyukai atau bahkan nekat mencintainya walau Nakyta selalu menjelaskan bahwa Nakyta tidak bermaksud membuat orang-orang itu salah paham dengan sikapnya. Ada juga orang-orang yang merasa jika Nakyta hanya sekedar mencari perhatian orang-orang dengan sikapnya itu, penilaian ini biasanya untuk kaum wanita yang iri dengannya. Orang-orang itu selalu mengecap diri mereka sebagai anti Nakyta yang bersikap so polos di hadapan semua orang. Namun semua sikap Nakyta itu akan berubah seratus delapan puluh derajat dengan sikap Nakyta yang jika sudah berhadapan dengan pria itu. Satu-satunya orang yang tidak bisa membuat Nakyta mengeluarkan semua ekspresinya secara alami. Nakyta selalu berusaha untuk bertindak hati-hati jika berhadapan dengan pria itu, siapa lagi kalau bukan Fariz. Sikap Nakyta akan berubah jika ia dihadapakan dengan Fariz, ia akan menjadi pendiam dan penurut walau ada kecerobohan karena kegugupannya. Namun akan ceria dihadapan orang lain. Fariz memang bisa mengubah dan mengendalikan suasana bahkan semuanya terutama hidup Nakyta. --- Setelah menyelesaikan tugasnya sebagai MC dadakan di acara tadi, dengan beberapa godaan murid-murid karena partnernya tadi adalah Manggala, kelas sebelah yang dulu sempat sangat dekat dengan Nakyta, bahkan digosipkan sebagai pasangan kekasih. Manggala adalah pria tampan, dengan kulit putih serta badan yang tinggi kurus dan senyumnya yang seperti gummy smile, tidak pernah luntur sama seperti Nakyta. Mereka berdua pernah dekat dan entah karena apa tiba-tiba saja Manggala seperti menjauh dari Nakyta setelah pernah suatu hari menyatakan cinta kepada Nakyta. Nakyta tidak tau kenapa Manggala menjauhinya, bukankah seharusnya Nakyta yang menjauhinya karena sebuah pernyataan itu, bahkan Nakyta belum menjawab apa-apa saat itu. Nakyta tidak menjawab iya atau tidak karena tidak sempat dan juga Nakyta selama ini hanya menganggap Manggala sebagai teman dekatnya tidak lebih. Entah kesalahan apa yang sudah dilakukan Nakyta hingga membuat Manggala seperti menjauhinya tapi Nakyta tidak pernah mempermasalahkannya. Nakyta yang selalu berpikiran positif jika mungkin Manggala sedang sibuk untuk mempersiapkan ujian sama seperti dirinya. Disela sebagai MC Nakyta juga menempati janjinya terhadap Raka untuk menjadi vokalis band sekolah yang di beri nama NAFA band. Nakyta membawa enam buah lagu dengan berbagai genre yang berbeda. Benar dugaan Raka tadi, jika murid serta guru pasti akan meminta menambah lagi jika Nakyta yang bernyanyi. Band yang didirikan oleh pihak sekolah ini dan katanya oleh alumni, memang cukup terkenal karena terdiri dari beberapa orang yang anggotanya cukup terkenal dikalangan murid-murid sekolah. Selain ada Nakyta di sana juga terdapat cowo-cowo most wanted sekolah yang ikut bergabung, sehingga ketika tadi giliran mereka tampil hampir seluruh murid berkumpul semua di lapangan, tepatnya di depan panggung untuk menyaksikan penampilan para pria tampan serta satu gadis cantik karena hanya Nakyta disana satu-satunya gadis. "Eh Ky, ntar lu ikut kita nge band di kampus ya buat ngisi acara perpisahan gitu, katanya kan bentar lagi mereka bakalan lulus ... tapi ntar udah wisuda katanya. Bisa 'kan?" Nakyta hanya diam mendengar ajakan Raka padanya. Mereka kini sedang berada di sebuah ruangan untuk para peserta pengisi acara, karena tadi mereka sempat tampil kembali untuk penutupan. "Oke lah tapi jadwalnya nggak bentrok ujian 'kan," jawab Nakyta "Ya nggak lah masih lama santai aja. Nanti gua hubungin lu aja lewat Line grup ya. Eh bagi pin BBM lu aja deh biar gampang ntar," pinta Raka menyodorkan handphone hitam miliknya. "Bentar." Nakyta langsung merogoh jaketnya dan meraba sekitar sakunya. Mencari handphonenya yang tidak ada di dalam saku jaketnya, ia tidak hafal Pin BBM bahkan nomor sendiri pun ia tidak tau. Nakyta langsung menepuk jidatnya ia melupakan sesuatu dan ia semakin panik karena kecerobohannya kali ini, pasti ia akan dapat masalah setelah ini, "Eh Kyky ke kelas dulu ya, minta aja pin Kyky ke Vino dia punya ko. Duluan ya sorry." Dengan terburu-buru menunjuk salah satu teman grupnya yang tengah memegang stik drum yang tak lain adalah Vino. Nakyta berlari keluar ruangan menuju lorong sekolah tanpa menghiraukan tatapan bingung teman band nya itu. Dengan berlari Nakyta menuju kelasnya lalu tersenyum sambil membalas sapaan orang-orang yang menyapanya di sepanjang koridor. Walau panik Nakyta masih menyempatkan diri untuk membalas sapaan dari orang lain. Dengan cepat Nakyta menuju bangkunya dan langsung merogoh kolong meja mencari sesuatu yang sangat penting, bahkan ia tak memperdulikan napasnya yang masih tersenggal. Sesuatu yang membuatnya rela berlari sampai mengucurkan keringat banyak. Nakyta mendesah lega ketika benda yang dicarinya sudah berada dalam genggamannya, untung saja tidak hilang. Handphone yang sedari tadi ditinggalkan olehnya karena sibuk dengan acara manggung tadi. Sebenarnya bukan handphone yang tertinggal di kolong meja sumber kepanikan Nakyta, karena ia bukan type orang yang sangat ketergantungan dengan benda canggih itu, melainkan ia memang harus stay memegang handphone nya untuk menerima pesan atau panggilan dari seseorang. Belum sempat Nakyta mengecek benda itu handphone nya sudah bergetar, ada panggilan masuk untuknya. Jantungnya semakin berdegup kencang, bahkan ini lebih kencang dari lari marathon tadi. Dengan susah payah Nakyta menelan ludah, membasahi kerongkongannya yang terasa kering. Jarinya menggeser tanda jawab dan langsung menempelkan benda tersebut di telinganya. "I ... iya Kak," jawab Nakyta terbata karena tau siapa yang menghubunginya. "Di depan." Suara dingin di seberang membuat Nakyta membeku. Panggilan langsung terputus sepihak hanya dengan dua kata itu Nakyta diam seribu bahasa. Dua kata yang berupa perintah. Tanpa sadar Nakyta menghela napas berat karena sedari tadi ia menahan napasnya. Perlahan tangannya menatap layar ponselnya itu, melihat banyak sekali notifikasi. Ada tiga puluh enam panggilan tidak terjawab, delapan puluh empat pesan yang belum terbuka dan beberapa pesan Line serta BBM yang memenuhi notifikasinya itu dan semuanya dari satu orang yakni Fariz, orang yang bahkan tadi menelponnya. 'Mampus Kyky' batin Nakyta. Nakyta langsung memasukkan barang-barang ke dalam tasnya sadar jika ia sudah di tunggu. Dengan langkah tergesa ia keluar dari kelas, untung sudah masuk jam pulang sekolah. Saat hampir sampai di depan gerbang sekolah mata Nakyta sudah melihat siluit seseorang yang tengah bersandar di dekat pintu mobil dengan tangannya yang terlipat di d**a. Pria yang tengah bersandar di mobilnya dengan pakaian santai. Sebuah tangan yang menggenggam sikutnya berhasil menghentikan langkah Nakyta yang terburu-buru, "Eh ada apa Gala?" tanya Nakyta pada Manggala yang menahan tangannya. "Ehm Ky, kamu … mau … pulang sekarang?" tanya Manggala kikuk. "Iya. Kyky mau pulang udah sore juga," jawab Nakyta dengan tersenyum. Setelah lama akhirnya Manggala memberanikan diri untuk bertegur sapa dengannya. Tidak dapat dipungkiri jika Nakyta merasa senang dengan hal itu. "Mau aku anter?" Tawaran yang sangat menggiurkan untuk Nakyta karena ia sudah merasa rindu dengan kebersamaan mereka dulu tapi. "Sorry Gala, lain kali aja udah ada yang jemput." Tolak Nakyta walau tidak rela tapi ada seseorang tengah berdiri menatap mereka, yang sudah menunggu untuk membawa Nakyta pergi. "Oke lain kali." Walau merasa kecewa namun Manggala masih tetap tersenyum. Nakyta hanya mengangguk dan meminta maaf lagi. Manggala pun langsung pamit dan pergi meninggalkan Nakyta setelah sebelumnya mengacak rambut Nakyta hingga membuat Nakyta bersemu bahkan wajahnya yang putih pun memerah akibat perlakuan sederhana Manggala. Nakyta berlari menyebrang jalan menghampiri Fariz yang sudah berdiri tanpa mengeluarkan sepatah kata pun Fariz langsung menarik Nakyta mendorongnya memasuki mobil. Setelah memastikan Nakyta duduk aman di samping kemudi Fariz berjalan memutar dan langsung duduk di kursi kemudi, menjalankan mobil dengan kecepatan yang tidak terkendali. Nakyta tau kalau saat ini Fariz tengah memendam emosi, terlihat dari wajah Fariz yang menegang dan merah. Rahangnya mengeras menunjukkan bahwa ia tengah emosi. Sesekali Fariz melirik Nakyta yang pucat karena ketakutan, bahkan berkeringat dingin. Namun Fariz masih enggan untuk mengurangi kecepatan mobil, bahkan sekarang ketika berada di jalan layang yang lenggang membuat dirinya semakin menjalankan mobilnya dengan cepat. Nakyta hanya memejamkan mata dan sesekali membuka matanya. Tangannya bergetar mencengkram safety bealt yang ia pasang mendadak tadi. Kuku jarinya memutih dan bibirnya pucat pasi. Nakyta ketakutan, bahkan Nakyta tak henti berdo'a dalam hati. Berdoa agar mereka selamat sampai tujuan. Suara gesekan ban mobil dengan aspal jalan terdengar begitu nyaring. Mobil yang dikendarai Fariz berhenti tepat disebuah bangunan yang tak asing lagi bagi Nakyta. Ini salah satu rumah milik keluarga Fariz dan rumah ini biasa ditempati oleh Fariz atau Nabilla bila sedang berlibur dan juga bila Fariz akan melakukan sesuatu pada Nakyta. Jantung Nakyta berdegup sangat kencang, tubuhnya gemetar dengan memikirkan apa yang akan dilakukan Fariz kali ini padanya. Seketika pintu mobil terbuka dengan tidak sabar Fariz menarik Nakyta untuk masuk ke dalam rumah. Dengan langkah yang di seret, Nakyta berusaha menyamakan langkah kakinya yang kecil dengan langkah kaki Fariz yang lebar bahkan Nakyta sempat tersandung beberapa kali namun Fariz seolah tak peduli dan tetap menyeret Nakyta. "Maaf." Mohon Nakyta setelah Fariz menghentakkannya ke dalam kamar milik Fariz. Kini Nakyta sudah duduk di lantai dan Fariz yang berdiri tepat dihadapannya. "Maaf kak." Dengan mendongkakkan kepalanya menatap Fariz. Matanya berkaca-kaca menahan air mata yang ingin menyeruak keluar. "Buat apa?" tanya Fariz datar. Nakyta hanya menggeleng lemah, ia juga tidak tau untuk apa ia meminta maaf. "Terus?" Nakyta hanya menggeleng dan menundukkan kepala "maaf" lirih Nakyta disertai isak tangis dan pertahanannya runtuh, air matanya keluar juga. Tubuh Nakyta terhuyung berdiri, bahkan belum sempat dirinya tersadar jika sekarang ia sudah berada di dalam bath up, Fariz langsung menyiram seluruh badan Nakyta dengan air shower. Nakyta terperanjat namun tidak bisa melawan. Tubuhnya bergetar ketakutan disertai isakan tangis yang keluar dari bibirnya. Kepalanya tertunduk dengan mata yang terpejam, mengeluarkan air mata yang bersatu dengan air shower yang terus membasahi seluruh tubuh Nakyta hingga seragam yang dikenakan Nakyta pun basah tak bersisa. Dengan cekatan Fariz mengambil sebuah botol, menuangkan cairan itu tanpa perasaan dan langsung mengusapkannya kepada rambut Nakyta. Kepala Nakyta sudah penuh dengan busa shampo dan beberapa busa tersebut mengenai wajahnya hingga Nakyta terus memejamkan matanya karena mulai merasakan perih akibat busa shampo tersebut. Fariz membersihkan rambut Nakyta seolah jika rambut Nakyta itu sangat kotor dan perlu sangat untuk dibersihkan. Bayangan tangan laki-laki itu mengacak serta mengusap rambut Nakyta tadi membuat Fariz berpikir jika rambut Nakyta sudah kotor penuh noda yang harus secepatnya dibersihkan, sebersih-bersihnya. Fariz memang aneh dan gila. Tapi memang inilah kenyataannya. Ia tidak suka jika ada orang lain yang menyentuh Nakyta, terutama pria lain. Hanya dirinya lah yang boleh menyentuh gadis itu, tidak ada siapapun. Biarlah orang lain berpikiran apa, ia tidak peduli. Ia hanya mengikuti apa yang tubuhnya itu lakukan. Setelah diyakini bahwa tidak ada lagi busa yang menempel di rambut Nakyta, dengan cepat Fariz mengambil handuk kecil yang tergantung disamping wastafel dan menyampirkannya dikepala Nakyta. Fariz berjongkok dihadapan Nakyta, tangannya menyentuh dagu Nakyta meminta Nakyta agar menatapnya. Ia juga tidak memperdulikan bajunya yang basah. Mata Nakyta bertemu dengan mata coklat milik Fariz, mata tajam yang tak tersentuh. Tatapan saling menyalurkan sesuatu yang tidak bisa diungkapkan hanya dengan kata-kata saja. Suatu hal yang hanya dapat di mengerti oleh diri sendiri dan juga orang yang bisa lebih peka lagi terhadap sesuatu yang sangat transparan sehingga tak terlihat, perlu hati yang jeli untuk dapat melihat serta merasakannya. "Kamu. cuma. milik. Fariz. Pramudya. Husada.!!" stempel yang tidak dapat di ganggu gugat oleh apapun dan oleh siapapun. - - - "Hachim" Suara bersin di tengah-tengah kegiatan rapat para panitia penyelenggara PENSI itu berhasil membuat orang-orang sedikit terganggu. Semua menoleh pada salah satu gadis yang tengah membersihkan hidungnya yang berair. Sudah kesekian kalinya gadis itu bersin disertai pilek, hidungnya memerah karena flu yang dialaminya. "Maaf." Merasa diperhatikan oleh semua orang Nakyta langsung meminta maaf karena sudah mengganggu mereka dengan suara bersin serta pilek nya. Semua hanya tersenyum lalu kembali melanjutkan rapat dan Nakyta kembali bersin lalu mengambil tissue yang berada dihadapannya. Berhubung Nakyta adalah Sekertaris OSIS di angkatannya, Nakyta harus ikut hadir dalam rapat PENSI untuk acara perpisahan angkatan dirinya yang akan dilaksanakan beberapa bulan lagi setelah hasil pengumuman kelulusan diterima. Selain dirinya, ada juga Ketua OSIS serta beberapa adik kelas yang bergabung di organisasi sekolah itu dan beberapa lagi adik kelas yang ingin membantu acara perpisahan kakak kelas mereka. Tugas Nakyta disini hanya untuk membimbing serta menerima konsep acara tersebut, membantu jika memang adik kelasnya mengalami kesulitan dalam pembuatan proposal. Tugas yang harusnnya sudah di handle oleh kelas dua dan satu, karena setiap ada acara PENSI yang bertanggung jawab membuat acara itu adalah anak-anak kelas satu dan dua sedangkan kelas tiga disini hanya sebagai tamu yang menerima beres. Kelas tiga merupakan tuan rumah yang mempunyai acara tersebut, mereka yang menikmati acaranya karena memang acara PENSI ini untuk merayakan perpisahan mereka. Hal ini memang turun temurun dilakukan oleh pihak sekolah di mana kakak tingkat yang perpisahan, maka adik tingkat yang membuat acara tersebut begitu seterusnya. "Kalau nggak enak badan, kakak bisa pulang duluan. Biar sisanya kita yang urus nanti, kita kasih laporannya ke kakak." Saran Bani Ketua OSIS sekaligus adik kelas Nakyta. Sepertinya tidak tega melihat kondisi Nakyta yang begitu mengenaskan. Nakyta menggeleng sebagai jawaban dan meminta yang lain untuk melanjutkan rapatnya. Memang sebenarnya Nakyta tidak perlu untuk menghadiri dan ikutan rapat seperti ini, namun karena ia ditunjuk untuk mewakilkan teman-teman angkatannya, mengapresiasikan ide-ide temannya untuk menyampaikan hal-hal apa saja yang diinginkan mereka agar ada di acara PENSI itu kepada panitia. Jadi sebelum melaksanakan Ujian Nasional akhirnya Nakyta memutuskan untuk ikut andil dalam rapat kali ini dan menyampaikan pesan-pesan teman angkatannya itu lalu berjanji jika ini rapat pertama dan terakhir yang akan diikutinya karena setelah itu ia akan kembali fokus untuk ujian akhir yang sudah hampir didepan matanya. "Oke jadi tema yang mau kita bawa itu Dark, dresscode yang mau dipake Mafia. Jadi mungkin acara PENSI ini beda dari yang sebelumnya. Kalau gitu acaranya lebih baik diadain malam hari karena aneh kalau temanya kaya gitu tapi di adain siang-siang. Sponsor juga udah ada, tinggal beberapa proposal yang harus di revisi soalnya masih ada beberapa yang harus diubah dan belum tentu. Untuk Kak Bagas sama Kak Kyky makasih udah hadir, mungkin nanti saya kabarin lagi perkembangannya. Ada pertanyaan lain atau tambahan lain?” Semua orang hanya diam tidak mengatakan apapun, sepertinya keputusan sudah ada. “Mungkin cukup sampai di sini aja rapat PENSI kita untuk hari ini. Sampai bertemu nanti." Salam penutup dari sang Ketua PENSI membuat Nakyta mendesah lega. Akhirnya selesai juga. Kepala Nakyta pusing dan badannya sedikit menggigil, sepertinya ia terserang demam. Nakyta merapatkan jaket yang dikenakannya, matanya menoleh ke kanan dan kiri menunggu angkutan umum yang biasa lewat di daerah sekolahnya. Sebuah motor berhenti tepat di depannya membuat Nakyta sedikit memundurkan tubuhnya. "Lu belum pulang Ky?" tanya Bagas setelah melepas kaca helmnya, menatap Nakyta heran. Nakyta mengangguk sebagai jawaban, “Gua anter ya?" Tawaran Bagas membuat Nakyta langsung kelabakan, kepala Nakyta menggeleng cepat dengan kakinya yang melangkah mundur dua langkah menjauh dari motor Bagas yang padahal jaraknya sudah jauh. Bagas mengernyit heran melihat kelakuan Nakyta yang menjauhinya seperti ketakutan, dengan heran Bagas menatap sekeliling memeriksa suatu jika ada yang membuat Nakyta ketakutan. "Ng ... nggak usah makasih. Lagian Kyky juga ada urusan dulu." Tolak Nakyta dan tentunya dengan sedikit berbohong, padahal tubuhnya sudah lelah ingin cepat beristirahat. "Yakin?" tanya Bagas lagi khawatir melihat wajah Nakyta yang pucat. Nakyta mengangguk cepat dan memberi senyum, meyakinkan Bagas. "Oke kalau ada apa-apa lu hubungin gua aja ya. Gua duluan." Motor Bagas langsung melaju pergi meninggalkan Nakyta yang menghembuskan nafas lega sambil menatap motor Bagas yang menjauh. Sebenarnya Nakyta ingin sekali menerima tawaran Bagas tadi, kepala Nakyta sudah pusing dan tubuhnya sudah berontak untuk cepat sampai di kasur, kalau ia menerima tawaran Bagas pasti ia akan cepat sampai dan cepat pula istirahat. Tapi Nakyta takut jika nanti dia akan diketahui oleh Fariz dan membuat Fariz berbuat hal lain lagi padanya, walau sudah dipastikan memang tidak ada tanda-tanda Fariz namun mata-mata dia sangat banyak di sekolah Nakyta, hal itu membuat Nakyta selalu waspada karena semua yang dilakukan Nakyta pasti akan diketahui oleh Fariz. - - - Napas Nakyta tersendat karena flu yang menyerangnya, bahkan Nakyta bernapas melalui mulutnya. Setelah membersihkan tubuh dan meminum obat yang diberikan Ibunya tadi, Nakyta hendak tidur namun karena flu yang membuat Nakyta tidak dapat bernapas dengan baik, akhirnya membuat Nakyta tidak dapat tertidur walau kepalanya sangat pusing seperti di pukul palu bertubi-tubi. Matanya memanas dan merah, sekujur tubuhnya sangat panas padahal Nakyta sangat kedinginan dan menggigil. Dengan terpaksa Nakyta bangkit dari tidurnya, menyandarkan kepalanya di ranjangnya. Setidaknya ini dapat mengurangi napasnya yang tersendat. Dering handphone membuat Nakyta membuka matanya perlahan menatap handphone yang tergeletak disampingnya. Dengan malas Nakyta mengambil benda itu dan melihat siapa yang sudah mengganggu istirahatnya, namun perlahan sebuah senyum menghias di bibirnya melihat nama yang tertera di layar handphonenya itu. "Iya," jawab Nakyta dengan suara yang serak. "Kamu sakit?" Nakyta tersenyum mendengar suara khawatir sahabatnya itu. Padahal Nakyta hanya mengeluarkan suara satu kata tapi sahabatnya itu sudah tau kalau dirinya tengah demam. "Nggak," jawab Nakyta singkat dan tentunya bohong. "Bohong! Sekarang di mana?" Sahabatnya ini memang susah untuk dibohongi, "cuma flu sama demam aja. Iya ini di rumah lagi tiduran. Ada apa Nab?" "Kok bisa sakit?" Pertanyaan Nabilla membuatnya langsung diam. Bagaimana mungkin Nakyta mengatakan alasan kenapa bisa ia sampai sakit kalau ternyata penyebab ia sakit itu ulah kakaknya sendiri. Karena peristiwa kemarin Nakyta jadi seperti sekarang ini, karena perut kosong dari pagi, hanya diisi air serta akibat ulah Fariz yang membuatnya harus selama hampir dua jam mengenakan handuk kimono, menunggu laundryan seragamnya yang basah akibat kelakuan Fariz. Mungkin karena itu Nakyta masuk angin dan menjadi sakit seperti ini di tambah kondisi Nakyta yang memang sudah drop dan kelelahan. "Halo? Ky? Kamu masih di situ 'kan? Halo." "Hah? Ah ... iya kenapa?" "Ck ... jangan banyak ngelamun. Aku nanya kamu kok bisa sakit?" "Nggak apa-apa cuma kecapean aja. Santai aja kali Nab hahahha." "Nggak lucu. Udah istirahat jangan lupa minum obat sama vitaminnya. Aku nelpon tadinya mau nyuruh kamu nginep di sini tapi kagak jadi, kamunya sakit gitu. Ya udah Get Well Soon My Baby. Bye Bye." Belum sempat Nakyta membalas, panggilan sudah terputus. Nakyta mendegus namun detik itu juga tersenyum mendapat perhatian sahabatnya itu. Walau kelakuannya selalu membuat Nakyta menggelengkan kepala karena Nabilla adalah sosok gadis aktif dan selengean yang pernah di kenal Nakyta namun kepeduliannya terhadapan Nakyta membuatnya merasa diperhatikan. Sifat Nakyta yang lembut dan anggun bertolak belakang dengan Nabilla yang serampangan dan tomboy seperti laki-laki. Tapi walau begitu juga Nabilla adalah seorang model dan selebgram yang cukup terkenal. Dengan mengandalkan keahliannya dalam bidang fashion serta kepandaiannya dalam bercakap membuatnya menjadi vlogger di dunia maya. Nakyta menyimpan handphonenya itu di atas nakas. Terdengar suara tangisan suara balita yang membuat Nakyta menoleh kearah pintu kamarnya yang tertutup. Wajahnya langsung mengeras menahan suatu yang selalu disembunyikan dihadapan semua orang. Tangannya mengepal, menggenggam selimut hingga kuku kuku jarinya memutih. Hatinya berdenyut perih mendengar suara tangisan adik laki-lakinya. Umurnya hampir menginjak enam tahun dan itu bukan adik kandungnya. Nakyta bahkan enggan untuk mengakuinya sebagai adik karena Nakyta selalu menganggap anak kecil itu suatu musibah. Adiknya memang terlahir dari rahim ibunya namun ia ada karena suatu paksaan. Hasil dari perbuatan seorang pria b***t yang tidak bertanggung jawab. Samar suara ibunya yang berusaha untuk menenangkan anak kecil itu. Perlahan Nakyta memejamkan matanya, menghirup udara sedalam-dalamnya dan menghembuskannya dengan kasar. Tanpa mau lebih untuk berpikir dan merasakan kepedihan itu serta masa lalu yang tidak ingin ia kenang kembali, Nakyta memilih untuk membenahi bantalnya dan berusaha untuk tertidur dengan posisi duduk menyender. %%%
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD