Bab 1
"Zell, kak Dika katanya pulang besok." Ucap Sendy, adik ifarnya.
"Iya Sen, tadi mas Dika hubungi aku." Zella termenung, bukan tidak bahagia suaminya akan pulang. Tetapi Dika meminta Zella tinggal dirumah kedua orang tuanya.
Zella memiliki terauma tentang tinggal bersama mertua, namun mau bagaimana pun dia harus mengikuti sang suami.
"Kenapa? kamu melamun.?" Tanya Sendy pada Zella.
"Ga papa, Sen. Aku hanya rindu pada Mas Dika."
"Dih, lebay." Ucap Sendy memutar bola matanya malas.
Sendy tau semua tentang Zella, hanya sajah Sendy diam. Sendy tau jika Zella merasa takut jika dibawa kerumah orang tuanya.
"Kak, aku duluan ya! soalnya mau ketemu dulu sama Dimas.!" Ucap Sendy. Sendy pamit pada pada kaka Ifarnya.
"Kamu mau ketemu Dimas.?"
Sendy memanggukan kepalanya, tanda mengiyakan pertanyaan kaka ifar nya.
"Apa hubunganmu dan Dimas masih berjalan."
Sendy metap Zella. Zella tau bagaimana perilaku Dimas. Dimas sering kali melukai hati Sendy, hanya saja Sendy selalu memperlakukanya dengan baik.
Sendy pamit pada sang sahabat sekaligus kaka ifarnya itu. Di rumah Zella sedang berkemas, meski dalam hati sangat gundah, namun bagaimana pun dirinya harus menghilangkan rasa terauma itu.
Zella tau orang tua Sendy sangat baik, namun karna taraumanya. Zella merasa kecemasan itu selalu ada.
***
"Mama, gak sabar deh! Rumah kita pasti rame kalo ada, Zella." Ucap Luna. orang tua Sendy dan Dika.
"Mama yakin? akan adil pada Zella." Tanya Papa Maarten.
Mama Linda menatap sang suami dengan sinis. "Maksud papa, apah.?" Sinis Mama Luna.
"Ma, Zella itu punya terauma. Papa harap mama bisa mengerti." Ucap Papa Maerten.
Mendengar itu, mama Luna terdiam. Dia bukan tidak tau, akan tetapi apa bisa dia memahami terauma Menantunya itu.
"Diamakan.?
"Hmmm. iya pah! mama akan coba menjadi yang terbaik untuk Zella." Ucap Mama Luna
"Ya sudah! jangan kecewakan anak kita." Ucap sang Suami, mengelus kepala sang istri.
Flas Back
"Zella, kamu itu kerjaan cuma diam ajah. Lagian kok Haris mau sih sama kamu." Ucap Sinis Karin.
"Bu, kan aku baru duduk, tadi aku udah beres-beres gudang. Aku pengen istirahat sebentar." Keluh Zella. Namun bukanya Zella disuruh diam, justru Zella malah disuruh potong rumput.
Tidak ada yang tau, saat itu Zella sedang mengandung. Namun dipakesa terus membereskan rumah oleh sang ibu mertua.
Saat Zella merasakan sakit, bukanya menolong. Justru Karin membiarkan Zella sampai darah pun keluar dari balik celana panjang yang Zella kenakan.
Pak Muhtar penjaga kebun itu melihat Zella kesakitan, membawa Zella ke rumah sakit. Namun saat sampai dirumah sakit, Pak Muhtar justru terkejut.
Saat akan memboponh Zella. Pak muhtar kanget dengan darah yang semakin banyak keluar.
Zella yang dalam ke adaan pingsan, dibawa perawat kedalam ruang tindakkan. Saat akan di mintai tanda tangan untuk melakukan tindak Kuret. Pak Muhtar kebingungan, namun karna tak ada pilihan lain. Demi menyelamatkan sang Nona akhirnya Pak Muhtar yang menyetujuinya.
Pak Muhtar sudah berulang-ulang kali mencoba menghubungi. Tuan dan Nyonya nya, namun tak ada jawaban hingga terpaksa dirinya yang menyelamagkan sang Nona.
"Mang, Gimana ke adaan Istri saya." Tanya haris. Pak Muhtar yang sedang duduk pun, bangkit.
"Maaf, Tuan. Saya tidak tau. Nona sedang di dalam." Ucapnya.
Tak lama, dokterpun keluar. "Bagaimana ke adaan istri saya." Tanya Haris.
"Apakah, bapak. Suaminya.?"
"Iya dok, saya suami perempuan yang ada didalam." Ucapnya. "Bagaimana keadaan istri, saya.?"
"Huhh... Maaf sekali pak." Dokter itu menjeda Ucapanya.
"Kenapa? dok."
"Maaf pak, kami tidak bisa mempertahankan, Janin yang ada dalam kandunganya."
Deg
Bak disambar petir di siang bolong. Haris yang menantikan seorang anak, harus kehilanganya. Bahkan disaat dia belum mengetahuinya.
"Bapak, yang sabar ya. Mungkin ini belum rezekinya." Ucap dokter itu. Dokter pun pamit. Haris terkapar lemah ditempat duduk diruang tunggu itu.
"Tuan, yang sabar ya. Mungkin memang benar, jika ini belum Rezekinya." Ucap Pak Muhtar.
"Tapi kenapa? Kenapa harus pergi bahkan sebelum aku mengetahuinya, Mang." Jawab Haris.
"Sebenarnya, apa yang terjadi." Haris bangkit, lalu bertanya pada pak Muhtar.
"Sebenarnya."
"Haris, apa kata dokter tentang istri kamu." Tiba-tiba Karin datang. Pak Muhtar tidak bisa menjelaskan karna saat itu juga dirinya diberi tatapan tajam.
"Bu, apa sebenarnya yang terjadi. Sampai Zella harus kehilangan Janinya." Tanya Haris pada ibunya.
"Janin." Karin mengulang kata itu.
"Iya, ma. Ternyata Zella hamil, ma." Ucap Haris sendu.
"Istri kamu kok, bodoh banget. Dia yang ingin punya anak! tapi dia juga yang memb*n*h nya." Ucap Karin. Karin pura-pura kesal, padahal semua itu ulah dirinya.
Didalam ruangan Zella, meringis kesakitan. Dia tidak berhenti menangis, hati nya hancur, hidupnya kacau. Dia merasa dia telah memb*n*h
Flasback off
"Sayang, kamu udah siap." Tanya Dika. Saat ini mereka akan berpindah ke rumah, mama Luna.
"Udah, mas." Jawab Zella.
"Kamu kenapa? Apa kamu enggak mau ikut aku ke rumah, mama.?" Zella menatap Dika penuh arti.
"Mas."
"Mas, tau sayang! kamu tenang ajah, mama baik percaya sama, mas. Disana kamu jauh akan lebih baik dan aman." Ucap Dika, meyakinkan Zella.
Zella tersenyum, dia merasa lebih baik dipernikahan sekarang. Jika besok hari ulang tahun Dika, maka Zella akan memberi kejutan yang istimewa buat sang suami.
"Ya udah mas, ayo kita berangkat. Nanti keburu sore." Ucapnya.
"Ayo sayang."
Diperjalanan, Zella meminta Dika berhenti di toko Cake, Zella merasa dia menginginkan Cake pelangi.
"Mas, aku ingin Cake pelangi boleh ya." Ucap Zella sedikit memohon pada Dika.
Dika yang melihat sang istri terlihat sendu, mengiyakan permintaan istrinya itu.
"Mas, tunggu disini. Biar aku ajah yang turun." Ucapnya.
"Kamu yakin.?" Zella mengangukan kepalanya, tanda yakin.
"Ya udah, hati-hati ya."
Zella tidak tau jika di dalam ada Haris dan kekasihnya.
"Mbak, saya boleh minta Cake pelanginya." Ucap Zella.
Pegawai toko itu memberikan satu Cap dus cake pelangi, pada Zella.
"Wah, ada bidadari surga." Sindir Sinta, kekasih Haris.
Zella yang mendengar itu terdiam membeku. "Mbak, jadi gak belinya." Tegur pegawai toko itu.
"Ah iya, sebentar." Zella mencari keberadaan dompetnya, namun tak ia temukan.
"Sebentar mbak, dompet saya ketingalan." Ucap Zella.
"Kalo gak bisa bayar, bilang ajah! biar kita yang bayarin ya, mas." Sinta menyindir Zella, namun Zella enggan untuk membalikan badan.
"Gimana ini mbak, kalo gak niat beli gak usah kesini." Ucap pegawai toko itu sinis.
"Lagian mbak, kok mau sih! layanin orang miskin kaya dia." Sinta menatap Remeh ke Arah Zella, sedangkan Zella hanya terdiam kaku.
Dika yang merasa istrinya sangat lama, akhirnya memutuskan untuk keluar. Dari luar Dika sudah melihat seperti ada perdebatan.
"Bayar dong, bukan diem ajah." Sindir Sinta lagi.
Dika masuk kedalam, disambut hangat oleh para pegawai toko. Sinta yang melihat Dika memperbaiki Expresinya. Karna dia tau siapa Dika.
"Selamat, sore pak. Ada yang bisa kami bantu." Ucap salah satu pegawai toko.
Dika masih diam memperhatikan istrinya yang dicaci maki oleh salah satu pegawai toko cake itu.
"Kalo misalnya gak punya uang, gak usah masuk kesini. Ambil ajah tuh cake basi di tong sampah."
Mendengar itu darah ditubuh Dika menanas. "Ayo sayang, gak usah beli Cake disini. Kita beli Cake di tempat yang jauh lebih baik pelayananya." Ucap Dika dengan sinis.
Semua terdiam kaku ketika mendengar dika mengatakan itu.