Pukul 07.00 WIB, di Kediaman Akhtar.
Hari ini adalah hari yang paling bahagia bagi Akhtar. Hari ini adalah hari terakhir ia berstatus jomblo. Dan yang ia harapkan menjadi jodohnya pun terkabul. Jujur ia sangat bahagia sampai ia tidak bisa tidur gara-gara memikir acara yang dilaksanakan hari ini. Hal lain yang membuatnya bahagia adalah tempat yang menjadi saksi bahwa Akhtar dan Afifa sah menjadi sepasang suami istri adalah di Masjid yang sangat Akhtar sukai, yaitu di Masjid Cahyaningati Permata.
Akhtar sedang bersiap-siap di rumahnya ditemani oleh sahabatnya, Dani. Akhtar memakai pakaian yang warnanya sama dengan Dani. Akhtar memakai jubah bewarna putih dengan memakai surban di kepalanya. Akhtar terlihat sangat tampan dengan memakai pakaian itu. Aura ketampanannya selalu terpancar dimana pun berada.
Dani menatap Akhtar dengan senyuman yang tidak dapat di artikan. Disatu sisi ia merasa bahagia sahabatnya akan menikah dengan orang yang dicintai. Disisi lain Dani juga khawatir jika Akhtar akan disiksa oleh Afifa. Tapi yang terpenting adalah sahabatnya bahagia. Itu sudah membuat ia bahagia pula.
"Aku kalau lagi liat kamu kok kayak lihat artis India yang namanya Adnan Khan ya" ucap Dani dengan duduk di kursi panjang dan tangannya yang dilipat di depan d**a.
Akhtar menatap Dani. Ia tersenyum lalu menghampiri Dani yang sedang duduk.
"Biasa aja lah. Masih ganteng juga Nabi Yusuf"
"Aku seneng lihat kamu bahagia. Aku berharap semoga acara kamu lancar dan kamu sama Afifa bisa jadi keluarga yang Sakinah Mawadah Wa Rahmah" ucap Dani. Lalu Akhtar memeluk Dani.
"Makasih Dan. Kamu sahabat aku yang paling baik dan paling ngetein aku. Do'a aku semoga kamu juga bisa cepet nyusul" ujar Akhtar. Lali mereka saling melepaskan pelukan.
"Aamiin... Makasih Tar. Yaudah kalau gitu, kita berangkat ke Masjid. Semuanya udah nunggu" ajak Dani. Namun tiba-tiba Akhtar merasakan kesakitan di pinggangnya lagi.
"Aaarrrggghhh... "
"Tar, kamu kenapa? Pinggang kamu sakit ya?" tanya Dani khawatir dengan Akhtar.
Akhtar menggelengkan kepalanya sambil memegangi pinggangnya.
"Enggak. Aku nggak papa. Tadi aku udah minum obat. Kita berangkat aja ke Masjid. Semuanya pasti udah nungguin kita" ucap Akhtar sambil berusaha berdiri dengan di bantu Dani lalu keluar dari kamar Akhtar.
Pukul 07.00 di kediaman Afifa.
Afifa merasa sangat risih ketika ia dipakaikan gaun pengantin bewarna putih. Ia juga merasa risih memakai henna di tangannya dan make up yang di poleskan di wajahnya oleh Maya. Sungguh ia sangat tidak ingin melakukan pernikahan ini. Afifa sudag berusaha untuk meminta pertolongan pada David, pacarnya. Tapi David malah tidak menjawab panggilannya. Akhirnya dengan pasrah Afifa melakukan pernikahan ini tanpa cinta.
Maya menatap wajah Afifa yang sudah cantik. Ia tahu jika Afifa sebenarnya tidak ikhlas melakukan pernikahan ini. Ia mengetahuinya dari Akhtar. Beberapa hari lalu ia ke rumah untuk mengumpulkan tugas dari Akhtar.
Maya sudah berusaha untuk menasihati Afifa. Namun bukan namanya Afifa jika ia tidak keras kepala. Dari dulu memang Afifa sangat keras kepala.
"Afi. Aku mohon sama kamu, kamu jangan kayak gitu. Akhtar itu mencintai kamu tulus. Aku mohon banget sama kamu. Kamu putusin David, pacar kamu itu. Kamu tahu kan kalau pacaran itu di larang oleh agama. Emang kamu mau kalau-" ucapan Maya dipotong oleh Afifa.
"Aargghhh!!! Kamu bisa diem nggak. Aku ini lagi pusing. Lagi bingung. Bukannya kamu bantuin malab kamu bikin aku makin pusing" ucap Afifa dengan suara yang sedikit teriak.
Maya terkejut sahabatnya berubah menjadi seperti ini. Afifa yang dulu bukan seperti ini. Afifa yang dulu adalah Afifa yang sangat lembut tutur katanya. Tapi sekarang kemana Afifa yang dulu? Afifa yang dulu bagaikan ditelan bumi.
Merasa kesal dengan Maya, Afifa memilih keluar dari kamarnya dan turun menuju ke ruang tamu.
Pukul 09.00 di Masjid Cahyaningati Permata Malang.
Di Masjid sudah banyak mobil yang terparkir di halaman Masjid. Semua keluarga sudah berkumpul. Tamu undangan pun sudah bersiap disana. Pengurus Masjid pun juga ikut melihat acara akad nikah Akhtar dan Afifa. Banyak sekali wanita bercadar yang berada di Masjid ini. Menambah kesan suasana yang sangat sakral. Acara pernikahan ini memang sangat sederhana. Tidak ada acara resepsi karena permintaan Akhtar. Katanya jika ada resepsi akan membuang-buang waktu, tenaga, dan uang saja. Orang tua Akhtar pun hanya menurut saja.
Mobil bewarna putih yang ditumpangi oleh Akhtar dan Dani sampai di halaman Masjid. Semuanya beralih menatap kedatangan mobil itu. Mobil itu di hiasi bunga di bagian depan mobil. Mobil Akhtar sudah terparkir di tempat parkir. Akhtar dan Dani keluar dari mobil. Semua pasang mata menatap kagum Akhtar.
"Masyaallah Far. Itu anak kamu ganteng banget" ucap Afnan yang berada di sebelah Fareezi.
"Dari lahir dia memang tampan. Katanya Akhtar ini kayak orang India" ucap Fareezi.
"Emang sih, kayak orang India. Mirip malahan"
"Assalamualaikum Pa, Om!" ucap Akhtar sambil bersalaman dengan mereka berdua. Dani pun melakukan hal yang sama dengan Akhtar.
"Waalaikumussalam" jawab Fareezi dan Afnan serempak.
"Gimana Tar, gerogi nggak?" tanya Fareezi.
"Sedikit pa. Tapi nggak papa. Insyaallah Akhtar bisa" jawab Akhtar.
"Yaudah kalau gitu kita masuk aja! Penghulunya bentar lagi sampai" ajak Fareezi.
Mereka semua pun masuk ke dalam Masjid. Di dalam Masjid, sudah tersedia meja kecil yang digunakan untuk meletakkan surat-surat nikah, mahar, dan mikrofon untuk mengeraskan suara.
Akhtar sedang duduk di meja yang sudah disiapkan sambil memainkan ponselnya sebentar. Lalu tak lama kemudian Akhtar mematikan ponselnya dan memberikan kepada Dani untuk disimpan.
Tiba-tiba perasaan Akhtar sangat gugup. Jantungnya berdetak kencang. Ia berharap semoga acaranya akan lancar dan tidak ada kendala.
Tak lama kemudian penghulu yang akan menikahkan Akhtar dengan Afifa datang. Penghulu itu memakai jas hitam, kemeja putih di dalam jas dengan memakai kacamata. Akhtar menyambutnya dengan bersalaman dengan penghulu itu. Lalu penghulu itu duduk di depan Akhtar namun tidak berhadapan.
Kemudian disusul oleh wali nikah perempuan, ayah kandung Afifa yaitu Afnan yang duduk berhadapan dengan Akhtar.
Penghulu itu mengambil mikrofon lalu mendekatkan ke mulutnya dan segera membuka acara akad nikah ini.
Kemudian rangkaian acara seperti pembacaan ayat suci Al-Qur'an dan seterusnya di mulai. Setelah rangkaian acara selesai, acara terakhir pun dimulai, yaitu pengucapan ijab qabul.
Akhtar berdoa didalam hati, semoga ia tidak salah mengucapkan ijab qabul nya dan semoga acaranya lancar tidak ada kendala.
"Mempelai pria sudah siap?"
"Siap pak" jawab Akhtar sambil mengangguk.
"Kalau begitu Pak Afnan silahkan menjabat tangan ananda Akhtar untuk mengucapkan!"
Afnan dan Akhtar saling berjabat tangan dengan tangan kiri mereka masing-masing memegang mikrofon.
"Ankahtuka wazawwajtuka makhtubataka binti Afifa Fathima Mumtaza alal mahri khamsat gharamat min aldhahab wamajmu'at min 'adwat alsala hallan"
“Qabiltu nikahaha wa tazwijaha alal mahril madzkur wa radhiitu bihi, wallahu waliyu taufiq”
"Bagaimana para saksi?"
"Sah!"
"Sah!"
"Sah!"
"Alhamdulillah..."
"Barakallah..."
Kemudian penghulu membacakan do'a pernikahan karena Akhtar dan Afifa susah sah menjadi suami-istri.
Alhamdulillah part ini selesai juga.
Maaf kalau digantung.
Dan
Maaf kalau jelek.
Makasih yang udah mau baca cerita aku.
See U ❤