`1` Berpindah jiwa

1015 Words
"Tembak dia!" Dor! "Jangan lari kamu!" Dor! "Cepat kejar wanita itu!" Dor! "Pembunuh sialan!" Dor! Sekumpulan orang sedang berusaha mengejar sosok langsing didepan mereka. Gerakan lincahnya dan gesit dengan mudah melewati segala rintangan didepan. Sampai dua kelompok itu berdiri diatas tebing. "Zero...kamu sudah tidak bisa lari lagi." Orang-orang yang mengejarnya memakai pakaian yang sama dengan yang dipakai oleh sosok lain disana. Zero,nama orang yang dipanggil oleh kelompok itu perlahan berbalik menghadap mereka. Di tangannya ada sebuah benda berbentuk telur yang bercahaya seperti pelangi. "Serahkan telur itu pada kami. Organisasi tidak akan mengejarmu lagi." Zero menunduk dan menatap telur itu. "Tidak." Orang-orang yang mengejar penolakan gadis itu, langsung kesal. "Bunuh jalang itu!" Dor! Dor! Dor! Zero mundur ke belakang dan langsung melompat, tangannya masih memeluk kuat telur ditangannya. Tubuhnya dengan bebas terjun ke bawah jurang dengan kecepatan tinggi. Zero menutup matanya lembut, dia akhirnya bisa menghela nafas lega. Telur ditangannya mengeluarkan cahaya terang dan menelan tubuhnya sedetik kemudian. Saat dia menunggu rasa sakit yang akan datang, tetapi tidak kunjung datang. Dia perlahan membuka matanya dan menemukan dirinya berada di tempat asing. Sebuah ruangan putih dan disampingnya ada alat infus yang terpasang di nadi tangannya. Dia perlahan bangkit sambil mengamati di sekelilingnya, tempat ini seperti ruangan rawat di rumah sakit. Pintu didorong dibuka dan seorang perawat masuk. Saat perawat itu melihat gadis itu, dia langsung membeku ditempat dengan kedua mata melebar karena terkejut. "NONA ADELINE SUDAH BANGUN!" Teriakan menggema perawat itu, membuat gadis itu mengerutkan keningnya. Barulah dia merasakan rasa sakit ditubuhnya, seperti dihantam oleh sesuatu yang berat. Perawat buru-buru mendekat dan menatap gelisah pada pasiennya. "Nona,apa anda merasa tidak nyaman? Dokter akan segera datang, tolong tenanglah." perawat menekan tombol merah disamping ranjang. Tidak butuh lama beberapa orang berjas putih datang dan mengelilingi ranjang gadis itu. Merek mulai melakukan pemeriksaan menyeluruh pada tubuhnya, Sedangkan gadis itu hanya menatap mereka dengan tenang. Para dokter akhirnya selesai melakukan pemeriksaan dan menghela nafas lega. "Kondisi nona muda sudah sangat baik, ia hanya butuh beristirahat beberapa hari sampai kondisinya membaik." Mereka menatap dengan serius ke arah gadis itu,dan yang ditatap mulai risih. "Bisakah kalian berhenti menatapku,rasanya menyebalkan." Dokter berdeham karena malu. "Uhuk...nona muda, apa anda ingin mengatakan sesuatu?" Gadis itu melihat semua orang disana. "Siapa aku?" Seketika ruangan itu berubah menjadi hening, seakan tidak ada yang berani mengeluarkan suara. Mereka terkejut saat mendengar pertanyaan gadis didepan mereka. "Apa anda tidak ingat siapa anda?" "Tidak." "Orang tua anda?" "Tidak." "Teman?" "Tidak." Setelah beberapa menit, para dokter dan perawat pamit undur diri. Mereka akan melalukan cek kesehatan kembali. Dokter juga memberitahu tentang identitas gadis itu secara garis besar. Namanya Adeline Andara Putri, Anak ke-3 dari Keluarga Andara. Keluarga Kaya raya di dunia no 2 dan memiliki banyak aset dan perusahaan besar yang mereka miliki tersebar dibeberapa negara. Keluarga Andara memiliki dua putra, Yaitu Sean Andara Putra & Samuel Andara Putra. Keduanya sudah bekerja dan sukses. Kakak pertama yaitu Sean, mengikuti jejak ayah mereka Tuan Andara, menjadi CEO di perusahaan Besar. Anak Kedua, Samuel, dia bekerja sebagai Aktor besar dan sangat terkenal. Berbeda dengan kedua saudaranya, Adeline masih seorang murid sekolah menengah atas. Hubungan kedua saudaranya dan Adeline, diketahui oleh semua orang sangat tidak baik. Setelah mengetahui informasi dari dokter, gadis itu perlahan berbaring dan memejamkan matanya. Beberapa kenangan yang bukan miliknya muncul dan dia bisa melihat kenangan pemilik tubuh ini. Adeline sebenarnya gadis yang baik,hanya saja sejak masuk sekolah menengah dia berubah. Sifatnya yang dulu lembut, menjadi angkuh dan sombong. Yang lebih menyebalkan lagi, semua ini karena perasaan tertolak gadis ini pada orang yang dia sukai. Sekarang tubuh ini miliknya, dia yang akan menentukan jalan hidupnya. Identitas Zero akan dia kubur, dia sekarang adalah Adeline. Menurut ingatan dalam kepalanya, kedua orang tuanya sedang dalam kunjungan bisnis di Australia. Tidak ada yang datang menjenguknya mau itu teman ataupun saudaranya sendiri. Adeline merasakan sesak di dadanya, perasaan sedih ini baru baginya. Ini pasti perasaan asli tubuh ini, dia merindukan kedua saudaranya, tetapi keduanya malah mengabaikannya. Adeline perlahan bangkit dan berdiri dengan sedikit goyah. Setelah beberapa detik, dia melangkah ke arah jendela dan memandang seluruh bangunan-bangunan dibawahnya. "Karena dia diberi kesempatan, maka dia akan memegang kesempatan ini dengan baik." Penyesalan Zero sebagai pembunuh kelas atas adalah dia tidak menjaga kedua orangtuanya dulu dan harus melihat keduanya tewas ditangan para penjahat. Walau dia berhasil membunuh mereka setelah menjadi pembunuh, tetap saja rasanya sangat menyakitkan kehilangan mereka. Keinginan tubuh ini juga adalah untuk lebih dekat dengan keluarganya dan bahagia. Dia tidak akan peduli dengan laki-laki yang tidak menyukainya, dia akan memilih sendiri pasangan hidupnya. Setelah menjadi pembunuh selama 20 tahun dan tidak pernah mendapatkan kekasih, kali ini dia akan memilikinya. Pintu ruangan di dorong dari luar dan seorang pria baya dengan jas hitam khas pelayan muncul. "Nona muda." Adeline menatap pria baya itu, lalu tersenyum manis ke arahnya. Tapi karena wajahnya pucat, itu malah terlihat menyedihkan daripada menyenangkan. "Paman Ben." Kepala pelayan mendengar sebutan akrab gadis itu dan melihat wajah pucatnya, merasa sedih. Nona muda memang berubah, tapi dimatanya dia masih gadis manis yang selalu tertawa di dekat nya. "Anda tidak seharusnya meninggalkan kasur anda, tubuh nona masih lemah," ucap pria baya itu khawatir. Adeline menggelengkan kepalanya. "Aku baik-baik saja, Paman." Kepala pelayan membantu gadis itu kembali ke tempat tidurnya. "Orang tua anda dalam perjalanan dan akan segera sampai disini." Adeline mengangguk paham. Dia perlahan tertidur karena lelah. Tubuhnya masih sangat lemah. Dalam ingatannya ini semua karena dia berusaha menolong 'laki-laki' itu dari kecelakaan dan malah dia yang menjadi korbannya. Tubuhnya luka parah dan harus dirawat selama sebulan penuh. Yang menyedihkan adalah tidak ada kerabatnya yang datang menjenguknya, bahkan orang yang ditolong olehnya tidak juga datang. Paman Ben memberikan selimut untuk menghangatkan tubuh gadis itu. Matanya menatap sedih ke arahnya, walau bagaimanapun dia masih memiliki saudara tapi malah tidak ada satupun yang berusaha menjenguknya. Dia tahu semua itu, dan sangat sedih dengan nasib gadis ini. Beruntung dia berhasil bangun dari koma. Paman Ben saat melihat senyum gadis itu, merasakan kesejukan darinya. Seakan gadis mungil dan baik yang selalu mengikutinya dibelakang, kembali lagi. "Nona muda...tidurlah dengan tenang. Hari esok akan menjadi lebih baik lagi." Bersambung.....
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD