Prolog

390 Words
Suara desahan saling bersahutan terdengar di penjuru kamar yang berukuran luas, suara decakan dan gesekkan kulit saling berpadu. Mendengar langsung suara itu, tentu berhasil membuat seorang laki-laki normal seperti Father emosi dan tak bisa menahan rasa ingin membunuh siapapun yang melakukannya. Suara siapa itu? Di apartemen ini bukannya hanya ada satu orang saja yang tinggal, yaitu kekasih saya, Seli. Father sendiri bisa langsung masuk karena dia yang sudah membelikan apartemen mewah itu untuk sang kekasih tercinta, memasukkan kode pin pintu dan masuk ke dalam tanpa permisi pun sudah hak sebagai kekasih, langsung memergoki dengan kedua matanya, Father tidak bersedih melainkan bertepuk tangan. “Bagus sekali, luar biasa!” Mendengar suara itu, Seli dan seorang laki-laki berperawakan kurus langsung menoleh dan menghentikan aktivitas gilanya, diantara mereka yang paling syok bahkan terkejut dengan kedatangan Father, adalah Seli. Sudah berpacaran selama tujuh tahun, tentu membuat Seli bosan karena selama berhubungan dengan Father, belum pernah dia dipuaskan di ranjang. Prinsip seorang Father tidak akan menyentuh wanita sebelum halal, walaupun dia sendiri tahu, dia sudah jauh dari agama tetap saja merusak kehormatan seorang wanita bukanlah pribadinya. Maka dari itu, sudah sering Seli mengkhianati dan berhubungan badan bersama laki-laki lain, siapapun itu yang terpenting hasratnya terpenuhi dengan baik. Seli bangun dan memakai kembali sisa-sisa pakaian yang masih berserakan disembarang tempat, sedangkan laki-laki kurus itu tetap berbaring karena masih napsu pada Seli. “Sayang ... aku ....” “Aku apa? Biadab! Dasar w************n! Cuih,” umpat Father sampai berani meludahi wajah cantik kekasihnya yang saat ini sedang berjongkok. “Maafkan aku ... aku khilaf, Sayang, aku minta maaf,” ucap Seli masih berjongkok bahkan bertekuk lutut pada Father. “Cukup! Saya sudah lihat dan bahkan menyaksikan langsung perbuatan menjijikkan kamu dengan laki-laki lain! Benar-benar biadab, najis!” Lagi dan lagi Father mengumpat karena sudah kelewat emosi. Lalu, laki-laki kurus itu menghampiri dengan gaya so cool nya, menunjuk ke arah Father dengan santai. “Lo? Laki-laki tidak normal! Lo nggak bisa puaskan pacar lo sendiri b*****t! Dan ... Seli? Lebih puas dengan gua ha ha.” Bruk. Bruk. Bruk. Brutalnya seorang Father langsung menghantam laki-laki itu, tanpa ampun bahkan darah segar sudah mengalir di mana-mana, lebih tepatnya di lantai kamar itu. “Kita putus, jangan pernah ganggu saya lagi! Makan tuh laki!” umpat Father untuk yang terakhir kalinya, sebelum melenggang ke luar dari apartemen tersebut.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD