bc

Gadis Lugu Incaran Tuan Miliarder.

book_age4+
detail_authorizedAUTHORIZED
132
FOLLOW
1K
READ
HE
badboy
kickass heroine
powerful
boss
heir/heiress
bxg
lighthearted
lies
addiction
like
intro-logo
Blurb

Culun dan polos. Julukan itu sudah melekat padaku, apalagi sejak mantan pacarku menghianatiku—lebih buruknya lagi, dia menghamili sepupu ku sendiri. Sejak itu, aku tak lagi percaya pada pria. Rasanya muak, lelah terus-menerus dicampakkan dan ditolak.

Namun, sahabatku selalu mendesak agar aku ikut kencan buta. Tentu saja aku menertawainya. Bayangkan saja! Aku sudah pasti ditolak! 

Pantang menyerah, aku mencobanya sekali lagi. Ketika aku masuk ke sebuah restoran, aku melihatnya; seorang pria seksi, tampan, dan mapan. Mengenakan jas dengan aura maskulin. Ternyata oh ternyata, dia bukan partner kencan buta-ku. 

Setelah malam memalukan itu, ketika aku menganggapnya sebagai teman kencan buta dan muntahin mobilnya. Takdir mempertemukan kami kembali di tempat kerja. Dia adalah bos baru di perusahaanku. Dan paling mencengangkan, dia juga sahabat mantan kekasihku. 

Oh, Tuhan! Apa yang harus aku lakukan? Bagaimana aku menghadapinya?

chap-preview
Free preview
Kencan Buta
POV ELOISE Jika ada nobel award untuk kategori orang paling s**l dalam hubungan, tentu saja aku bisa mengantongi banyak piala. Bahkan seluruh lemari di kamarku dipenuhi semua itu. Tak cukup itu saja, aku juga telah menyandang gelar doktor bidang patah hati. Menyedihkan bukan? Ya, apalagi kalau bukan karena aku seringkali di tolak. Aku tidak pernah menyalahkan para pria itu sepenuhnya. Karena aku yakin, pasti ada sesuatu yang salah dalam diriku. Jenna, sahabatku, selalu berusaha mencarikan aku pasangan dengan mengatur kencan buta. Bahkan malam ini, dia sudah mengatakan jadwal kencan butaku di sebuah restoran, MidTown. Kata Jenna, pria itu sahabat dekatnya. Itu sebabnya dia sangat ngotot mendesakku untuk ikut kencan buta ini. Dia juga selalu merengek agar aku mau mendengarkan nasehatnya. Tentu saja Jenna menunjukkan foto pria itu padaku sampai-sampai aku ingin mengenalnya lebih jauh. Beberapa kali pria itu juga mengirimkanku bunga. Karena tak ingin bersikap kasar, akhirnya aku memutuskan untuk menolaknya secara langsung saja. Hmmmm, siapa namanya? Aku juga tidak ingat. Tiba di depan restoran, aku menyelipkan helaian rambut pirangku yang bergelombang ke belakang telinga. Kemudian menambahkan blush on serta lip gloss untuk mempercantik penampilanku. Berhenti sejenak, aku baru sadar kalau aku tidak memakai softlens. Kontan saja, mata hijau milikku tampak berkilau. Padahal, aku tidak suka warnanya. Itu mengapa, terkadang aku pakai softlens coklat untuk menutupinya. Setelah selesai touch up, aku memarkir mobil lalu keluar. Restoran yang dijanjikan benar-benar mewah. Suasananya romantis. Dari kejauhan terdengar alunan piano dari dalam tempat itu. Jika dipikir-pikir, mencoba kencan buta tidak buruk juga. Dengan kepercayaan diri yang tinggi, aku masuk lobi. Seorang pelayan mengenakan kemeja putih, rompi hitam dan dasi kupu-kupu menghampiri dengan senyuman. “Selamat malam, Nona. Ada yang bisa saya bantu?” “Ya, saya sudah reservasi tempat atas nama Eloise Walker.” “Oh, Eloise Walker.” Pelayan itu mengkonfirmasi tanpa melihat buku tamu lagi. “Reservasi Anda untuk dua orang, ‘kan? Apa Anda masih menunggu teman kencan Anda?” “Tidak, seharusnya dia sudah ditempat. Dia bilang sudah datang. Saya akan mencarinya.” Aku memindai sekeliling restoran dan mataku langsung tertuju pada seorang pria yang tengah duduk di sudut kanan dekat jendela sambil menyesap sampanye. Pria itu satu-satunya orang yang makan malam di restoran itu. Tanpa pikir panjang, aku pikir dia orangnya. Hanya dengan melihat bahunya yang lebar dan setelan jas, membuat jantungku berdebar sangat kencang. “Baik, Nona. Selamat datang di La Fantaisie,” ucap pelayan itu seraya mengizinkanku masuk. Meski sedikit ragu, aku benar-benar melangkahkan kaki ke arah pria itu. Dalam hati aku terus bertanya-tanya, bagaimana caraku memperkenalkan diri? Ketika langkah kaki mulai dekat, perlahan tapi pasti pandanganku mulai fokus. Aku sungguh terkejut melihatnya. Dia definisi dewa turun dari kayangan! Sungguh mempesona. Pria itu memancarkan aura yang sangat mematikan. Bahkan kata tampan saja tidak cukup untuk menggambarkan bentuk fisik dan wajahnya. Setiap pahatan wajah dan tubuhnya terlihat begitu sempurna. Aku belum pernah melihat pria tampan dan mempesona seperti dirinya. Warna kulit kuning langsat dengan rambut hitam legam, merupakan perpaduan yang sangat indah. Hidung bangir dan bibir menawan … sungguh menggoda. Tampak tegas, merah merona dan rasanya … aku ingin meraupnya! Dengan berbalut jas biru tua yang membentuk tubuh atletisnya, menjadikan pria itu sangat sempurna untuk semua kaum hawa. Bulu-bulu tubuhnya meremang. Ya Tuhan! Pria itu sungguh menakjubkan seperti tokoh pria dalam cerita romantis. Selangkah lebih dekat, dia mendongak hingga kami bersirobok. Rahangnya tampak mengeras dengan kerutan di wajahnya. Melihat itu, aku terperanjat dan hampir terjatuh. Namun, dia gegas beranjak dari duduk lalu menahan tubuhku yang hampir terjatuh. “Aku berhasil menangkapmu,” ucapnya dengan intonasi datar dan membuat penasaran. Dia berhasil menahan tubuhku dengan cepat. Apa dia tahu kalau aku akan jatuh? Pria itu menenangkanku sebelum kembali duduk dan menyantap makanannya. Dia pasti kesal. Aku memandang ke arah piring yang sudah habis sebagian isinya. Dengan gugup, aku menggigit bibir bawahku. Bahkan hanya dengan menatap matanya, membuat tubuhku gemetar. Aku mengernyit heran. Dia sudah makan? Kenapa tidak menungguku datang dulu? Apa karena aku terlambat sampai-sampai tak bisa menahan lapar? Aku duduk di kursi kosong, seberang nya. Biasanya, aku menunggu lawan bicaraku untuk memulai obrolan. Tapi karena pria itu sangat menawan, aku pun tak bisa menahannya. “Hai!” sapa aku seraya berdeham. “Ya, hai!” Dia berhenti mengunyah steak. “Aku Eloise.” Aku mencoba mencairkan suasana dengan terkekeh pelan. “Anda mau pesan apa, Nona?” tanya seorang pelayan menjeda perkenalan mereka. Mataku menatap pria itu. “Hmmmm, aku pesan yang sama seperti … dia” Aku sempat menggantungkan ucapanku seraya menelan ludah. "Baik, Nona.” Pelayan itu tersenyum sebelum beranjak. “Maaf aku agak terlambat,” ucapku memecah keheningan. Mengapa hanya aku yang bersemangat memulai percakapan? “Aku tahu,” ucapnya dingin. Apa aku membuatnya marah? Dia bahkan tidak ingin menatapku dan menghentikan aktivitasnya. Aku mengamatinya saat mengambil kain putih lalu menyeka sudut bibirnya. “Namamu siapa?” tanya aku. Kemudian dia menghela nafas lagi, menyesuaikan posisi duduknya dan menegakkan punggungnya. “Adam.” Alisnya bertaut tapi dia tidak mengulurkan tangan. Tapi, aku lebih suka memanggilnya, Tuan Tampan. “Terima kasih atas bunga yang kau kirimkan. Kau sungguh perhatian.” Dia mengangkat alisnya namun tidak merespon. Oh! Itu bukan ekspresi yang aku harapkan. Dia tampak bosan dan tidak tertarik. Mungkin dia mengira aku lebih cantik di foto daripada aslinya. Apa dia berubah pikiran? Aku pernah menjalin hubungan cukup singkat, jadi aku tahu kapan pria merasa jenuh dan tidak tertarik pada lawannya. “Baiklah, kurasa aku pergi saja,” ucapku seraya berpamitan. “Kenapa pergi? Kita bahkan belum melakukan apa-apa.” Tuan Tampan itu tersenyum. Hal itu membuat hatiku menghangat. Tak ingin membuang kesempatan, aku pun membalas senyumnya. “Ya, kau tahu, Adam. Aku sebenarnya tidak terbiasa dengan ini. Hanya saja Jenna memaksaku …” “Ini menarik,” sela Adam seraya menuangkan sampanye untukku dan dirinya. “Jangan khawatir, aku yang traktir.” Aku hanya mengangguk, senyum-senyum seperti orang gila. “Dia juga bilang begitu padaku.” “Bilang apa?” Adam memutar gelas sampanye lalu menghidu aromanya. Aku tak bisa menahan diri. Aku menggigit bibir bawahku. Mengamati pemandangan di hadapanku yang begitu mempesona, bagaimana bisa aku tidak tergoda? Ponselku tiba-tiba bergetar, mengganggu momen itu. Aku permisi sambil melihat layar ponselku. Itu Jenna. Mungkin dia penasaran dengan pertemuan kita. “Boleh aku angkat teleponnya?” Aku meminta izin pada si Tuan Tampan yang hanya dijawab dengan bahu terangkat. Sedikit menjauh, aku menjawab panggilan itu. “Halo, Jenna?” "Syukurlah kau menjawab, Eloise. Kau dimana? Aku sudah menelponmu berkali-kali!” Aku terkekeh pelan. “Santai saja, aku baik kok. Aku sudah disini. Hei! Kau tidak bilang apa-apa tentang pria ini,” ujarku seraya melirik Tuan Tampan. Adam juga memandang ke arahku dengan tatapan yang intens dan menawan. Aku langsung mengalihkan pandanganku. “Apa yang kau katakan? Kau dimana? Kami sudah disini!” “Kau di restoran?” Aku mengerutkan kening, bingung. “Ya astaga, Eloise! Nick sudah menunggumu disini. Kau dimana?” "Sudah kubilang, aku sudah di sini. Jenna, jangan ganggu aku. Ini pertama kalinya seorang pria bertahan di dekatku lebih dari lima menit," bisikku di ujung panggilan. Aku menggigit bibir bawahku lagi seraya melirik Adam dan dia membalas tatapanku. "Apa yang kau katakan sih? Nick disini bersamaku! Dan dia sudah menunggumu setengah jam yang lalu," kata Jenna dengan nada emosi. Apa yang baru saja dikatakannya? Dan aku tidak peduli nama teman kencan buta yang disebutkan Jenna. “Dengar, Jenna. Aku tidak tahu—” Tiba-tiba aku tersadar. Ya Tuhan! Bagaimana mungkin! Aku melihat Adam mendekat. “Kau bukan teman kencan butaku?” Adam menggelengkan kepala. “Dan kau sudah tahu?” Adam hanya menyeringai tipis. “Hei, kenapa kau tidak bilang!” "Halo, Eloise? Halo!" Jenna berteriak di ujung panggilan.. Ya Tuhan, sungguh memalukan! Kepalaku terasa berdenyut. Mungkin dia mengira aku ini bodoh! "Nah itu dia!" Jenna akhirnya tiba bersama Nick. Pria itu terlihat … biasa saja. "Bolehkah aku meminjamnya sebentar?" Sama sepertiku, Jenna tersenyum pada Adam sangat manis, jelas karena terpesona. "Silakan," jawabnya. Jenna lantas meraih tanganku lalu menarikku ke meja yang mereka pesan. ***

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

My Mate and Brother's Betrayal

read
642.0K
bc

The Pack's Doctor

read
306.7K
bc

The Triplets' Fighter Luna

read
259.8K
bc

Claimed by my Brother’s Best Friends

read
337.8K
bc

Her Triplet Alphas

read
8.4M
bc

La traición de mi compañero destinado y mi hermano

read
213.3K
bc

Ex-Fiancé's Regret Upon Discovering I'm a Billionaire

read
185.4K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook