Prolog

1040 Words
Agatha Georgenette Fletcher “Kau kenapa, nak?” Tanya ibuku saat aku keluar dari Toilet. Aku menggeleng, “tidak apa, bu. Aku hanya masuk angin, mungkin?” ujarku membuat ibuku mengerutkan dahinya, bingung akan gejala-gejala tidak enak badan yang sudah ku alami sejak beberapa hari yang lalu dan semakin parah dari hari ke hari. “Tapi, kau mual-mual dari tiga hari yang lalu, kau butuh diperiksa, nak," ujar ibuku membuat Jantung-ku berdegup kencang. “Tidak usah, Bu. Aku baik-baik saja," ujarku, mengabaikan ibuku dan meninggalkannya untuk mengerjakan pekerjaan lainnya yang harus selesai hari ini juga. Aku melewati Kamar Mr. Shane tapi aku memanggilnya Harry karena Anne menyuruhku memanggilnya Harry saja, karena umurku dengan Harry tak terlalu berbeda jauh. Ibuku adalah pembantu di Rumah ini, aku disini karena diajak Anne dan sekalian membantu Ibuku, gajinyapun bertambah. Tak masalahkan aku membantu ibuku? Kamar itu, mengingatkanku dengan kejadian satu bulan lalu. Dimana saat tengah malam, aku mendengar bel berbunyi, dan teriakan Harry dari luar sana. “Cepatlah buka!!” Aku membuka pintunya, tampaklah Harry dengan mata merah dengan jas kerjanya, aku menuntunnya menuju Kamarnya setelah aku mengunci pintu utama. Aku melepaskan sepatu Harry dan jasnya saat itu, kewajibanku sebagai seorang pembantu di rumah ini tentu lah merawat majikannya yang sedang tidak dalam kondisi baik-baik saja, tapi kejadian yang tak terduga membuatku pusing sampai sekarang. Harry Shane, ciuman pertamaku. Tanpa rasa cinta, dan kasih sayang. Dia terus menghujami-ku malam itu, tanpa rasa bersalah dan saat pagi-nya dia memarahiku dan mengataiku jalang. Bisa-bisanya dia seperti itu? Aku tak tahu harus marah kepadanya atau tidak, tapi kedaannya sedang mabuk saat itu. “Jangan beri tahu siapa-pun, hanya kita berdua yang tahu. Jika salah satu orang disini yang tahu, tak segan-segan aku memecat kau dan ibumu. Lalu, semua yang telah ibuku berikan pada ibumu harus kau kembalikan," ujarnya saat itu dan diriku yang bodoh ini hanya bisa mengangguk menurut. Hatiku selalu sakit saat mengingat itu. Suaranya selalu mengaung saat malam hari, mengulang setiap kejadian dia menghujami-ku tanpa ampun. Seolah-olah dia tuli akan permohonanku saat malam itu, sakit, tidak ada rasa nyaman yang ku dapatkan, ditambah mengetahui fakta jika pria ini mencintai wanita lain membuatku kian terpuruk. Semua ancamannya selalu mengganguku setiap aku melihat wajah tampannya yang sedari dulu aku kagumkan. Aku cukup senang sekarang, Anne berada di sini. Aku berasa agak nyaman jika ada Anne disini, Harry tak akan berani mengancamku atau dengan brengseknya membawaku kekamarnya. Tapi, pasti Anne tak akan lama disini, dia akan kembali ke Holmes Chapel, salah satu daerah di Inggris. Anne adalah malaikat penyelamat ku, Ia adalah ibu yang sangat baik untuk Pria Arogan seperti Harry. “Hoek.” Aku kembali membawa tubuhku ke wastafel dapur, aku baru saja selesai membantu ibuku memasak makan malam untuk Harry dan Anne, dan bau masakan itu membuatku mual. Bau bawang dan segala macam bau menyengat yang membuatku sangat tidak nyaman, Aku ingin muntah! “Agatha, kau benar-benar harus ke dokter, sayang. Aku khawatir terhadap-mu, nak.” “Tidak apa-apa, Ibu. Tenanglah," ujarku untuk menenangkan Ibu. Aku segera membersihkan mulutku, dan hendak mengantarkan buah ke meja makan. Saat dilorong menuju ruang makan, aku mendengar pentengkaran disana. “Bu! Tolonglah, kenapa kau tak merestui hubunganku dengan Angelica? Dia cantik, dia baik!!” Aku mendengar Harry berteriak disana, disambut dengan suara dentingan dari sendok yang beradu dengan Piring. Oh Tuhan, Ia baru saja membentak Ibunya sendiri. “Harry! Jika kau ingin menikah, pilihlah wanita yang tepat! Angelica tidak baik untuk-mu, sayang.” Ujar Anne disana, terlihat sangat kesal dengan Anak Lelaki nya. “Apakah Ibu tak melihat betapa Angelica sangat baik? Aku akan melamarnya minggu depan, bu.” “Aku tidak setuju! Aku tidak akan hadir disana, jika kau benar-benar akan menikah dengannya, kau bukan anakku lagi!” ujar Anne secara final, Ia segera pergi dan meninggalkan Harry sendiri di Meja makan. Harry akan melamar Angelica? Pacarnya yang sering datang kemari? Kenapa relung hatiku seperti mengeluarkan api? “Agatha?” Disana, aku melihat Anne sedang menangis, sedih akan kelakuan anaknya tersebut. Hari ini, mungkin hari yang spesial untuk Harry dan Angelica. Harry akan melamar Angelica malam nanti, dan kabarnya Angelica dan Ibunya akan kemari aiang ini. Oh, aku berdoa agar aku diberikan kesabaran dan kekuatan hati dari Tuhan. Ting Tong! Suara bel menggema, Harry dengan senyum manisnya berjalan menuju pintu utama, tapi aku tak melihat Anne sedari tadi. Pria itu pasti siap menyambut kedatangan kekasihnya dan ibu dari kekasihnya tersebut, bersiap membicarakan tentang segala keseriusan mereka untuk membangun rumah tangga bersama dan aku harus turut berbahagia walaupun jujur, ini sangat menyakiti hatiku. "Hei, sayang.” Ujar Harry lalu mencium bibir Angelica dan dia memeluk ibu Angelica, mereka terlihat sudah sangat dekat dan setauku, mereka telah menjalin kasih selama beberapa tahun lamanya hingga mereka siap untuk menikah dan membangun rumah tangga seperti sekarang. “Hai, Mom.” Bahkan, dia sudah memanggil ibu Angelica dengan sebutan Mom! Kurasa Harry sangat berkomitmen dengan Angel, dia sangat serius dengan segala hal menyangkut Angelica, betapa beruntungnya Wanita itu. Mereka duduk di Sofa, Harry menatap tajam kearahku. “Buatkan minum!” Ujarnya, aku tersentak kaget lalu mengangguk. “Dan panggilkan ibuku.” Aku segera membuat minuman setelah aku menghampiri Anne dikamarnya dan dia hanya menjawab ‘nanti.’ Kenapa rasanya begitu menyakitkan ketika melihat Harry mencium Angelica tadi, aku bahkan masih bisa merasakan denyutan kesakitan di dalam hatiku ini. Hey, sadarlah Agatha! Kau hanya anak pembantu! gadis batinku memukul kepalaku. Aku mengantar minum ke ruang tamu, tatapan tajam dari ketiga orang disini terpancar menusuk tubuhku, membuatku ingin cepat-cepat pergi dari sini. Aku berbalik, terkejut atas kehadiran Anne yang tiba-tiba dibelakangku. Aku sedikit menunduk dan tersenyum pada Anne menandakan kesopananku pada majikanku, dan hendak kedapur kembali. “Tunggu, Agatha.” Anne menggapai pergelangan tanganku, membuatku terhenti dari jalanku. Tatapan tajam kembali aku dapatkan, terutama dari Angelica yang duduk disamping Harry. Anne mengeluarkan benda tipis dari kantung gaun miliknya, “kau hamil? Anak siapa?” Dia mengeluarkan testpack dari sana yang menunjukan dua garis merah. Ya Tuhan, aku baru teringat testpack itu! Disana, aku melihat kebelakang, melihat ibuku sedang menahan tangisnya dengan tatapan kecewa disana. Angelica dan ibunya dengan pandangan terkejut dan penasaran. Harry dengan tatapan marah dan berasap-asap disana. Tidak lagi, aku tidak ingin ayah dari anakku menjadi orang pertama yang menolak kehadirannya. I’m Done. It’s Difficult.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD