bc

Nikah SMA

book_age18+
13.4K
FOLLOW
82.5K
READ
possessive
pregnant
student
drama
sweet
bxg
highschool
secrets
like
intro-logo
Blurb

21+

Menikah bagi orang yang usianya sudah menginjak kepala dua mungkin hal yang wajib. Apalagi pertanyaan-pertanyaan tak manusiawi selalu diucapkan. Contohnya, "Kapan nikah? Si A udah nikah, tuh."

Namun, apakah sama halnya dengan Deno dan Sea? Umur mereka masih belasan tahun, bahkan belum lulus SMA. Perjodohan kedua orangtuanya membuat dua manusia berbeda gender itu hidup dalam satu rumah. Apakah mereka bisa saling mencintai? Atau hanya hidup seperti dua orang asing?

chap-preview
Free preview
01. Gelisah
Semua cerita kehidupan memiliki awal yang berbeda, ketika aku si gadis lugu nan bodoh ini bertemu denganmu, rasanya ibarat katak yang bertemu dengan ular. - Asea Nacita Juana - Benar kata orang, pertemuan pertama kadang menjadi tanda alur kehidupan selanjutnya, tapi bertemu denganmu untuk pertama kali jujur saja membuat jengkel. - Aldeno Putra Julian - >>>••• "Na, kantin, yuk! Sea laper," ajak Sea pada gadis di sebelahnya yang sibuk dengan ponsel. Menunggu Nana selesai dengan kesibukannya, Sea merapikan buku dan alat tulis yang berserakan di atas meja. Yah, percuma saja, Nana tak pernah sadar diri, sudah ditunggu, tapi tak kunjung selesai memainkan ponsel. Sea berdiri, sedikit mendorong kursi yang diduduki hingga menimbulkan decit suara yang kencang. Dengan tak sabar menarik tangan Nana yang setia. Membuat empunya merengut tak suka. Namun, Sea tak peduli, ia tetap menarik tangan itu sahabatnya hingga tersandung-sandung mengikuti langkah pendek kakinya dari belakang. "Apa sih! Pelan-pelan napa, sih?" gerutu Nana, seolah tak peduli, Sea memikirkan hal lain, rasanya ingin segera menyantap bakso kikil Mang Aming yang sudah menjadi favorit sejak pertama kali masuk SMA ini dan juga ingin segera menyeruput bubble tea langganan yang paling nikmat sejagat raya. Gadis dengan tinggi seratus lima puluh senti meter itu terlalu buru-buru, hingga tak sadar telah menabrak seorang siswa dengan perawakan lebih tinggi. Ia terjatuh dengan posisi seperti sujud, kedua lututnya sedikit tergores permukaan lapangan yang kasar. Sea duduk meratapi kedua lutut yang sebelumnya mulus seperti p****t bayi, kini berubah mengenaskan. Terlalu berlebihan sebenarnya, tapi seperti itulah Sea. Matanya merembes, ingin menangis, tapi malu dilihat banyak orang. Cengeng. Sudah sejak lama. Nana menarik tangan Sea agar bangkit, tak perlu lama-lama duduk di tengah lapangan apalagi dengan matahari yang terik. "Maaf, Kak, maaf, teman saya gak sengaja," kata Nana pada cowok di hadapannya. Sea mengernyit bingung. Nana yang notabene tak pernah takut dengan apapun, kecuali guru, kenapa takut pada cowok itu? "Kalau jalan pakai mata, dong! Sea jatuh, nih, sakit tau," protesnya seraya menghapus air mata yang sempat lolos meski sudah ditahan sekuat tenaga. Namun, sebelah tangannya ditarik oleh Nana, seolah ingin memberitahu bahwa tak boleh bicara seperti itu. "Hm." Sea melongo ketika cowok itu hanya berdeham saja lalu pergi begitu saja. Apa dia gagu? Atau bisu? Sedangkan Nana seperti sudah biasa, sudah tahu tabiat manusia es batu. "Heh! Kakak yang kayak tiang, kayak gak punya mulut aja. Sea jatuh, nih! Tanggung jawab, dong!" katanya lagi, mengejar cowok itu lalu meraih tangannya hingga membuat dia berhenti. "Tanggung jawab pokoknya!" Ia menghempaskan tangan Sea dengan kasar. Lalu melenggang pergi begitu saja. Sea yang melihatnya hanya menghentakkan kaki kesal. "Lo gatau dia?" tanya Nana dan Sea hanya menggeleng karena memang benar tidak tahu dia siapa. "Dia Aldeno, ketua Elang." >>>••• Sea merasa hatinya sangat gelisah, bagaimana tidak jika semua yang dikatakan Nana di sekolah tadi masih terngiang di telinga. Tentang siapa cowok yang tak sengaja ditabrak lalu dengan lancangnya ia marahi. Masih berpikir bagaimana caranya meminta maaf padanya. Sea tak ingin kena masalah seperti para murid lain, seperti yang diceritakan Nana tadi. "Dia itu Aldeno, ketua Elang," kata Nana, Sea mengernyit karena tak tahu apa yang dimaksud Elang. Dengan tetap melanjutkan langkah menuju kantin, lalu memesan makanan dan pesanan itu datang. Sea meminta Nana untuk bercerita pada apa yang ia maksud. "Elang itu geng di sekolah ini. Geng yang ditakuti sama siswa di sekolah ini, gak ada yang berani sama mereka. Elang isinya ada 4 orang, Aldeno, Fahri, Riza, dan Anton. Aldeno yang jadi ketua. Dia dikenal brutal dan gak memandang siapa lawannya," jelas Nana sambil sesekali memasukkan potongan bakso ke mulutnya. "Pernah kejadian, katanya ada anak sekolah lain yang gak sengaja nabrak si Deno itu, tapi dia gak mau minta maaf, dan lo tau Deno ngapain? Dia mukulin itu anak sampai koma," lanjutnya. Sea bergidik ngeri membayangkan betapa ganasnya si Deno itu. "Gue pikir, lo minta maaf aja sama dia. Daripada lo kenapa-kenapa nanti." "Tapi Sea takut, gimana, dong?" "Nanti gue bantu mikirin." Nana mencoba menenangkan hati Sea yang terlihat sangat gundah. "Oh iya, asal lo tau, dia itu dingin banget. Gue gak pernah tuh yang namanya denger dia ngomong. Ya mungkin cuma kayak tadi aja. Terus dia tuh gak pernah deket sama cewek. Disentuh cewek aja jijik kayaknya." "Dia bisu? Homo juga?" "Haduh Sea yang cantik, gak gitu juga. Dia itu emang irit ngomong bukan karena bisu, oon." "Udah kayak akhir bulan aja ngirit." "AHHH MAMA!" Sea berteriak frustasi seraya memukul-mukul bantal di hadapannya. Air mata jatuh dari pelupuk mata. Rasanya kesal dan takut. Bagaimana jika permintaan maafnya ditolak? Terus bagaimana nasibnya? Bagaimana jika ia berakhir mengenaskan seperti yang diceritakan Nana? Terdengar decitan pintu yang dibuka. Ia mendongakkan kepala dan mendapati Daniel, kakak laki-lakinya datang dengan senampan s**u coklat dan roti. Ia menaruhnya di atas nakas lalu duduk di pinggir ranjang. "Kenapa gak mau makan?" tanyanya. Sea diam sambil menunduk. Tak ingin menunjukkan wajah yang habis menangis ini. "Dek?" panggilnya, Ia mendongakkan kepala adik satu-satunya dengan tangan. Tatapannya bertemu dengan tatapan mata sayu Sea. "Sea lagi sakit perut makanya nangis." Sea berbohong. Biarkan saja, toh Bang Daniel gak akan tahu bukan? "Sakit kenapa? Pagi udah makan, kan?" "Udah, tadi di sekolah Sea beli baksonya Mang Aming, terus tadi Sea kasih sambel banyak soalnya kan Sea suka pedes, tapi banyak itu gak pedes juga, sama Nana disuruh makan cabe kan, terus Sea minta cabe ke tukang gorengan sama beli gorengan. Terus Sea makan deh. Abis makan minum bubble tea langganan Sea sama Nana. Terus abis itu kita balik ke kelas. Abis itu pelajarannya bu-" "Stop!" hentinya seraya membekap mulut mungil Sea. Sementara sebelah tangannya mengusap kasar wajahnya. "Intinya lo makan pedes?" Ia mengangguk, tak bisa bicara karena tangannya masih membekap mulut. Bang Daniel ini kuliah di Jerman, baru semester tiga, ambil jurusan matematika. Pintar, lumayan jika disandingkan dengan Sea. Abang tersayang, yang selalu mengerti apa mau adiknya, selalu perhatian, seperti sekarang. Ia mengambil roti tadi, merobeknya lalu menyuapkan ke mulut Sea. Sempat menolaknya, tapi dengan tatapan teduh itu pun jadi luluh. Setelah selesai makan dan Bang Daniel pergi, Sea mengambil ponsel yang berasa di atas nakas. Membuka sebuah aplikasi chatting, lalu mencari nama seseorang. Asea Cans Nana, Sea harus gimana dong ini? Nana Cantika Gimana kalau lo bawain makanan aja sebagai permintaan maaf? Asea Cans Hmm, okedeh, besok Sea masakin nasgorcin Nana Cantika Nasgor cinta? Asea cans Bukan Nana Cantika Terus apaan? Asea Cans Nasi goreng banyak micin Nana Cantika Elah nih bocah, mau kasih berapa bungkus? Asea Cans 2 kali ya? Kata Mama makin banyak Micin makin endeussssss Nana Cantika Hadeh, bego dia ntar Asea Cans Gpp, biar otaknya berfungsi Nana Cantika Gak ada berfungsi lah nyet, makin bego Kok otaknya berfungsi. Asea Cans Ih Nana mulutnya jahat Nana Cantika Jari nyet Asea Cans Iya deng jari Dah Sea cantik mau stalk Asea Cans Babae Nana buriq Nana Cantika Anjing lo Sea membuka aplikasi **, mencari nama Aldeno di sana. Membuka satu per satu hasil pencarian, hingga menemukan satu akun yang menampilkan foto Aldeno. Ia membuka salah satu foto itu dan menatapnya lama. Jantungnya berdegup kencang, bibirnya menampilkan senyum tipis. "Lah, kok dadanya Sea bergetar kayak kena gempa?" tanyanya pada diri sendiri. "Eh, kalau gak deg-degan berarti Sea mati, dong, ya?" Ia mengibaskan tangan tanda tak peduli dengan pikiran aneh itu. Melihat satu per satu foto yang dipost di sana, tak sengaja jari itu memencet simbol love. Hal itu membuatnya gelagapan. Dia pasti akan tau kalau gadis secantik dan seimut ini men-stalkingnya. Sea melempar hp itu sembarangan lalu menutup wajah dengan bantal.

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

Dependencia

read
186.4K
bc

Istri Kecil Guru Killer

read
156.4K
bc

(Bukan) Istri Pengganti

read
49.0K
bc

Aku ingin menikahi ibuku,Annisa

read
52.9K
bc

AHSAN (Terpaksa Menikah)

read
304.2K
bc

Married By Accident

read
224.1K
bc

Accidentally Married

read
102.7K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook