Bab 1

1665 Words
Pagi ini suasana tampak sangat sejuk, bunga – bunga juga tanah masih terlihat bsah karena datangnya hujan beberapa menit yang lalu. Seorang wanita sederhana membuka mata dan seakan malas turun dari ranjangnya. Namun kebutuhan hidup mengingatkannya untuk harus segera bangun bekerja. Abira Amaris bekerja di salah satu perusahaan di Jakarta, sebagai HRD. Selain itu Abira juga memiliki hobby menulis novel. Abira Amaris anak tunggal dari Pambudi Baskoro dan Manika Pratiwi,lahir dari keluarga yang keras, sederhana dan broken home. Abira adalah orang yang pendiam, sehingga waktu yang di miliki ia gunakan hanya di kantor dan di rumah. Bekerja, mendengarkan musik, berselancar di medsos. Dan jika bosan biasanya yang Abira lakukan adalah memasak. dengan sikap introvert itu, Abira suka menulis apa yang ada di imajinasi dan pikirannya. hingga akhirnya Abira menjadi seorang novelist. kedua orang tuanya tidak pernah mengkhawatirkan dia, karena Abira bukanlah anak yang nakal ia selalu berada di rumah dan di kantor . “ huftt andai saja aku terlahir di keluarga kaya, pasti aku tidak akan bangun sepagi ini. Huemmmm . . . sejuk sekali pagi ini, jadi kangen mama “ Kata Abira pada diri sendiri Dengan malas Abira berjalan masuk kamar mandi membawa handuk, tidak membutuhkan waktu lama untuk Abira mandi. Karena Abira tidak suka berada di dalamkamar mandi terlalu lama, apalagi pagi ini cuacanya sangat dingin. “ sepertinya aku harus membeli baju lagi,baju kantor ku sudah mulai kusam. “ kata Abira di depan cermin sambil berdandan. Walau serasa berat hasratnya untuk berangkat ke kantor karena Susana sejuk cocok untuk bermalas – malasan, Abira tetap memaksimalkan dandannyanya dengan mengcurly rambutnya Lima belas menit selesai berdandan, Abira masuk ke dalam mobil dan memanasi mobil kesayangannya yang dia beli dari hasil menabung . setelah di rasa cukup, Abira bergegas berangkat kerja, tidak lupa ia menyalakan music di dalam mobil, untuk menambah moodnya. Dua puluh menit jarak kontrakan Abira dengan kantornya. Sesampainya di kantor, Abira selalu tampil tersenyum ramah dengan setiap para karyawan yang ia temui. Perusahaan di mana Abira bekerja bukan perusahaan besar, melainkan menengah. Namun popular di Jakarta. “ cerah banget, bu HRD. “ kata Floren sahabat kampusnya dulu yang juga kebetulan bekerja di sana “ heemmmm haruslah, walau susana di luar tidak mendukung “ jawab Abira “ kenapa, mau bermalas – malasan ?. inget tuh cician, ha . . . ha . . . “ kata Florent dengan tertawa “ iya sih. Ya sudah sana bekerja, jangan mengganggu ku. Nanti mood ku jelek. “ kata Abira “ baik Bu. “ canda Floren sahabatnya “ dasar, tidak berubah ya. Selalu saja kocak. “ gumam Abira setelah Floren sahabatnya pergi Seperti biasa Abira membuka email setiap pagi. “ adaapalagi ini ? “ gumam Abira membaca email dari salah satu devisi marketing dan accounting. “ rapat hampii setiap hari, heran deh, kenapa sih mereka tidak bisa akur. Semangat Abira Amaris ! ” kata Abira pada dirinya sendiri Rapat akan di mulai pukul sepuluh pagi, Abira sudah menyiapkan materi devisi HRD. Dan jam sudah menunjukkan pukul sepuluh kurang sepuluh menit. “ ayo ayo, rapat – rapat ! “ kata bagian Accounting memberi komando “ Flor, kenapa sih devisi kamu itu tidak bisa akur dengan bagian accounting ? “ kata Abira “ gimana mau akur kalau kita di tuntut harus selalu memenuhi target, sementara bagian accounting selalu memberi budget minim. Puyeng enggak ?. kamu sih enak di kantor, urus karyawan saja. “ kata Floren “ urus karyawan yang kleuar masuk ? pusing tahu ! “ kata Abira “ ya sudah kalau begitu sama.” Kata Floren dengan senyum nyengir dan menaikkan satu alisnya “ awas saja ya kalau nanti sampai tidak ada titik temu seperti kemarin – kemarin. Capek ini mulut komentar terus. “ kata Abira “ selamat pagi “ sapa kepala Accounting bernama Leo yang memimpin meeting “ pagi “ jawab semua karyawan yang ada di ruangan itu “ baik, terima kasih sudah bisa hadir di sini. Saya harap pagi ini kalian di penuhi semangat dan di penuhi ide – ide kretaif, agar meeting kita sukse. Sebelum memulai meeting, seperti biasa kita panjatkan doa terlebih dahulu agar meetingnya lancar. Mari berdoa.” Kata Leo kepala Accounting “ Doa selesai. Baik kita mulai dari devisi marketing ya, karena yang memiliki kendala adalah marketing. Silahkan Florentina “ kata Leo mempersilahkan Floren untuk presentasi “ selamat pagi semua, terima kasih kawan – kawan sudah menyempatkan waktunya, tenaga dan pikirannya untuk berada di ruangan yang penuh solusi ini ya. “ kata Floren santai dengan senyuman sehingga membuat yang lain juga tersenyum mendengar kata – katanya “ saya mewakili devisi marketing, ingin menyampaikan kendala kami yang selalu berada di budget. Jadi, kami bulan ini harus mengadakan even, agar produk kita penjualannya meningkat. dan even itu cukup lumayan menguras. Menguras tenaga, pikiran dan tentunya dana ya, Pak Leo. Dan proposal juga sudah kami ajukan pada pak Leo dan juga Pak Manggala selaku bos kita. Pak Manggala setuju dengan even tersebut. Namun dari Pak Leo masih merasa keberatan. Jadi, budget yang ada di dalam eve tersebut sudah sangat kita minimaliskan. Bahkan kita tidak melibatkan terlalu banyak jasa di luar. Itu dari saya, terima kasih “ kata Floren senyum “ baik terima kasih Flor, atas uneg – unegnya. Jadi bagian accunting sebenarnya tidak merasa keberatan, hanya saja kita juga menganalisis dari keuangan perusahaan kita untuk beberapa bulan ke depan. Jadi kalau kita mengeluarkan uang sebenarnya tidak sulit kalau keuangan kita sudah stabil untuk beberapa bulan. Untuk proposal yang sudah saya pelajari, saya ingin bertanya apakah tidak bisa di kurangi jumlah tenaga kasarnya ?. saya rasa itu terlalu banyak, nanti pekerjaan utama mereka terbengkalai karena even ini. Dari saya, akan kami keluarkan dana untuk tenaga borong saat even saja. Dengan budget tidak lebih dari yang sudah saya sampaikan kemarin. Abira nanti bisa menyeleksi tenaga borongnya, dan Foren bisa bantu untuk pos cari tenaga kerja borongnya. Gimana ? “ kata Leo “ begitu juga boleh, tetapi harus yang benar – benar professional dan tanggung jawab. Karena even ini sepsial dari even yang sudah sudah. “ kata Floren “ ok nanti saya akan meyeleksi, saya juga minta data yang spesif agar saya mengerti yang di cocok devisi marketing. “ kata Abira singkat “ jadi gimana Florren, dan yang lain ? setuju ? “ Tanya pak Leo “ ya kami sepakat. “ jawab devisi marketing, HRD dan Accounting “ baiklah, kami akan siapkan budget itu. Dan untuk budget yang akan keluar dahulu nanti saya infokan ke Floren. Baik terima kasih, meeting kita tutup dan selamat melanjutkan kerja kalian. “ kata Leo kemudian mereka bubar dan pergi ke ruangan masing – masing " Flor, thanks ya sudah banyak bantu aku. " kata Abira pada temen dekatnya di kampus dulu " iya sama - sama. Eh iya Bi, aku dengar Dian sering pinjam barang – barang mu dantidak di kembalikan ya ?. kamu itu jangan terlalu lembek. harus tegas, aku saja lihatnya tidak nyaman dengan dia. dia itu manfaatin kamu. " kata Floren, saat Dian sedang ke toilet " ya aku tahu kok kalau dia manfaatin aku. " kata Abira " lalu kenapa kamu biarkan saja dia pinjam barang – barang mu di kontrakan ? “ kata Floren “ gimana ya, kamu tahu sendiri aku tidak tega dan dia juga satu – satunya teman ku selain kamu Flor. Aku tidak bisa marah pada Dian dan juga kamu. Lebih baik kita kembali bekerja, okey ? “ kata Abira. Abira mulai mengerjakan apa yang sudah seharusnya ia kerjakan. Jam makan siang pun ia lewatkan hari ini, karena tidak ada nafsu makan. Sampai jam pulang tiba, Abira membereskan mejanya lalu berjalan keparkiran. “ Bira !, tunggu “ panggil Floren “ ada pa Flor ? “ Tanya ABira “ kamu tadi tidak makan siang , kenapa ?. hemat lagi ? “ Tanya Floren “ tidak Flor, aku sedang tidak ingin makansaja. “ kata Abira “ tapi kamu baik – baik saja kan ? kalau butuh bantuan bilang ya “ kata Floren “ iam ok bawel. “ kata Abira senyum “ baiklah, hati – hati di jalan. “ kata Floren “ aku beli baju sekarang apa besok ya ?. ehmmmm . . .sekarang saja deh. “ gumam ABira kemudian meyalakan mobilnya untuk pergi ke Mal membeli baju. Sebenarnya ia malas beli baju di mall, karena tidak suka keramaian. Tapi terpaksa, karena kalau beli di pasar dia tidak pandai menawar. Abira mengindari kemacetan ibukota Jakarta dengan melewati jalan tikus yang dia tahu. Dan sampailah dia di Mall. Ia memamrkirkan mobilnya kemudian turun masuk dalam lift. Saat keluar lift mata para lelaki tertuju padanya. Karena Abira sangat cantik, sederhana dan kalem pembawaanya. Dengan rasa percaya diri ia memasuki outlet outfit kantoran. Dan tanpa basa – basi Abira cepat membeli yang dia suka. Hanya beberapa yang ia beli kemudian langsung pulang. Namun bau harum masakan membuat perut Abira teroda. Abira berhenti beberapa saaat berpikir, makan atau tidak. dan akhirnya ia memutuskan untuk makan. Saat Abira membalikkan badan akan kembali ke outlet makan yang sudah ia lewati, seorang Pria dan beberapa bodyguardnya tanpa sengaja menabrak Abira. Sehingga Abira terjatuh. “ Auw ! “ teriak Abira yang sudah terjatuh di lantai “ upss maaf “ kata Pria itu lalau mengulurkan tangannya membantu Abira. Namun Abira mengabaikannya dan mengambil paperbag belanjaanya lalu pergi tanpa melihat pria itu. “ Nona ! “ panggil pria itu namun tak di hiraukan Abira “ huft ada – ada saja, pakai acara jatuh segala. Nafsu makan jadi hilang.” Kata Abira dlaam hati yang sudah berada di dalam lift menuju parkiran “ cari gadis itu, dan beri ganti rugi. Aku tidak ingin di anggap jahat. Di sini banyak cctv. “ kata pria itu pada bodyguardnya “ baik Bos. “ kata salah satu bodyguarnya segera mencari Abira Siapa pria itu ? dia adalah Reno Walter seorang CEO kaya. apa yang di lakukan dia di Mall karena dia memerlukan kemeja dan jas setelah terkena tumpahan es krim dari anak kecil tadi. Sementara dia harus bertemu Clien secepatnya, tempat baju yang tedekat dengan dia akan meeting hanyalah Mall. Jadi dia terpaksa ke sana. Walau banyak mata memandangnya aneh, dia tidak perduli.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD