1. Bertemu

1032 Words
Bandara Internasional Los Angeles (LAX). Seorang laki-laki tampak terburu-buru berjalan menuju mobil yang sudah disiapkan untuk menjemputnya, pikirannya hanya fokus untuk segera mendatangi kantor tempat digelarnya acara untuk penyambutannya sebagai CEO baru di perusahaan MR Group, Ltd. Karena takut terlambat, lelaki itu tanpa sengaja menyenggol lengan seorang gadis yang terlihat sibuk dengan ponselnya, hingga akhirnya ponsel milik gadis itu terjatuh. Dengan cepat sang lelaki mengambil ponsel itu dan menyerahkannya kepada sang pemiliknya, tidak lupa ia juga mengucapkan kata maaf sebagai penebus kesalahannya. Melihat sang gadis mengangguk dan tampak tidak keberatan dengan insiden ini, sang lelaki langsung pergi tanpa mempedulikan sekitarnya lagi, waktu yang semakin mepet dan getaran ponsel yang tidak berhenti sedari tadi, membuat ia ingin segera terbang agar cepat sampai ke tempat tujuannya, namun sayangnya ia tidak memiliki sayap, jadi dia hanya mengandalkan kakinya untuk berjalan dengan setengah berlari, dan tanpa sadar lelaki itu telah meninggalkan dompetnya yang terjatuh di saat ia sedang mengambilkan ponsel milik gadis itu. Melihat orang itu sudah berjalan menjauh, Vanessa bergumam, "Untung layarnya tidak pecah." Sambil membolak-balikkan ponselnya, guna meneliti adakah kerusakan pada ponselnya atau tidak? Vanessa kembali lagi mencari nomor sahabatnya untuk memberi kabar jika ia sudah sampai di Los Angeles, tangan dan matanya yang sibuk mengetikkan pesan membuatnya tanpa sengaja menginjak sesuatu di bawah sana. Vanessa mengernyitkan dahi ketika melihat dompet berwarna hitam yang tanpa dosa telah terinjak oleh kakinya, kemudian ia membungkuk untuk mengambil dompet tersebut. "Punya siapa?" gumam Vanessa, melihat orang sekitar yang tampak tenang dan tidak ada yang terlihat sedang mencari dompet, dengan berani Vanessa membuka dompet tersebut untuk mencari tahu soal pemiliknya. Vanessa menutup mulutnya yang menganga karena terkejut dengan foto yang terdapat dalam dompet tersebut, bukan karena wajah di foto itu yang terlalu tampan. Namun, pemilik dompet ini adalah orang yang menyenggolnya tadi, dengan segera Vanessa mencabut kartu nama yang berada di dalam dompet tersebut. "Morgan Rodriguez," gumam Vanessa membaca barisan nama yang berada di dalam kartu tersebut. "MR Group," lanjutnya membaca nama perusahaan yang ia tebak adalah tempat bekerjanya orang tersebut. Vanessa cukup mengenal perusahaan ini, yaitu perusahaan yang berada di bawah naungan perusahaan Miller Corp, sebab di sinilah tempat sahabatnya bekerja. "Aku harus segera mengembalikan dompet ini," gumam Vanessa setelah mengembalikan kartu nama tersebut kembali ke tempatnya. Banyaknya kartu-kartu penting dan uang cash yang tidak diketahui berapa banyak jumlahnya, membuat Vanessa merasa tidak enak jika tidak segera mengembalikannya. "MR Group, Ltd. Aku datang ...." *** Sedangkan di dalam mobil mewah yang hampir sampai di perusahaan tersebut. Morgan segera memakai jasnya yang sedari tadi hanya ia sampirkan di lengannya. Merasa ada yang janggal dengan saku jasnya, Morgan segera memeriksanya. "Astaga! Dompetku terjatuh, terjatuh di mana ya?" Morgan tidak bisa berpikir lebih lanjut, karena mobil sudah belok di basement perusahaan tersebut. Morgan segera turun dari mobilnya, dia tidak mempedulikan lagi dompetnya yang terjatuh itu, karena dia tidak perlu pusing jika kehilangan sesuatu di negara ini, sahabatnya yang berkuasa di negara ini sudah pasti bisa membantunya mencari dompetnya yang telah hilang itu. Saat Morgan memasuki lobby kantor, semua mata langsung tertuju ke arahnya, kompak semua menundukkan kepalanya sebagai tanda penghormatan kepada CEO mereka yang baru, ucapan selamat datang pun tak luput dari mulut semua karyawan. Tidak ada satu kata pun yang keluar dari mulut Morgan, bahkan dia pun tidak perlu repot-repot memberikan senyuman hanya untuk sekedar basa-basi saja. Hanya satu kali anggukan kepalanya saja, ia rasa sudah cukup untuk membalas keramahan semua karyawannya. Morgan langsung digiring oleh para petinggi perusahaan tersebut, diikuti oleh karyawan yang lain ke tempat di mana tergelarnya acara. Acara berakhir tepat di jam makan siang, semua orang membubarkan diri untuk menuju kantin perusahaan, begitu juga dengan Anne yang menjadi sekretaris Morgan. Anne adalah sahabat Vanessa. Ponsel milik Anne bergetar untuk ke sekian kalinya, dengan kesal Anne merogoh sakunya dan siap untuk memaki sang penelepon, bisa-bisanya orang ini mengganggu di waktu jam kerja. "Nessa," gumam Anne seraya mengernyitkan dahi, ia bingung kenapa sahabatnya yang berada di Indonesia menghubunginya. Hingga membutuhkan waktu beberapa detik, sampai akhirnya Anne mengingat sesuatu. "Halo, Nessa. Astaga! Maaf aku melupakanmu," pekik Anne di sambungan telepon tersebut. "Tidak masalah, beginilah risiko mempunyai sahabat pelupa," sindir Vanessa pura-pura kesal. "Aku sudah berada di lobby kantormu." Lanjutnya. "Baik, aku akan segera ke sana," sahut Anne seraya terburu-buru melangkahkan kakinya menuju lobby kantor. Setelah itu panggilan terputus. Saat sampai di bawah, Anne langsung memeluk Vanessa kegirangan. "Aku merindukanmu," ujar Anne seraya menitikkan air matanya. "Aku juga sangat merindukanmu," balas Vanessa yang tidak mau kalah. "Aku tahu itu, buktinya kamu langsung datang ke sini menemuiku daripada ke apartemen terlebih dahulu." "Kamu terlalu percaya diri, aku datang kemari untuk mengembalikan dompet milik orang yang bekerja di sini," sahut Vanessa sambil menyerahkan dompet yang ia ambil dari sakunya. Anne mengernyit, lalu ia segera membuka dompet tersebut, di detik kemudian, mata Anne terbelalak ketika mengetahui pemilik dompet ini. "Bagaimana bisa kamu mendapatkan dompet CEO kami?" tanya Anne penuh selidik. "Hei, jangan berpikir macam-macam! Aku menemukannya di bandara," sahut Vanessa sambil menoyor kepala Anne. Vanessa sangat hafal dengan sahabatnya yang suka berpikir aneh-aneh. "Oh, aku kira kamu baru saja menghabiskan satu malam dengan dia," ujar Anne sambil terkekeh. Benar bukan tebakan Vanessa? sahabatnya itu memang suka berpikir yang aneh-aneh. "Aku bukan kamu!" sahut Vanessa tidak terima. "Sudahlah, aku mau pulang ke apartemen, kamu berikan saja dompet itu padanya." "Baiklah, istirahatlah dengan nyaman, kita akan bertemu lagi nanti sore." Mereka berpelukan, lalu kemudian Vanessa melangkahkan kakinya keluar dari kantor tersebut.. Sedangkan di sisi lain, Morgan yang baru saja keluar dari lift, terkejut ketika melihat gadis yang ia senggol di bandara tadi berjalan keluar dari kantor ini. Ada senyuman tipis ketika bisa melihat kembali paras cantik yang telah berhasil mengusik hatinya. "Perasaan apa ini?" gumam hatinya ketika merasakan debaran jantungnya yang berdetak tidak normal. "Tuan." Tiba-tiba saja Anne sudah berada di depan Morgan. Morgan yang terkejut, sedikit berdehem dan kemudian bertanya, "Ada apa?" "Ini, sahabat saya telah menemukan dompet Anda di bandara." Anne menyerahkan dompet hitam tersebut. "Oh, sampaikan terima kasihku padanya," sahut Morgan singkat, setelah itu dia meninggalkan Anne yang hanya bisa bengong di tempat. "Hanya itu saja?" gumam Anne yang heran akan tanggapan CEO nya, sepertinya Anne sudah bisa menebak sifat CEO barunya tersebut, yaitu orang yang dingin dan juga pelit. ***
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD